Jangan lupa vote dan komen yang banyakss yaa... kritik dan saran juga boleh bgt🤩
Ketika ikrar akad itu kau ucapkan, maka tak ada lagi aku dan kamu, karena semua akan menjadi kita
▪☆▪☆▪☆▪
Resah
Mungkin perasaan itu mulai berangsur menghilang dari hati Asma, setelah melihat mobil orang yang ditunggunya sudah terparkir tepat di bawah balkon kamarnya. Tepatnya, tepat di garasi rumahnya.
Ragu
Mungkin, itu juga kata yang tepat menggambarkan hatinya saat ini. Rasa ragu itu muncul kembali, bahkan sangat kuat walaupun calon suaminya sudah hadir disana.
Dilihatnya sang kakak yang berada beberapa meter darinya dengan wajah tanpa kekhawatiran yang tadi dilihat Asma seketika hilang diganti dengan semburat kebahagiaan dan kelegaan.
"Mbak?"
Asma berucap sangat lirih dengan terus menatap sang kakak yang masih belum mengalihkan pandangannya dari jendela kamar Asma untuk menyaksikan keadaan di bawah. Tepat ketika melihat calon adik iparnya terdengar menutup pintu mobil, dia kembali mengalihkan fokusnya pada Asma.
"Hm?" Ismi menghampiri adiknya yang sepertinya masih dilanda kebingungan.
Semburat kebahagiaan yang tercetak di wajah Ismi seketika hilang saat melihat setetes air mata sang adik kembali berlinang membasahi pipi putih yang telah dipoles riasan itu. Riasan itu sekarang mulai pudar karena linangan tersebut.
"Air mata kebahagiaan, kah, itu Asma?"
Ismi mengharapkan sebuah anggukkan Asma yang dia dapatkan. Namun, ekspresi adiknya memberikan jawaban lain yang saat ini menghapus harapan yang dirinya inginkan tadi.
Adiknya bukan menangis bahagia!
"Mbak, A-aku sungguh i-ingin membatalkan pernikahan ini." Tetesan air mata Asma semakin membanjiri pipinya. Dia bahkan tidak sanggup berbicara dengan lancar kepada Ismi.
"Apa?!" ucap Ismi dengan raut kecewa. Rasa terkejutnya yang lebih mendominasi akan ucapan adiknya tadi.
"Kamu egois!"
Dua kata itu berhasil membuat hati Asma semakin teriris. Bukan karena rasa sakit, tapi karena perasaan bersalah yang mulai menyelinap.
"Kamu hanya memikirkan perasaanmu saja! Apa kamu tidak berpikir perasaan keluarga kita nanti? Terutama perasaan Umi. Kamu tidak berpikir bagaimana malunya keluarga kita jika pernikahan ini batal? Apa kamu tidak memikirkan itu semua, Asma?!"
Ismi mencoba mengontrol dirinya agar tidak semakin merusak perasaan adiknya yang sedang dilanda keraguan, karena keterlambatan Azhar tanpa kabar. Dia mengerti apa yang dirasakan Asma, tapi disini adiknya harus memikirkan juga perasaan keluarga mereka.
"Sakit? Kecewa? Akupun merasakannya. Aku kakakmu Asma! Aku juga kecewa dengan keterlambatan Azhar yang tanpa alasan itu. Apa kamu tidak berpikir akan hal itu?"
Seketika tangisan Ismi semakin pecah. Asma memang belum berpikir sejauh itu, dia baru menyadari keegoisannya ketika kakaknya sudah mengungkapkan semua rangkain kalimat itu.
"Aku takut. Aku takut lebih kecewa nantinya," ucap Asma dalam isakannya. Dia mencoba mengungkapkan semua rasa ragunya sekarang kepada sang kakak.
"Apa yang kamu takuti? Kecewa?" tanya Ismi tersenyum kecut dalam tangisannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta tak keliru (END)
Spiritual(Harus Follow sebelum baca, biar bisa baca) Pertemuan memalukan itu adalah awal dari kisah ini. Perjodohan dadakan, pernikahan yang tinggal menghitung hari serta hati yang masih keliru. Semuanya berbaur menjadi satu. Akankah semua ini akan berakhir...