67. I Have to Do it

122 5 0
                                    

Hari sudah sore saat Allcia tengah bersih-bersih apartemennya. Usai ia dan Kin menonton film bersama tadi pagi, mereka memasak bersama dan makan siang di apartemen Kin. Tepatnya, itu setelah mereka 'membalas' Evelyne. Setelah itu, Allcia pulang ke apartemennya untuk membersihkan apartemennya dulu.

Allcia membutuhkan waktu dua jam untuk bersih-bersih apartemennya sendiri. Setelah itu, ia mandi di apartemennya sendiri untuk menyegarkan dirinya sebelum kembali ke apartemen Kin lagi.

"Kin!" Allcia berseru memanggil Kin sesaat setelah ia masuk ke apartemen Kin. Tapi, tak ada sahutan.

Allcia berjalan ke dapur, tapi ia hanya melihat peralatan-peralatan untuk masak dan makan tadi yang masih kotor belum dicuci. Ia ke ruang tv, tapi tidak ada Kin juga. Ia pun langsung berjalan ke kamar Kin karena merasa apartemen ini sangat sepi.

Benar saja. Setelah Allcia masuk ke kamar Kin, ia melihat Kin yang tengah tertidur lelap di kasurnya. Melihat Kin yang tertidur sangat pulas, Allcia tersenyum kecil. Ia berjalan mendekati Kin dengan langkah ringan tak ingin membangunkan Kin dan dengan pelan, Allcia duduk di samping Kin.

Masih dengan senyum kecilnya, Allcia memandang Kin dalam diam. Ini adalah pertama kalinya Allcia melihat Kin tengah tidur bukan di malam hari dan melihat Kin yang tertidur dengan pulas di depannya entah kenapa membuat Allcia gemas saat memandangnya.

Allcia mengulurkan satu tangannya dan mengusap rambut Kin ke belakang dengan lembut. Senyum Allcia semakin melebar di saat ia dapat melihat dengan jelas Kin yang tampak semakin tampan saat rambutnya diusap ke belakang.

"Geez. Kenapa kau harus tampan seperti ini?" gumam Allcia kesal, tapi sebenarnya hanya lelucon.

Namun, seketika ia langsung teringat oleh perkataan Zandra. "Bantu aku untuk mendapatkan tes DNA mereka."

"DNA?" gumam Allcia pelan dan kemudian kedua matanya menatap lurus ke rambut Kin. Ia juga teringat waktu itu Zandra sudah memberikannya sehelai rambut milik Allysya.

Allcia menatap Kin sejenak sambil menggigit bibir bawahnya. Kin masih tertidur dengan pulasnya. Kalau Allcia mencabut sehelai rambut saja, itu tidak akan membuat Kin terbangun, kan?

"Maafkan aku, Kin. Aku harus melakukannya."

***

Tepat pada pukul empat sore, Allcia berjalan memasuki sebuah rumah sakit di tengah kota. Ada salah satu teman kuliahnya dulu yang kini bekerja sebagai dokter di rumah sakit ini.

Mereka bisa dibilang cukup dekat, karena temannya ini, Chico, dulu pernah meminta Allcia untuk menjadi kekasihnya, tapi Allcia sendiri menolaknya, karena saat itu ia benar-benar tidak mengerti apa itu cinta. Jadi, keduanya pun memutuskan untuk menjadi teman saja, hingga sekarang.

Sebelum Allcia berangkat ke rumah sakit, ia sudah menelepon Chico perihal kepentingannya. Karena itu, kini Chico sudah menunggunya di ruangannya, jadi sekarang Allcia langsung menuju ruangan Chico yang ada di lantai empat.

Allcia berjalan menuju pintu ruangan yang ada di ujung lantai empat. Ia pun membuka pintu berwarna putih itu yang langsung disambut baik oleh Chico.

"Hola, Allcia! Que tal?" Chico langsung beranjak dari kursi kerjanya untuk menyapa Allcia, memeluk Allcia yang ia anggap sebagai teman baik.

"Bien, y tu?" Allcia menyapa balik sambil menerima pelukan hangat Chico dan tersenyum manis.

"Muy bien," sahut Chico balik sambil tersenyum lebar setelah pelukan mereka terlepas. "Aku senang kau menghubungiku, Al. Kukira karena kau terlalu sibuk, kau jadi melupakanku," ujar Chico mengajak Allcia untuk duduk di sofa.

"Jangan berpikir seperti itu. Kita ini teman, mana bisa aku melupakan seorang teman?" sahut Allcia yang membuat Chico terkekeh.

"Jadi, bantuan apa yang kau butuhkan?" tanya Chico.

"To the point seperti biasanya, hm," ujar Allcia menanggapi Chico dengan gurauan.

"That's me!" seru Chico sambil terkekeh bersama Allcia.

"Ini." Allcia menyerahkan sebuah amplop coklat dan meletakkannya di atas meja kaca. "Aku ingin meminta bantuanmu untuk tes DNA. Apakah bisa?"

Chico mengambil amplop yang diberikan dan melihatnya sekilas. "Boleh kutahu milik siapa ini?" tanya Chico.

"Kekasihku," jawab Allcia singkat.

"Wow, cukup mengejutkanku," sahut Chico terkekeh canggung, sementara Allcia hanya diam dengan senyumnya. "Jadi, kau ingin mengecek DNA kekasihmu sendiri, begitu? Tapi, kulihat kau tidak datang bersamanya?"

"Itu..."

"Biar kutebak." Tiba-tiba Chico menyela sambil menunjuk Allcia dan memicingkan kedua matanya. "Kau melakukan ini diam-diam?"

Allcia cengingisan sendiri dengan wajah tanpa dosanya. "Bisa kau tolong aku? Aku tahu aku seharusnya meminta izin pada mereka berdua. Tapi, aku pikir keadaan bisa semakin sulit nanti. Aku melakukan tes ini juga hanya untuk mencari tahu kebenaran, supaya tidak ada yang saling tersakiti ataupun menyakiti satu sama lain."

Mendengar penjelasan Allcia, Chico menghela napasnya panjang. "Sifatmu benar-benar tidak berubah, Al. Kau tahu itu?"

"Hm? Memangnya seperti apa?" tanya Allcia bingung sekaligus penasaran. Namun, bukannya menjawab, Chico hanya tersenyum lebar sambil menggelengkan kepalanya geli.

"Jadi, apa DNA ini dari orang yang penting? Sampai-sampai kau ingin langsung bertemu denganku, bukannya langsung ke lab," ujar Chico tepat sasaran.

"Yap, bisa dibilang seperti itu," sahut Allcia.

"Oke, baiklah," sahut Chico sambiltersenyum lebar. "Aku akan membantumu."
——————————————————————————
Tbc.
Thursday, 13 October 2022

The Woman Next Door - HBS #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang