45. Masih Bersembunyi

1.4K 121 47
                                    

Azhar melangkahkan kakinya menuju kamar. Dia keluar sebentar barusan untuk mengangkat panggilan dari Danu. Sedangkan, Asma sudah berada di kamar dan Azhar tidak tahu istrinya itu masih menunggunya untuk membicarakan sesuatu atau malah sudah tidur.

Azhar memutar knop pintu kamar dan tampak Asma sedang fokus dengan ponsel di tangannya. Apa yang ingin dibicarakan oleh Asma kepadanya?

Apa istrinya melihat notifikasi pesan dari Arini tadi? Tidak mungkin, pasalnya raut wajah Asma terlihat biasa saja, tidak seperti seorang istri yang mengetahui suaminya mendapat pesan dari wanita lain.

"Sayang," sapa Azhar. Ketakutannya tadi sepertinya masih ada, terbukti dia jadi salah tingkah sendiri takut dengan topik yang akan dibawa oleh istrinya.

Asma menoleh kepada Azhar dan langsung menaruh ponselnya di atas nakas di samping tempat tidur. "Eh, Mas. Udah telpon dengan Mas Danu-nya?"

Azhar mengangguk dan menghampiri Asma untuk duduk di sampingnya. Dia berdehem untuk menetralkan perasaannya yang sudah berpikir jauh ke arah prasangka buruk.

"Kamu mau bicarakan tentang apa?" tanya Azhar hati-hati.

Asma menyipitkan matanya melihat kegugupan suaminya. "Mas, kamu kenapa? Kok aneh, sih? Ada masalah kantor pas tadi telpon sama Mas Danu?" tanya Asma beruntun. Dia saja belum memulai interogasi suaminya, tapi Azhar sudah aneh seperti ini. Mungkin, lain kali saja dia menanyakan perihal Arini.

Azhar menggeleng. "Nggak apa-apa. Tapi, sepertinya weekend sekarang aku nggak bisa nemenin kamu dari pagi," ucap Azhar.

Azhar tadi memang sempat berbicara dengan Danu, tapi setelahnya dia terpaksa menerima panggilan dari Arini. Karena, ada sesuatu yang sangat penting.

Asma mendesah berat. Padahal dia ingin menghabiskan waktu bersama dengan Azhar akhir pekan ini. Namun, ya sudahlah, dia sepertinya akan jadi ikut ke acara arisan kakaknya saja.

"Kenapa? Kalau kamu mau aku temenin, aku bisa tunda aja kerjaanku, Sayang," ucap Azhar. Jelas, dia bisa melihat raut kecewa istrinya.

Asma menggeleng dan tersenyum. "Nggak usah, Mas. Tadinya aku bilang ke Shilla buat pesan tiket Jakarta Aquarium, katanya lagi ada acara seru juga di sana nanti weekend," jelas Asma. Dia tadinya ingin mengajak Azhar ke sana. Namun, sepertinya suaminya ada keperluan mendadak di kantor.

"Kamu pengen banget ke sana?" tanya Azhar tidak tega melihat kekecewaan Asma.

"Tadinya, tapi nggak apa-apa. Kita bisa nanti aja kesananya, lagian aku bisa ikut Mbak Ismi ke arisan bulanannya."
Asma sengaja tidak memberitahu Azhar bahwa mereka akan arisan di keluarga besar Gilang. Tentu kemungkinan besar akan ada Vina juga dan Azhar pasti melarangnya.

Azhar menjawil hidung mancung istrinya. "Sejak kapan istriku ini ikut acara arisan kayak gitu," goda Azhar. Asma memang anti ikut arisan seperti itu, dia lebih suka menabung, katanya.

"Ish, sakit hidung aku jadi merah!" keluh Asma, kebiasaan suaminya memang. "Aku cuma nemenin Mbak Ismi aja, Mas," lanjut Asma. Dia memang tidak tertarik ikut arisan seperti itu.

"Kamu izinin, kan?" tanya Asma.

"Kalo aku nggak izinin gimana?" goda Azhar.

"Aku bakal ngambek, lah!" kekeh Asma dan disambut cubitan Azhar di pipinya.

"Iya, aku izinin. Tapi, jangan sampe lupa makan dan minum vitaminnya, Sayang," peringat Azhar. Pasalnya, Asma sangat susah untuk makan apalagi kalau ketika asik bepergian keluar. Harus ada yang mengingatkan.

Asma mendesah malas. Lagi-lagi perihal makan dan minum vitamin. "Iya, Sayangku Cintaku," ujar Asma. "Besok ketemu sama Mas Danu jam berapa?" tanya Asma dan sontak membuat Azhar terperanjat kaget.

Cinta tak keliru (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang