7. Keputusan

2.8K 254 28
                                    

Setiap keputusan akan membawamu ke alur hidup yang baru

▪☆▪☆▪☆▪

Hari ini, Asma akan bertemu dengan sosok laki-laki yang menjadi pilihan ibunya. Sampai sekarang, Asma sama sekali tidak tahu bagaimana sosok calon suaminya itu. Bahkan, namanya saja Asma tidak tahu.

Mungkin ini yang terbaik, karena semuanya memang diawali dengan tema dadakan. Dia takut jika mengetahui dari awal akan membuat hatinya ragu, terutama akhir-akhir ini ada seseorang yang mulai terukir di hatinya.

Bagaimanapun juga, keridhoan Allah terletak pada ridho orang tua, bukan? Tidak mungkin ibunya memberikan sesuatu yang buruk pada anaknya sendiri. Termasuk ibunya.

"Asma sudah siap belum?" Terdengar suara ibunya dari balik pintu kamarnya yang memang sengaja dia tutup.

"Bentar lagi, Mi," sahut Asma dari dalam kamar. Sedari tadi sebenarnya Asma belum bersiap-siap. Dia masih memikirkan keputusan yang telah diambilnya beberapa hari yang lalu. Keraguan terkadang masih mengganggunya.

"Insya Allah, ini adalah keputusan terbaik untuk kehidupan gue." Asma berusaha meyakinkan hatinya yang masih diliputi oleh kekeliruan.

Pintu kamar Asma tiba-tiba terbuka dan menampakan kehadiran kakak tercintanya, Ismi.

"Ini pasti yang terbaik untukmu, Dek," ucap Ismi meyakinkan adiknya sambil melangkahkan kakinya mendekati Asma yang masih berdiam di depan cermin. Dia mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh adiknya sekarang. Terutama perjodohan adiknya lebih mendadak daripada Ismi.

"Tapi, Asma bahkan belum pernah bertemu dengannya, Mbak."

Itulah salah satu keraguan yang membuat Asma bimbang akan keputusannya. Bagaimana pun juga tak kenal maka tak sayang.

"Mbak yakin, dia adalah laki laki yang dapat membimbing kamu nantinya."

Dari nada bicara Ismi, sepertinya kakaknya itu tahu siapa sosok laki-laki yang akan menjadi adik iparnya. Ya, calon suaminya Asma.

"Kok, Mbak yakin banget? Apa Mbak kenal sama dia?" tanya Asma menelisik curiga kepada kakaknya.

Setelah pertanyaan itu terlontar dari mulut adiknya, Ismi langsung mengalihkan pembicaraan mereka. Dia hampir saja keceplosan.

"Ayo, Dek! Takut yang lain nunggu lama." Ismi tidak pandai menyembunyikan sesuatu dari adiknya, karena Asma sudah sangat hafal akan sifat kakaknya itu. Begitu pun sebaliknya. Termasuk, ketika sedang berbohong.

Asma menahan tangan Ismi yang akan meraih gagang pintu kamar.

"Mbak tahu, kan? Mbak, jangan buat aku bingung dan ragu begini. Siapa orangnya, Mbak?" Asma masih menatap Ismi penuh harap. Mungkin dengan memohon seperti ini, kakaknya bersedia menceritakan sosok yang masih menjadi teka-teki baginya itu.

"Kamu pasti akan tahu beberapa menit lagi, Sayang. Jadi, sabar aja, Adikku."

Kenapa Mbak ismi malah kayak mempermainkan gini? Kesal Asma dalam hati.

"Aku kesel sama Mbak!" Asma melepaskan tangan Ismi dan langsung membelakangi Ismi dengan wajah cemberut. Padahal untuk informasi itu penting sebagai antisipasinya agar tidak terlalu terkejut nanti.

"Kok masih disini? Kasihan tamunya udah pada nunggu di bawah, lho." Ibunya muncul dengan sedikit ocehan pelan agar tidak terdengar sampai ke bawah.

"Maaf, Umi. Ismi duluan ke bawah, ya."

Beneran, deh, kenapa jadi gugup begini? Asma belum siap Umi!

Asma mulai dituntun untuk turun ke bawah oleh ibunya. Seketika langkah Asma tercekat melihat keluarga dan sosok calon suaminya yang sudah menunggu di ruang tamu. Dia tidak salah lihat, kan?

Cinta tak keliru (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang