27. Mulai keliru

1.5K 126 5
                                    

Jangan lupa follow aku ya untuk informasi sekitar ceritaku. Juga, komennya dong, Readers🥺

Binar mata Asma menghangat, dia menyentuh permukaan perutnya yang masih terlihat datar dan sekarang di dalamnya telah tumbuh buah hatinya bersama Azhar. Senyum penuh rindu terpatri di wajahnya dengan masih memandang rangkaian pesan manis dari suaminya.

Sungguh dia sangat merindukan Azhar, padahal baru dua hari yang lalu mereka terpisah.

"Aku juga sangat merindukanmu, Mas. Calon buah hati kita juga," ujar Asma terkekeh membayangkan bagaimana reaksi suaminya ketika mengetahui bahwa mereka akan memiliki seorang anak.

Ya, dia membayangkan wajah bahagia Azhar saat mengetahui di dalam perutnya telah ada calon buah hati mereka.

Bel rumah berbunyi, Asma langsung beranjak dari tempatnya menuju pintu utama. Sudah dia ketahui siapa gerangan yang berada di sana.

"Wah, Shilla lo akhirnya datang juga!" Binar bahagia terpancar lagi pada mata indah Asma setelah melihat sahabatnya telah datang. Dia harus sering bersyukur karena semenjak kehamilannya banyak hal membahagiakan terjadi.

Shilla mendengus. "Nggak dipersilakan masuk dulu, nih gue? Dingin banget di luar, Asma!" ucap Shilla.

Asma hanya terkekeh, dia hampir lupa kemungkinan besar Shilla akan kedinginan. Wajar saja ini masih pukul setengah enam pagi, bahkan bibir Shilla masih terlihat menggigil.

"Mana Shil? Cepet keluarin!" pinta Asma antusias setelah mereka duduk di ruang tamu rumahnya.

"Yaelah, bentar dong bumil. Gue masih menggigil gini juga!" sahut Shilla mulai mengeluarkan kantong berwarna hitam dari dalam handbag miliknya.

Mata Asma berbinar melihat kantong hitam tersebut. Dia langsung merebut kantong tersebut dari tangan sahabatnya itu tak sabaran.

"Masih hangat. Lo dapet darimana, Shil?" tanya Asma tanpa menoleh Shilla. Fokusnya sekarang pada isi dari kantong hitam yang dibawa oleh Shilla.

"Dapet dari dekat terminal. Ngidam lo ngeri banget, hampir aja gue terobos ke Bandung," ujar Shilla sembari menggosok-gosokan tangannya karena dingin pagi yang keterlaluan.

"Bakpao-nya empuk, Shil. Enak banget." Asma memakan roti bulat tersebut dengan lahap.

Shilla hanya menggelengkan kepala dengan senyum hangatnya. Setidaknya dia senang bisa memenuhi keinginan ngidam Asma. Pasalnya, ibu hamil tersebut menangis saat tengah malam setelah bertukar suara dengan suami tercintanya. Aneh memang.

Shilla yang kebetulan menginap langsung panik. Asma yang awalnya tertawa berseri tiba-tiba menangis yang ternyata ingin makan bakpao.

"Kalo mau ngidam aneh lagi, jangan pas gue nginep!" peringat Shila. Dia cukup mengantuk dari pukul tiga dini hari masih berkeliling kota Jakarta mencari tukang bakpao yang memang sangat jarang.

Asma mengerucutkan bibirnya. "Lo nggak ikhlas, ya, Shil? Yaudah, nggak jadi gue makan, deh." Asma meletakkan bakpao isi kelapanya itu di atas meja.

Melihat wajah berkaca-kaca Asma seketika membuat Shilla jadi panik sendiri. Dia hanya bercanda tadi.

"Ih kok baperan, sih. Gue cuma bercanda Asma sayang," bujuk Shilla memberikan kembali bakpao di atas meja ke tangan Asma.

Wajah Asma kembali tersenyum. "Makanya jangan bercanda sama ibu hamil. Lo mau nanti anak gue ileran kalo nggak diturutin ngidamnya?" ancam Asma yang hanya dibalas cengiran dan wajah bantal Shilla.

"Gue numpang tidur sampe jam 7, ya. Kelas kita, kan mulai jam 8," ucap Shilla kepada Asma yang masih menikmati sarapan hasil perburuan sahabatnya itu.

Shila langsung berbaring di atas sofa yang dirinya duduki tanpa berbasa-basi lagi. Dia sangat ingin tidur sekarang.

Cinta tak keliru (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang