Jangan coba balikkan hati seseorang, seberapa kencang kau memutarnya akan kalah juga. Karena, hanya Allah yang dapat membolak-balikkan hati makhluknya.
▪☆▪☆▪☆▪
Sejak tengah malam tadi Asma dan Azhar sudah berada di rumah milik Azhar. Rumah yang sudah dimiliki, karena kerja kerasnya selama ini yang terletak di kawasan ibu kota, Jakarta.
Azhar menolak untuk tinggal sementara di rumah keluarganya yang berada di Bandung. Oleh karena itu, dia langsung memboyong Asma malam itu juga ke Jakarta, karena ternyata besok ada deadline dadakan dari kantor. Sedangkan, berkas-berkasnya berada di rumahnya sekarang.
Asma tidak bisa menolak untuk tinggal disini bersama Azhar, karena tidak ada alasan untuk dirinya tidak bersedia ikut ke rumah suaminya sendiri.
Azhar baru saja pulang setelah pergi shalat berjamaah di masjid. Dia belum tidur sejak tiba disini. Alasannya, karena dia ingin merenungi mengenai pernikahannya ini. Mungkin, karena merasa sikap istrinya semakin dingin setelah pernikahannya kemarin. Tidak seperti pertemuan mereka sebelum menikah. Tentu, Azhar harus memikirkan penyebabnya.
"Kamu sudah bangun?" Kalimat itu terucap dari mulut Azhar ketika dirinya sedang mencari baju ganti dan melihat Asma beranjak dari posisi tidurnya.
Saat ini, Azhar masih memaki baju kokonya. Dia baru pulang dari masjid setelah melaksanakan sholat berjama'ah. Tidak ada alasan bagi seorang laki-laki yang sudah baligh untuk tidak melaksanakan shalat di masjid secara berjama'ah.
"Sudah." Asma masih enggan memberi jawaban dengan kalimat panjang kepada suaminya.
Maafkan aku, jujur aku masih kecewa kepadamu, Mas.
Sangat sulit sekali untuk bisa bersikap seperti awal mereka bertemu. Sangat sulit. Namun, Asma akan tetap berusaha agar hatinya bisa kembali menerima Azhar seperti dulu lagi. Entah memerlukan berapa banyak waktu.
Asma tetap akan mencobanya, karena dia menyadari jika terus bersikap seperti ini tentu tidak baik untuk rumah tangganya. Selain itu, apa yang dia lakukan sekarang adalah sikap terlarang bagi seorang istri.
"Kamu sudah sarapan?" tanya Azhar lagi yang dibalas gelengan oleh Asma. Rasa nafsu makan Asma mendadak hilang.
Setelah usai melaksanakan shalat subuh, Asma terlelap kembali. Badannya sangat lemas, karena selesai acara resepsi mereka membawa beberapa barang dari rumah Asma dan langsung menuju ke Jakarta. Seingat Asma, dari kemarin dirinya memang belum makan apa-apa.
Entahlah, memang akhir-akhir ini nafsu makan Asma menurun secara drastis. Jika saja Umi atau kakaknya tahu, mereka pasti akan mengomel sampai dia benar-benar memasukkan makanan ke dalam mulutnya detik itu juga di depan mata mereka langsung.
"Mau bubur, nggak? Di daerah sini ada kedai bubur yang enak banget," tawar Azhar berupaya berinteraksi dengan istrinya.
Setidaknya agar Asma mau sarapan pagi ini, karena dia tahu kalau istrinya belum makan apapun dari kemarin malam. Azhar telah menawari Asma makan semenjak mereka sampai disini, tapi tetap saja ditolak dengan gelengan kepala.
Mungkin rasa lelah Asma juga karena efek belum makan dari kemarin dan akibat perjalanan pindahan mereka yang cukup mendadak.
"Boleh."
Satu kata yang menggambarkan usaha Asma untuk membuka kehidupan awalnya dengan Azhar. Bagaimanapun juga, dia akan hidup bersama Azhar mulai sekarang dan entah sampai kapan. Asma pun ragu menerka kelanjutan pernikahan mereka.
Asma sadar jika terus-terusan bersikap dingin seperti ini, maka tidak akan ada kebahagiaan di dalam keluarganya sampai kapan pun. Tidak hanya akan berdampak pada keluarga kecilnya saja, tapi juga untuk keluarga Asma dan juga keluarga Azhar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta tak keliru (END)
Spiritual(Harus Follow sebelum baca, biar bisa baca) Pertemuan memalukan itu adalah awal dari kisah ini. Perjodohan dadakan, pernikahan yang tinggal menghitung hari serta hati yang masih keliru. Semuanya berbaur menjadi satu. Akankah semua ini akan berakhir...