"Rin, ada anak dari teman Om yang mau kenalan sama kamu. Katanya dia pernah liat kamu pas di Jerman waktu itu," ujar Bayu kepada keponakan dari istrinya itu. Dia sudah menganggap Arini seperti keponakan kandungnya sendiri. Bahkan, mungkin putri kandungnya sendiri.
Arini tersenyum menanggapi obrolan ini. "Arini nggak dulu mikirin itu, Om. Mau fokus dulu sama kerjaan," ujarnya sopan. Dia sangat menghormati suami dari tantenya itu, karena berkat Bayu, Arini bisa hidup dengan layak setelah ditinggalkan oleh kedua orang tuanya.
Vina datang membawa camilan untuk suami, anak dan juga keponakannya.
"Dia bukannya nggak mau mikirin asmara. Tapi, emang hatinya nggak bisa pindah ke lain orang aja," timbrung Vina. Semua anggota keluarga mereka sudah tahu bahwa mulut wanita itu memang sangat pedas.
"Kamu bisa dapat yang lebih baik dari Azhar, Rin. Kayaknya Azhar sangat mencintai istrinya." Bayu sama sekali tidak mendukung tindakan yang selalu disarankan oleh istrinya kepada Arini.
Ya, walaupun Bayu tahu bahwa Arini masih sangat mencintai Azhar. Namun, Bayu bisa melihat Azhar yang pekan lalu bertemu dengannya terlihat bahagia berjalan bersama sang istri.
"Kamu apaan, sih! Malah bikin Arini jadi sedih," ujar Vina.
"Nggak apa-apa, Tante. Om Bayu memang benar, kayaknya Arini harus belajar lebih mengikhlaskan Mas Azhar lagi," ucap Arini dengan senyum samar. Sulit, sangat sulit memang.
Bayu yang tidak ingin bertengkar dengan istrinya dengan alasan yang selalu sama ini, kemudian berlalu untuk segera tidur ke kamar. Dia sama sekali tidak berniat membuat Arini sedih, tapi pada nyatanya semua saran istrinya lambat laun malah mengubah pribadi Arini.
"Om kamu itu emang suka nggak jelas. Nggak usah dipikirin, ya?" ujar Vina kepada keponakannya. Dia tahu betul bagaimana rasa cinta Arini kepada Azhar dan suaminya malah bertindak gegabah.
"Tapi, Om Bayu emang benar, Tante. Apa Arini menyerah saja?" tanya Arini. Dia pikir, keinginan hatinya sudah jauh dari batas aman dirinya.
Vina menggeleng keras. "No, Arini! Tante ingin kamu bahagia dengan orang yang kamu cintai. Apa kamu rela membiarkan pria yang seharusnya menjadi milikmu malah berada di pelukan wanita lain? Bahkan, dengan jalan perjodohan pula!" ujar Vina menolak ungkapan menyerah Arini.
"Tapi, Mas Azhar memang sudah mencintai istrinya itu," lirih Arini. Dia sangat ingat betul bagaimana tatapan Azhar kepada istrinya ketika di bioskop kemarin.
"Itu memang kewajibannya. Kita tidak tahu isi hati manusia, bukan?" ucap Vina meyakinkan.
Arini hanya mengangguk, karena memang dalam hatinya masih sangat menginginkan Azhar menjadi miliknya sepenuhnya. Apakah salah dirinya egois sekarang? Dia terlalu banyak berkorban untuk orang lain dan mengorbankan kebahagiaannya sendiri.
"Nanti akan ada acara arisan keluarga di rumah orang tua Gilang. Kamu temani tante, ya?" ajak Vina. "Hari Minggu, kok. Jadi, kamu bisa sekalian ngisi libur juga," jelas Vina.
"Tapi, aku masih belum siap ketemu sama Mas Gilang," cicit Arini.
Sedikit banyak Gilang pasti tahu tentang perilakunya selama ini terhadap Azhar dan dia pun sebenarnya masih kecewa kepada Gilang yang malah mendukung Azhar menikah dengan adik iparnya, Asma.
"Gilang nggak akan ada. Sudah lama, kan, kamu nggak datang untuk kumpul keluarga," ucap Vina. Walau bagaimanapun juga, Arini masih bagian dari keluarga besar mereka.
Akhirnya, Arini mengangguk setuju. Dia tidak enak juga menolak ajakan tantenya itu dan juga dia sudah lama tidak bertemu dengan sanak keluarganya yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta tak keliru (END)
Spiritual(Harus Follow sebelum baca, biar bisa baca) Pertemuan memalukan itu adalah awal dari kisah ini. Perjodohan dadakan, pernikahan yang tinggal menghitung hari serta hati yang masih keliru. Semuanya berbaur menjadi satu. Akankah semua ini akan berakhir...