Aku akan lebih memilih menjadi obatmu dibandingkan orang yang akan mengobatimu
▪☆▪☆▪☆▪
Akhir pekan yang Asma tunggu tidak berjalan sempurna dan jauh dari kata sempurna. Bahkan, liburan akhir pekannya bersama Azhar yang sudah direncanakan gagal total.
Ya, hari dimana awal Asma ingin memulai suatu kebahagiaan bersama orang yang baru memasuki kehidupannya dan membuat dirinya terlampau nyaman.
Bodoh.
Itulah kata yang selalu Asma lontarkan untuk dirinya. Seharusnya, dia tidak bertanya mengenai hal itu. Asma sudah tahu, kemungkinan jawaban yang dia dapatkan akan menimbulkan luka baru di hatinya. Benar saja, hal itu terbukti tanpa Azhar menjawab pun Asma sudah merasakan sesak.
Sudah dua hari lamanya, sejak Asma melontarkan pertanyaan konyol itu, dia menjadi lebih pendiam dari biasanya. Azhar tentu tahu pasti penyebab hal itu. Ya, karena dirinya.
"Tadi Gilang pesan katanya nanti bakal ada acara Aqiqah buat Farel anaknya Tante Maya," ucap Azhar ketika baru selesai keluar dari kamar mandi.
Asma hanya mengangguk masih dalam posisi diam di atas tempat tidur dengan mata menatap keluar jendela kamar. "Aku udah dikasih tahu Umi," lanjut Asma dengan nada datar. Dia masih enggan bertemu pandang dengan suaminya.
"Kamu marah?" tanya Azhar akhirnya. Situasi seperti ini sangat tidak dia suka. Didiamkan.
"Marah karena apa? Mas punya salah sama Asma?" sahut Asma dengan rangkaian kata yang menohok Azhar.
"Sikap kamu beda, aku tahu kamu marah. Apa karena-"
"Udah, Mas. Aku nggak apa-apa. Cuma lagi banyak pikiran soal kuliah," potong Asma karena tidak ingin suaminya mengungkit pertanyaan bodohnya hari itu. Dia anggap tidak pernah bertanya hal itu.
Dua hari belakangan ini, Asma selalu menghindari Azhar. Dia pasti tidur lebih awal, padahal nyatanya untuk memejamkan mata saja sangatlah sulit.
Tugasnya sebagai seorang istri tidak pernah absen, terkecuali untuk urusan berhadapan dengan Azhar. Rasanya belum siap. Masih ada rasa sakit ketika berhadapan dengan suaminya.
"Kamu udah siap?" tanya Azhar kepada istrinya yang baru keluar kamar dengan balutan gamis abu-abu. Sangat manis, tapi tidak ada senyuman manis terhias di wajah itu.
"Udah. Ayo mas nanti telat!" Asma selalu memilih kata yang mempersingkat perbincangannya dengan Azhar. Hanya kata yang seperlunya, tanpa embel-embel seperti hari-hari kemarin.
"Pake sealtbel-nya," ucap Azhar mengingatkan istrinya yang lagi-lagi hanya diam.
Asma hanya diam dengan pandangan kosong menatap ke luar jendela. Wanita di sampingnya itu tidak merespon karena memang pikirannya entah berada dimana.
"Asma?" panggil Azhar karena tidak ditanggapi sedari tadi. Dia merasa tidak dianggap.
"Astagfirullah, malah ngelamun," ujar Azhar sambil memasangkan seatbelt pada tubuh Asma. Dia benar-benar diacuhkan.
"Ma-Mas ngagetin aja!" ucap Asma dengan gugup karena jarak wajah Azhar terlampau dekat dengan wajahnya. Dia baru sadar Azhar sedang memasangkan seatbelt pada tubuhnya.
"Aku udah bicara sama kamu dari tadi," ucap Azhar memundurkan kembali tubuhnya ke belakang kemudi.
"Aku nggak denger, Mas. Maaf." Asma masih tidak bisa mengontrol degup jantungnya, karena efek samping tindakan Azhar barusan.
Nyatanya, hatinya masih merespon tindakan manis Azhar. Benar-benar tidak sinkron dengan pikirannya saat ini.
"Aku dicuekin mulu, sih," ucap Azhar dengan menatap lekat Asma di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta tak keliru (END)
Spiritual(Harus Follow sebelum baca, biar bisa baca) Pertemuan memalukan itu adalah awal dari kisah ini. Perjodohan dadakan, pernikahan yang tinggal menghitung hari serta hati yang masih keliru. Semuanya berbaur menjadi satu. Akankah semua ini akan berakhir...