24. Meet Up

1.5K 126 20
                                    

Lanjut up revisi jangan, Readers? Komen dong🥺 Biar aku semangat revisi sama up. Buat menemani bulan puasa kalian

Asma berjalan dengan langkah lesu menyusuri lorong menuju kantin, karena kelasnya dimulai sekitar dua jam lagi. Dia sudah memberitahu sahabatnya bahwa sedang butuh dihibur.

"DORR!"

Asma berjangkit kesal bukan kaget. Sudah menjadi kebiasaan Shila mengagetkannya. Asma menoleh kepada Shila dengan wajah merana.

"Shil, udah gue bilang jangan ngagetin. Gue kasian sama lo, malu diliatin banyak orang," ucap Asma kepada Shila yang sudah kikuk karena tindakannya barusan, semua mata tertuju padanya.

"Lagian lo nggak ada kaget-kagetnya. Pura-pura kaget kek buat nyenengin gue," ujar Shilla yang telah mendudukkan dirinya di kursi berhadapan dengan Asma.

Shilla menatap wajah sahabatnya dengan intens. "Muka lo kenapa? Bukannya abis honeymoon, ya? Kok kusut kayak lap kompor," tanya Shilla yang setelahnya menyeruput es jeruk milik Asma.

"Honeymoon apaan? Baru aja nyampe Bandung, Mas Azhar udah harus berangkat ke Jerman besoknya," celoteh Asma dengan wajah sangat merana.

Tujuannya berangkat sangat awal adalah berbagi keluh-kesah bersama Shilla, sahabatnya. Dia sangat merindukan suaminya yang tiba-tiba pergi ke luar negeri dan hanya bercerita kepada Shilla bisa mengurangi beban merananya.

Shilla memasang wajah iba. "Kasian kucing piaraan gue ini. Cup cup cup, kan Mas Azhar pergi buat nyari sebongkah berlian buat lo," goda Shilla kepada Asma.

Sudah jadi rahasia umum bagi setiap wanita lajang bahwa menikah dengan pria yang berprofesi seperti Azhar harus siap menerima ditinggal dadakan seperti nasib Asma sekarang.

"Duh, ibu-ibu ini lemah banget, sih!" usil Shilla kepada sahabatnya yang masih kentara sekali tidak bersemangat pagi ini.

Asma memberenggut. "Gue kangen Mas Azhar, Shilla!" eluh Asma kepada Shilla dengan nada sedikit berteriak seperti anak kecil yang minta jajan.

"Yaelah, baru sehari aja udah kangen. Jangan kayak anak kecil deh, Asma!" ucap Shilla sembari melirik ke sekeliling karena ocehan Asma cukup keras. Apa Asma tidak malu bersikap seperti itu?

Asma hanya menunduk menempelkan dagunya pada lipatan tangan di atas meja. Jika bukan karena ada kelas dua jam mendatang, dia lebih baik merebahkan diri untuk memikirkan segala kegalauannya di depan stok dramanya.

"Shil, ntar lo nginep di rumah gue, ya?" pinta Asma menatap Shilla yang sibuk menyedot es jeruknya. Keterlaluan memang, disaat sahabatnya merana Shilla bisa-bisanya adem ayem seperti sekarang.

Shilla ikut melirik Asma untuk mengalihkan fokusnya. "Nggak mau! Ntar gue dipeluk-peluk pas tidur karena gue disangka suami lo lagi!" tolak Shilla.

Kebanyakan cerita orang merana memang seperti itu. Guling, bantal, maupun teman terlihat seperti orang yang dirindukannya. Membuat Shila geli sendiri membayangkannya.

"Nggak, lah! Gue masih waras buat peluk-peluk, lo!" kesal Asma. Dia sebenarnya takut sendirian di rumah apalagi sekarang Asma sedang mengandung. Yap, pagi tadi dia telah melihat dua garis merah pada alat kehamilan. Andai Azhar melihatnya, pasti suaminya akan berteriak kegirangan.

"Emangnya lo tega nanti anak gue ileran, Shil?" ucap Asma memelas.

Seketika es batu yang berada di kunyahan Shilla terlempar ke meja.  "Anak siapa? Tolong ulangi, Asma!" titah Shilla meminta Asma mengulang apa yang barusan dirinya dengar.

"Anak gue ileran?" Asma mencoba mencari kata yang sekiranya menjadi topik yang diinginkan Shilla.

Shilla langsung menegakkan tubuhnya menatap Asma dengan serius. "Lo bunting?!" tanya Shilla.

Cinta tak keliru (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang