5. Mendadak

3.1K 262 22
                                    

Jangan lupa vote dan komen di setiap paragrafnya yaa...

Selamat Membaca

Rencana Sang Khaliq akan lebih indah dibandingkan dengan rencana yang kau buat seribu tahun lalu

▪☆▪☆▪☆▪

Sebelum Asma melangkah keluar untuk pulang ke rumah, dia baru ingat bahwa daerah tempat tinggal orang tua Gilang memang sangat jauh dari rumahnya. Selain itu, di daerah sana cukup sepi untuk angkutan umum.

Asma berbalik dan berjalan kembali ke dalam rumah mendekati Ismi.

"Kenapa balik lagi?" tanya Gilang ketika melihat Asma sudah masuk kembali. Bukankah tadi adik iparnya bilang sudah memesan taksi online?

"Mas, jadi gini, kan rumah Umi jauh banget dari sini. Terus, kalo naik taksi lama nunggunya. Jadi-"

Asma berbicara sangat jelas pada setiap katanya, hal itu agar kakak iparnya cepat tanggap akan maksudnya. Kalau peka itupun juga.

Awalnya, Asma ingin segera pergi dari sana dan memberitahu sudah memesan taksi online. Namun, nyatanya sedari tadi tidak ada yang menangkap pesanan darinya. Mungkin, karena jam pulang kerja juga.

"Jadi, apa?" tanya Ismi menggantikan Gilang untuk menjawab adiknya tanpa menunggu respon suaminya. Terlalu lama jika menunggu Gilang!

Mbak Ismi nggak ngerti banget, sih! Nggak peduli amat sama adiknya. Batin Asma dalam hati menggerutu.

"GAK JADI!"

Wajah Asma langsung berubah masam. Dia berbalik menuju pintu keluar melanjutkan maksud awalnya, yaitu pulang sendiri tanpa meminta Gilang mengantarnya.

Terpaksa Asma harus berjalan ke depan gapura perumahan untuk mendapat angkutan umum, karena taksi di daerah sana sangat jarang.

"Mau saya antar?"

Suara itu menghentikan langkah Asma. Tidak hanya menghentikan langkahnya saja, tapi detakan jantung Asma pun ikut berhenti untuk sesaat saking berdetak kencang.

Ada apa dengan debaran jantungnya akhir-akhir ini?

"Iya?" Asma belum berbalik dari tempatnya, memastikan dahulu bahwa kalimat tadi memang tawaran untuk dirinya.

Jangan sampai dia terlalu cepat peka dan jatuhnya jadi terlalu percaya diri. Bisa malu sendiri, kan nanti.

"Biar saya yang antar. Gimana?" Suara tadi terulang kembali membuat Asma berbalik dengan menahan debaran hatinya.

Benarkah ini?

"Gimana? Mau tidak?" Azhar mengulangi lagi tawarannya karena Asma belum kunjung menjawab tawarannya. Sepertinya, gadis itu sedang melamun atau memang sedang berpikir akan tawarannya?

"Apa nggak ngerepotin?" tanya Asma gugup.

"Mas Azhar nawarin, karena nggak bakal ngerasa direpotin." Celetukan Ismi membuat hati Asma tambah membuncah. Berarti Azhar memang sengaja menawarinya?

"Ayo cepat! Kan, katanya tadi buru- buru." Azhar bangkit dari posisi duduknya menuju garasi untuk mengeluarkan mobilnya yang terparkir di sana.

"Cepet sana! Nanti Umi nunggu lama lagi." Ismi mengusir lembut Asma tanpa merasa bersalah.

Secarik senyum terulas di bibir Ismi. Dia senang melihat Asma diantar pulang oleh sahabat dari suaminya itu. Bukannya memberitahu Gilang kalau Asma sebenarnya ingin diantar, Ismi malah mendukung Asma untuk pulang bersama Azhar. Dia sebenarnya sudah mengerti akan kode Asma tadi, untungnya suaminya sudah diberi kode dahulu olehnya.

Cinta tak keliru (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang