40. Change

1.2K 108 13
                                    

Asma sangat bosan dengan kegiatannya yang tidak jelas semenjak dia mengajukan cuti kuliah. Ditambah dia sedang kesal kepada kakaknya yang masih betah menemani Gilang yang sedang dinas.

"Dasar alasan aja, Mbak Ismi! Bilang aja mau liburan berduaan," celoteh Asma ketika melihat beberapa instastory kakaknya yang sedang menikmati sarapan bersama suami tercintanya.

"Eh, kok cemberut gitu, sih? Kamu lagi pengen makan sesuatu, ya? Aku cuma buat roti bakar aja," ujar Azhar ketika memasuki kamar dan melihat istrinya mengerucutkan bibirnya yang menandakan istrinya itu sedang kesal.

Asma menggeleng. "Aku cuma bosan tiap hari di rumah aja. Liat Mbak Ismi kayaknya senang banget lagi liburan sama Mas Gilang." Asma mengadu kepada Azhar yang sekarang telah duduk dihadapannya. Kenapa suaminya itu tidak peka, sih?

"Kamu, kan bisa nonton drama favorit kamu atau nggak baca novel-novel aja selama di rumah," saran Azhar. Dia gemas sendiri melihat tumpukan novel Asma yang hampir setiap bulan dibeli, tapi belum dibaca oleh istrinya. Asma memang dalam mode suasana hati yang labil.

"Kamu nggak peka banget, sih!" rajuk Asma. Dia menceritakan Ismi agar Azhar paham bahwa Asma ingin liburan juga bersama dirinya. Hitung-hitung honeymoon yang tertunda.

Azhar terkekeh melihat respon merajuk Asma. Dia sebenarnya paham akan kode yang diberikan Asma kepadanya. Ayolah, istrinya itu selalu menceritakan beberapa orang kenalannya yang sedang berlibur kepada Azhar hampir setiap hari.

Azhar menjawil hidung Asma gemas. "Kamu itu masih butuh istirahat yang cukup. Kalo nanti setelah kita cek ke dokter, terus dokter bilang kalau kandungan kamu sudah sehat dan normal lagi, baru kita pesan tiket ke Lombok," jelas Azhar. Sepertinya, dia harus menyiapkan jadwalnya agar bisa mengambil cuti untuk menyenangkan istrinya.

Mata Asma menatap Azhar dengan binar yang terang. "Lombok? Are you sure, Mas?" tanya Asma masih mencari letak keseriusan Azhar. Walaupun, kadar kejahilan Azhar berkurang sejak dirinya hamil, tapi dia harus bisa memastikan jika ucapan suaminya itu serius.

"Iya, Sayang. Sekarang sarapan dulu, ya," ujar Azhar membuka selimut yang menutupi setengah kaki Asma.

"Kamu nggak modus doang kan, Mas?" Asma nampaknya masih belum percaya akan ucapan suaminya.

"Apa aku harus salto di Monas biar kamu percaya sama aku?" tanya Azhar.

Asma menggeleng dengan senyum mengembang. "Ish, nggak usah kayak gitu juga kali. Aku selalu percaya sama kamu, kok," ujar Asma dengan senyum merekahnya.

"Kamu memang harus selalu percaya sama aku," ucap Azhar tepat pada mata berbinar Asma. Dia sangat takut, kemungkinan jika nanti Asma akan sangat kecewa padanya.

"Ish, kamu ngomong apaan, sih! Ayo kita sarapan roti bakar buatan ayang aku ini," ajak Asma. Melihat wajah sendu suaminya tentu Asma paham akan sesuatu, suaminya memang mempunyai sesuatu yang belum bisa diutarakan kepadanya.

Azhar menahan gerakan Asma yang menariknya untuk berdiri. "Kamu beneran akan selalu percaya sama aku, kan?" Ada nada ketakutan dalam suara Azhar.

Azhar harus segera menemukan cara bagaimana menyampaikan semua kenangan masa lalunya kepada Asma. Karena, salah satu kenangan itu akan sangat menyakiti istrinya.

Asma merangkum wajah suaminya dengan tatapan teduhnya. "Iya, suamiku sayang. Memangnya kenapa aku harus nggak percaya sama kamu? Kamu itu suami aku, maka apapun yang kamu lakukan tentu untuk kebaikan kita, kan?" ucap Asma mencoba memberi pengertian kepada Azhar.

-0-0-0-

"Pak, ini berkas yang bapak minta untuk rapat Jum'at nanti," ujar Arini memberikan sebuah map merah kepada Azhar.

Cinta tak keliru (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang