Dear Diary.
Semuanya terjadi begitu cepat. Atau aku yang terlalu lambat menyadari?
******
"Pa, adek sayang papa"
Aku bisa mendengar suara adek.
Di ruangan gelap itu aku bisa mendengar suara anakku di kejauhan.
"Hmm... kalo mulainya malam ini... kayaknya bisa lebih cepet... gak, pasti bisa cepet"
Aku ingin meresponnya.
Aku ingin bertanya apa maksud adek tapi aku tidak bisa membuka mulutku, tidak hanya itu, tubuhku juga terasa sangat berat untuk digerakkan.
"Adek sayang banget banget sama papa. Adek pamit pergi dulu ya, pa"
Aku bisa merasakan adek mencium keningku, tapi aku tidak bisa membuka mata. Firasatku bilang aku harus menahannya, tapi bagaimana aku melakukannya kalau aku sendiri tidak bisa bangun dari tidurku?!
"Duduk aja situ, dek"
"Gak, gue mau pergi dulu. Gue mau ketemu adik-adik gue"
Aku mencoba bangun tapi tubuhku tetap menolak, sampai akhirnya kesadaranku kembali kabur dan aku ditarik kembali ke ruangan gelap itu.
(Bagi yang gak paham. Zhongli sebenernya udah sadar, hanya saja belum bisa bangun atau menggerakkan tubuhnya. Jadi dia hanya tidur secara fisik, tapi akhirnya kesadarannya mulai hilang lagi yang berarti Zhongli kembali tidur seutuhnya. Masih gapaham? Yowes pahami aja sendiri wkwkwk)
******
Perlahan aku membuka mataku dan disambut langit-langit putih yang tidak ku kenali.
Dimana ini?
Kenapa aku ada disini?
Bagaimana aku bisa disini?
Aku mencoba mengangkat tangan kananku, pada lenganku aku melihat selang infus terpasang.
Aku di rumah sakit? Tapi bagaimana-
Ah! Benar juga, semalam aku tertembak. Aku melihat seseorang menodongkan pistol pada adek dan aku refleks berdiri melindungi putriku. Setelah itu aku hanya ingat melihat wajah panik Ajax dan adek, kemungkinan aku pingsan karna tubuhku syok dan kekurangan darah.
Dan melihat sekarang aku masih bisa bangun, artinya aku mendapatkan pertolongan tepat waktu.
Tapi dimana Ajax dan adek? Kenapa mereka tidak ada disini?
Seolah menjawab pertanyaanku, pintu ruangan terbuka dan Ajax masuk bersama dengan dokter.
Mata Ajax membelalak waktu bertemu dengan mataku.
"Xiansheng! Xiansheng udah bangun?!" serunya lalu berlari kecil menghampiri tempat tidurku.
"Y-Ya, baru saja" jawabku. Suaraku agak serak waktu menjawab.
Ajax meninggikan bagian kepala tempat tidurku agar aku bisa minum dengan posisi duduk, lalu memberiku segelas air yang. Sebelum minum aku berterima kasih padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Harian Seorang Anak Archon S1
FanficDear Diary. Aku hanya ingin punya keluarga yang normal tapi dari lahir aja udah gak normal, gimana dong? . . . WARNING : - YAOI bertebaran (YURI juga ada tapi dikit, straight juga ada) - Bahasa kasar - Chara rawan OOC - Bau-bau konten dewasa - Baha...