26. Masih Ada

1.5K 126 15
                                    

Jangan lupa follow ya soalnya aku mau kasih info tentang cerita di wall. Sama jangan lupa komen juga biar aku semangat nulis😭

Sesampainya di ballroom hotel, Arini langsung menggusur kopernya mengabaikan teriakan Danu yang menyuruhnya untuk menunggu pria itu yang sedang berbincang dengan salah satu utusan klien mereka.

Namun, suasana hati Arini terlanjur rapuh. Matanya tidak berhenti meloloskan buliran air mata, maka tugas tangannya pun tidak bisa berhenti agar buliran itu tidak membasahi khimar yang dirinya kenakan.

Duk

Arini tersungkur pelan, pegangan tangannya pada koper terlepas. Dia belum mampu menatap siapa gerangan yang dirinya tabrak. Arini takut orang tersebut terkejut, karena melihat wajah merahnya yang sedari tadi tidak berhenti menangis.

"Kamu nggak apa-apa?" Suara tersebut bukan membuat tangis Arini berhenti, tapi semakin membuat isakannya menjadi tidak terbendung.

Suara yang membuat sesak dadanya semakin membendung.

Azhar terkejut tatkala melihat wanita di hadapannya malah terisak hebat. Apa karena tabrakan mereka cukup keras?

Namun, sedetik kemudian objek di hadapannya membuat keterkejutannya semakin merajalela. Wanita terisak itu adalah Arini, sosok yang pernah singgah lama dihatinya.

"Arini?" ucap Azhar ragu. Namun, matanya masih sehat untuk mengenali wajah sembab di hadapannya yang masih dalam posisi tersungkur.

"Kamu menangis?" Pertanyaan bodoh, bibirnya kaku tidak bisa berbicara seperti biasa. Melihat wanita dihadapannya menangis membuat hatinya sedikit sesak.

Arini bangkit tanpa menjawab pertanyaan ragu Azhar. Bibirnya kelu, dia tidak mau bertatap dengan pria itu takut isakannya semakin hebat. Diraihnya koper yang tergeletak tidak jauh dari posisinya. Dia bangkit dengan tangan sibuk menghapus sebisa mungkin bekas lelehan hangat di pipinya.

Arini berlalu melewati tubuh tegap Azhar.

"Jangan menangis!" Ucapan dari seseorang di belakangnya mampu menahan kaki Arini untuk tidak melanjutkan langkah berikutnya.

"Aku mohon, jangan menangis!" ulang pria itu dengan suara putus asa.

Apa yang dipikirkan pria itu? Apa dia kasihan melihat Arini yang tersiksa karena penyesalannya mendalam?

Tawa getir terdengar rapuh. "Apa pedulimu, Mas? Tolong, jangan buat rasa menyesalku semakin dalam lagi," ucap Arini mencoba menahan isakan dengan menggigit bibir bawahnya, tidak peduli giginya semakin mengetat menusuk bibirnya yang sudah mengeluarkan lelehan merah.

"Aku cuma ingin kamu memulai hidupmu dengan bahagia. Aku tahu serapuh apa dirimu karena ditinggalkan orang-orang tersayangmu," ucap Azhar seakan ikut merasakan pedihnya ratapan Arini.

"Termasuk ditinggalkan olehmu?" Pertanyaan berani muncul dari bibir bergetar Arini. Apa yang sebenarnya dia pikirkan?

"Aku tidak pernah meninggalkanmu!" spontan Azhar menyanggah. Inilah yang dirinya takutkan jika berada pada radius yang sama dengan wanita ini. Dia takut rasa itu muncul kembali.

Arini membalikkan tubuh bergetarnya menghadap Azhar yang tengah menyorotnya tidak kalah rapuh.

"Kenapa kamu tidak menungguku?" ujar Arini memajukan keegoisannya. Saat ini dia tidak peduli bahwa Azhar harus menjaga hati wanita lain.

"Kamu tidak pernah menyuruhku untuk menunggu! Kamu yang pergi tanpa alasan." Suara Azhar mulai menaik. Selama bertahun-tahun dirinya mencari jawaban kenapa wanita dihadapannya pergi tanpa jejak dan sekarang dirinya yang disalahkan.

Cinta tak keliru (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang