Setiap apa yang kita lakukan memiliki alasan yang mungkin terlihat buruk oleh orang lain karena setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda
▪☆▪☆▪☆▪
Pernikahan Asma telah tiba, dimana akan menjadi awal kehidupan baru bagi Asma dimulai dari sekarang. Rasa ragu masih ada dalam lubuk hatinya. Wanita manapun pasti akan menyelipkan keraguan, walaupun hanya sedikit. Bagaimana tidak, Asma baru mengenal Azhar dan pernikahannya pun sangat mendadak.
Asma menatap tampilan dirinya melalui pantulan cermin di hadapannya.
"Kok melamun, sih?"
Seketika Asma tersadar dan tidak disadari dia baru saja menitikkan air mata. Apa arti dari air mata ini? Dia sendiri tidak tahu, entah air mata kebahagiaan atau malah sebaliknya.
"Eh, malah nangis lagi." Ibunya memegang bahu putri bungsunya itu, sehingga saat ini hanya wajah sang ibu yang ada dimata Asma.
"Jangan nangis, dong. Nanti make up-nya luntur, lho." Ibunya menggoda Asma yang masih saja menitikkan air mata. Asma melihat binar mata ibunya yang juga terlihat sendu.
"Kok Umi jadi ikutan sedih juga?" Asma memeluk ibunya dan sontak tangis sang ibu pecah di bahunya.
"Umi sayang sama kalian. Maafkan Umi kalau paksa kamu menerima perjodohan ini. Bahkan, nggak bilang dulu. Tapi, Umi yakin kalau Azhar bisa menjaga dan membimbingmu."
Asma pun berharap seperti itu. Dia ingin membina rumah tangga yang sakinah bersama suaminya kelak. Tentunya dibawah bimbingan Azhar yang akan menjadi suaminya.
"Asma tahu kok, Mi. Asma tahu Umi pasti akan memilih yang tepat untuk Asma." Diusapnya air mata orang yang sangat berjasa dalam hidupnya itu.
"Udah jangan nangis. Gara-gara Umi nangis, Asma jadi ikutan nangis lagi." Memang dari awal Asma sudah menangis, karena ibunya yang malah menangis, tangis Asma kembali pecah.
Kemudian, Ismi masuk dengan tampilan kebaya biru melekat di tubuhnya. Dimana pakaian itu sudah seragam dengan kebaya yang juga dikenakan oleh ibu dan anggota keluarga yang lainnya. Sesuai dengan tema pernikahan yang dipilih oleh Asma dan Azhar.
"Kok Umi masih disini? Keluarga Mas Azhar sudah pada datang, tuh!" Mendengar hal itu membuat Asma menjadi gugup lagi. Sebentar lagi akadnya akan segera dimulai.
"Sabar, ya, Dek. Bentar lagi si Abang halalin Adek, kok!"
Terimakasih Mbak Ismi berkat kata- katamu, nih muka pasti tambah merona. Batin Asma ketika mendengar gurauan nakal kakaknya.
"Acie, mukanya makin merah merona." Terlihat sekali pasti. Asma sangat malu sekarang.
"Sudah, sudah! Ismi, jangan goda Asma terus. Ayo kita segera kebawah!"
Asma memang akan diam di kamar sampai resmi menjadi istri Azhar, yaitu sampai Azhar mengikat dirinya dengan pelafalan akad. Setelahnya, baru mereka bisa bertemu dengan status resmi sebagai suami istri.
"Sabar, ya, Adikku Sayang." Lagi-lagi Ismi menggoda adiknya sebelum keluar bersama sang ibu.
"Dikasih makan apa, sih, sama suaminya. Mulutnya usil banget!" gerutu Asma ketika kakaknya sudah keluar dari kamarnya.
Terdengar suasana di bawah sudah sangat ramai, tapi anehnya akad belum juga dimulai. Seharusnya akad sudah dimulai ketika keluarga mempelai laki-laki sudah datang, bukan?
Lantas, mereka sedang menunggu apa sekarang?
▪☆▪☆▪☆▪
Terselip juga sedikit keraguan di hati Azhar, tapi ketika hari ini tiba dirinya mendapat keyakinan besar. Hari ini merupakan pernikahannya dengan wanita yang baru dia kenal kurang dari seminggu setelah pertemuan pertama mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta tak keliru (END)
Spiritual(Harus Follow sebelum baca, biar bisa baca) Pertemuan memalukan itu adalah awal dari kisah ini. Perjodohan dadakan, pernikahan yang tinggal menghitung hari serta hati yang masih keliru. Semuanya berbaur menjadi satu. Akankah semua ini akan berakhir...