47. For Today

171 11 0
                                    

Keesokan harinya, Allcia dan Kin sama-sama memulai hari mereka dengan berangkat ke kantor bersama. Tidak ada adu mulut, perdebatan, atau pemicu kekesalan lainnya pagi ini. Sangat kontras dengan hari-hari mereka sebelumnya yang selalu diwarnai dengan perdebatan dan kekesalan satu sama lain.

Terutama untuk Kin, hari ini merupakan hari penting untuknya. Sudah dari semalam ia mempersiapkan semuanya sampai berlatih berpuluh-puluh kali bersama Kynan dan Keanu. Tapi, tentu saja Allcia dan orang lain selain teman-temannya tidak boleh mengetahui hal penting yang sudah ia siapkan matang-matang ini.

Setelah memarkirkan mobil di basement, Allcia dan Kin berjalan bersama menuju lobi. Namun, saat mereka tengah memasuki lift, Kin justru berhenti dengan sedikit gelisah.

"Allcia," panggil Kin dan Allcia menoleh. "Kau duluan saja ke kantor, aku mau mengambil barang yang ketinggalan," ujarnya lagi berbohong pada Allcia.

"Oke," jawab Allcia yang kemudian menunggu pintu lift untuk terbuka dan Kin pun berbalik menuju arah yang berlawanan.

"Selamat pagi, Allcia."

Seorang laki-laki mendekati Allcia yang sontak membuat Kin berhenti melangkah dan berbalik. Ternyata laki-laki yang barusan menyapa Allcia adalah Felix, wakilnya sendiri. Kin tahu Allcia menyukai laki-laki itu, karena Keanu yang pernah mendengarnya dari Cisca.

"Selamat pagi, Felix," sapa balik Allcia sambil tersenyum kecil bertepatan dengan pintu lift yang terbuka. Kemudian, mereka pun berjalan masuk ke lift bersama-sama.

Melihat Allcia yang tersenyum manis pada Felix dan bahkan mereka berdua akan berada di dalam lift berdua selama beberapa menit, entah kenapa membuat Kin langsung teriritasi. Tanpa bisa ia kendalikan, kedua kakinya berlari menghampiri lift dan tangan panjang berototnya ia gunakan untuk menghentikan pintu lift yang hampir tertutup sempurna.

Sakit, memang. Tapi, kalau ia tidak melakukannya, Allcia dan Felix akan berada dalam satu lift berduaan.

"Kin! Apa kau tidak apa-apa?" seru Allcia yang khawatir pada Kin.

Kin berjalan masuk ke lift dan tersenyum pada Allcia. "Tentu saja aku tidak apa-apa, Sayang," ujarnya dengan nada yang sangat manis, membuat Allcia langsung mengerutkan dahinya aneh dan tercengang selama beberapa saat.

"Kin, kenapa─"

"Justru aku yang seharusnya bertanya padamu," sela Kin sambil menghampiri Allcia dan meraih pinggangnya. "Tadi pagi kau muntah-muntah parah seperti itu, mana bisa aku meninggalkanmu, hm?"

Kedua mata Allcia melebar sempurna. Ia tidak mengerti apa yang sedang Kin bicarakan sekarang. Muntah-muntah? Apa maksudnya? Ia ingat betul kalau tadi pagi sampai sekarang ia merasa sehat-sehat saja.

"Kin, aku baik-baik saja. Jadi─"

"Sayangku. Kau tidak tahu betapa khawatirnya aku," sela Kin lagi dengan nada khawatir yang terlalu berlebihan, bahkan sampai memeluk Allcia tanpa mempedulikan Felix yang ada di dalam lift bersama mereka. "Dari semalam bahkan aku tidak bisa tidur karena memikirkan kalian."

"Kalian?" tanya Allcia semakin tidak mengerti.

"Iya, kalian." Kin mengangguk mantap sambil tersenyum lebar. Kedua matanya menatap ke arah perut Allcia dan wajah Allcia bergantian, sementara kedua alisnya bergerak naik turun. "Kau dan bayi kita."

"HA?" Allcia benar-benar tidak bisa mengendalikan teriakannya yang keluar begitu saja setelah mendengar perkataan Kin barusan.

Apa? Bayi?! Bahkan mereka tidak pernah melakukan 'itu' dan Allcia juga masih suci. "Kin, apa maksudmu? Aku─"

"Oh, astaga, Sayang. Iya, iya. Aku lupa kalau kita tidak boleh membahasnya di kantor. Maafkan aku, tapi aku benar-benar khawatir," sela Kin lagi untuk yang kesekian kalinya sambil memeluk Allcia lagi.

The Woman Next Door - HBS #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang