41. Obsesi Masa Lalu

1.4K 108 19
                                    

Seperti apa yang telah Azhar beritahukan kepada Arini, dia akan berbicara kepada wanita itu. Azhar harus mengakhiri semua angan Arini karena kenangan masa lalu mereka, sebelum wanita itu berubah terlalu jauh. Terlebih, dia tidak ingin Asma mengetahui masalah masa lalunya dengan pandangan yang tidak Azhar harapkan.

"Kamu jangan lupa makan sama minum vitaminnya. Aku ada urusan kantor dadakan dulu," bohong Azhar kepada istrinya. Karena, jika bukan masalah kantor, Asma akan menuntut banyak jawaban atas pertanyaan detail yang akan diajukannya.

"Kamu jangan lupa makan juga, Mas. Kemarin juga nggak makan siang, kan?" Asma tentu khawatir kepada Azhar. Akhir-akhir ini, suaminya lebih mementingkan dan mendahulukan semua tentang dirinya.

"Kamu kok tahu, sih?" tanya Azhar. Dia sama sekali tidak memberitahu Asma jika akhir-akhir ini dirinya jarang makan siang.

"Kamu meragukan feeling seorang istri?" jawab Asma dan membuat Azhar terkekeh.

Memang benar apa yang selalu disampaikan Asma kepada dirinya adalah srbuah fakta. Namun, dia tidak ingin Asma mempunyai curiga kepadanya dan Arini juga.

Panggilan manis mereka terputus ketika Azhar sudah sampai di lahan parkir sebuah cafe yang menjadi tempat bertemunya dengan Arini. Kenapa wanita itu selalu mencoba membangunkan kenangan masa lalu mereka, termasuk cafe yang menjadi tempat pertama Arini ketika diajak jalan-jalan oleh Azhar di Jakarta.

"Maaf saya telat," ucap Azhar ketika sudah menemukan kursi yang dipesan Arini untuk mereka.

Arini mendongak dengan senyum cantiknya. "Aku sudah bilang, kan kalau sekarang giliran aku yang harus banyak menunggu. Jadi, nggak apa-apa," jawab Arini dengan arti tersirat.

Azhar tidak bodoh mengartikan ucapan wanita itu. Mungkin jika saja wanita itu dahulu memberinya kabar, maka hubungan mereka-

Azhar menggelengkan kepalanya menangkis semua kata mungkin dan andai yang ada di benaknya.

"Kamu mau pesan apa, Mas?" tanya Arini kepada Azhar.

Azhar menggeleng. Dia hanya ingin mengatakan sesuatu yang penting dengan wanita itu, bukan berniat bercengkrama seperti orang lain.

"Saya mau bicara sama kamu," ucap Azhar memulai. "Ini tentang kamu dan istri saya," lanjutnya sebelum Arini berpikir jauh.

Arini hanya tersenyum kecut mendengar ucapan Azhar. Kemungkinan harapannya tercapai sangat jauh, tapi dia harus bersikap tenang. "Ada masalah apa antara aku dan istri Mas? Aku bahkan belum pernah bertemu dan-"

"Kamu pernah bertemu dengan dia Arini!" Bisa-bisanya wanita itu berbohong. Benar saja, Arini sudah berubah terlalu banyak. "Dan saya tahu kamu ingin menjalin komunikasi dengan istri saya di akun media sosialnya," ujar Azhar. Walaupun hal tersebut terlihat sepele. Namun, bagi Azhar sangat ganjil jika Arini tiba-tiba mendekati Asma.

"Apa dia bercerita padamu tentang itu semua? Dasar kekanakkan!" remeh Arini. Dia memang ingin menjalin komunikasi dengan Asma. Namun, ternyata istri dari pria di hadapannya ini sangat suka mengadu apapun kepada Azhar.

"Saya harap kamu tidak mengaitkan Asma dengan masa lalu kita. Memangnya apa yang kamu inginkan dengan mendekati istri saya?" tanya Azhar. Dia tidak boleh kehilangan kendali ketika Arini semakin memancing amarahnya.

"Aku hanya ingin mengetahui kelebihan wanita yang kamu nikahi itu. Apa yang dia lakukan sehingga membuat kamu harus seperti ini, bahkan dulu kamu tidak bersedia menikah dengannya," ujar Arini.

"Kamu benar-benar sangat berubah, Arini!" desis Azhar.

Arini terkekeh mendengar ucapan Azhar. "Yang membuatku berubah itu kamu, Mas! Padahal aku rela untuk menjadi istri simpanan kamu. Apa kamu tidak memikirkan ucapanku itu?" ucap Arini berubah menjadi pilu. Dia hanya menaruh harapan pada Azhar setelah kepergian kedua orang tuanya.

Cinta tak keliru (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang