Jangan lupa vote dan komen yang banyak dong sebagai bentuk apresiasi kalian dan tentunya jadi penyemangat aku. Kritik dan saran juga aku terbuka yaa...
Hidup akan berwarna jika dijalani dengan kebersamaan kita
▪☆▪☆▪☆▪
Suara adzan subuh berkumandang, tapi Asma masih bergelung nyaman dalam selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Seakan itu merupakan tidur ternyaman sepanjang hidupnya.
Azhar yang baru saja pulang dari masjid tersenyum melihat sang istri yang masih tertidur pulas. Dia tidak tega membangunkan istrinya, tapi panggilan untuk menghadap-Nya telah berseru memanggil.
"Dek, bangun. Shalat shubuh dulu." Azhar duduk di pinggiran tempat tidur seraya menepuk pelan pipi sang istri yang masih bergelung nyaman dengan selimut tebalnya.
"Eunghh." Asma menggeliat karena tidurnya terusik, sepertinya dia belum siap untuk bangun karena tubuhnya masih enggan untuk menyambut pagi.
Matanya masih susah untuk terbuka. Hari ini akan menjadi subuh tersiang semasa Asma dewasa, mungkin karena efek kelelahan.
"Bangun, Dek. Nanti waktu subuhnya keburu habis," seru Azhar masih sangat lembut membangunkan sang istri yang tampak masih nyaman bergelung dalam selimut.
Asma membuka matanya perlahan agar tidak terlalu kaget melihat pagi dalam kamarnya. Yang pertama kali dia lihat adalah pangeran di hatinya saat ini. Tepat di hadapannya sekarang adalah suaminya yang tampak sangat tampan dengan balutan baju koko di tubuhnya.
Apa dia masih bermimpi? Ah, ini memang dunia nyata dan suaminya memang ada di depannya sekarang.
"Kamu sudah shalat, Mas?" tanya Asma dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur.
Azhar tetap tersenyum manis duduk di pinggiran tempat tidur, tepat disamping istrinya.
"Alhamdulillah, aku sudah shalat. Baru sampai barusan. Tadi aku tidak tega membangunkan kamu," jawab Azhar sembari membelai pipi Asma yang terasa sangat lembut di tangannya.
Asma benar-benar sangat cantik dimatanya.
▪☆▪☆▪☆▪
Setelah melaksanakan shalat shubuh, Asma menghampiri Azhar yang sedang tadarusan di bawah sofa yang beralaskan karpet bulu berwarna ungu.
"Mas, aku mau ikut tadarusan sama kamu, ya?" seru Asma semangat langsung duduk dengan membawa mushaf Al-qur'an dipelukannya. Dia segera duduk berhadapan dengan Azhar disana.
Azhar menghentikan bacaannya dan melirik Asma yang hendak membuka mushafnya. "Kenapa duduk disitu?" tanya Azhar dengan suara datar.
Asma langsung menoleh. Ada rasa malu dalam dirinya karena takut jika Azhar ternyata tidak mengijinkannya untuk ikut tadarusan bersama. Walaupun, hal tersebut terdengar mustahil.
Seorang suami seperti Azhar tidak mengijinkan istrinya berbuat kebaikan bersamanya? Benar, akan aneh jika hal itu dilakukan oleh seorang Azhar.
"Aku nggak boleh ikut tadarusan sama kamu disini, ya?" Asma berbicara dengan nada kecewa dan hendak beranjak dari posisi duduknya.
"Kok malah pergi? Maksud aku kamu duduknya disini. Disebelah aku," seru Azhar sambil menepuk tempat kosong di sampingnya.
Seketika langkah Asma terhenti. Sudah dapat Azhar pastikan wajah sang istri yang sekarang dalam posisi membelakanginya telah bersemu merona.
"Nggak jadi! Aku tadarusan di kamar saja sendiri."
Bukan maksud Asma untuk menolak ajakan sang suami, tapi Asma tidak ingin suaminya tahu jika wajahnya tengah merona sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta tak keliru (END)
Spiritual(Harus Follow sebelum baca, biar bisa baca) Pertemuan memalukan itu adalah awal dari kisah ini. Perjodohan dadakan, pernikahan yang tinggal menghitung hari serta hati yang masih keliru. Semuanya berbaur menjadi satu. Akankah semua ini akan berakhir...