Jangan menghapus masa lalu, cukup ingat. Dalam hidup ini hanya ada tiga waktu- Kemarin, sekarang dan hari esok
▪☆▪☆▪☆▪
Setelah hampir seminggu cuti kuliah, akhirnya Asma bisa mulai masuk kembali. Lagipula, dia bosan jika terus-terusan berada di rumah sendirian menunggu suaminya pulang. Toh, dia cuti awalnya untuk liburan pernikahan atau honeymoon.
Kendati sang suami harus cepat masuk kerja lagi, maka acara honeymoon mereka pun dibatalkan. Ralat. Ditunda sementara.
Hari pertama kembali masuk kuliah, Asma memakai gamis berwarna hijau tosca dengan khimar senada. Dia tetap menyiapkan sarapan pagi untuk suaminya, walaupun dirinya ada kelas pagi. Sudah menjadi kewajibannya sebagai seorang istri untuk memenuhi kebutuhan suaminya.
Azhar baru keluar dari kamar dengan setelan jas berwarna hitam yang dipadukan dengan kemeja biru laut yang dihiasi dasi merah tua. Sangat tampan.
"Kamu jadi mempercepat masa cutinya? Kan, masih bisa seminggu lagi ambil cutinya," tanya Azhar kepada istrinya yang sedang menata sarapan pagi di meja makan.
Asma menghentikan kegiatannya, lalu melihat ke arah suaminya yang sudah duduk.
"Iya, Mas. Lagian aku di rumah bosen juga sendirian dan nggak tahu harus ngapain juga," jawab Asma menyampaikan alasan logis untuk pertanyaan yang suaminya ajukan.
Azhar mengangguk mengerti. "Ya sudah, kalau begitu. Kamu ada kelas pagi, kan? Kelasnya mulai jam berapa? Mau bareng?"
Azhar duduk dengan sarapan yang sudah tersaji di hadapannya.
"Nggak usah, Mas. Sebelum ke kampus aku mau mampir dulu ke rumah Mbak Ismi sebentar soalnya," jawab Asma yang sudah ikut duduk di hadapan suaminya dan diangguki oleh Azhar.
Mereka menyantap sarapan pagi ini tanpa ada perbincangan panjang.
▪☆▪☆▪☆▪
Asma mampir ke rumah sang kakak terlebih dahulu sebelum berangkat kuliah. Tadi pagi, sang kakak menelepon agar dirinya mampir dulu sebelum berangkat kuliah. Ada sesuatu yang ingin disampaikan kepada adiknya.
"Ada apa sih, Mbak?" tanya Asma setelah melesat masuk ke dalam rumah sang kakak dan duduk di samping Ismi.
"Nanti temenin Mbak, ya?" Kalimat klise yang mempunyai dua arti. Meminta atau memaksa. Itulah yang Asma pelajari selama ini dari kakaknya.
"Kemana?" tanya Asma yang sudah paham akan sifat sang kakak. Permintaan kakaknya tidak boleh ada penolakan. Akan sangat rumit jika dirinya menolak permintaan kakaknya.
"Ke mall. Mbak mau beliin sesuatu buat Mas Gilang," jawab Ismi dengan mata berbinar ketika menyebutkan nama suaminya.
Sepertinya, kakaknya telah benar-benar bahagia bersama suaminya itu.
Asma menghembuskan napas pelan. Dia dapat memprediksi bahwa kakinya tidak akan selamat hari ini, karena harus menemani sang kakak berkeliling mengitari mall demi mencari barang yang benar-benar menarik minatnya. Dia sudah hafal gaya belanja sang kakak. Pasti lama!
Ismi menatap sang adik yang terlihat lesu. "Nggak mau, ya? Yaudah, Mbak sendiri aja!" ucapnya dengan nada kecewa dan bibir meruncing. Ismi sebentar lagi pasti akan murung.
"Nggak, kok. Asma cuma lagi mikir buat ngatur waktu. Biar Mbak bisa ditemenin Asma lebih lama gitu." Asma tidak mau ambil konsekuensi didiamkan oleh kakaknya selama beberapa hari. Itu sangat menyiksa batinnya.
Ismi memeluk sang adik penuh sayang. "Kamu adik ter-the best dunia- akhirat pokoknya."
Jika keinginannya terkabul maka Ismi akan selebay itu. Asma sudah maklum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta tak keliru (END)
Spiritual(Harus Follow sebelum baca, biar bisa baca) Pertemuan memalukan itu adalah awal dari kisah ini. Perjodohan dadakan, pernikahan yang tinggal menghitung hari serta hati yang masih keliru. Semuanya berbaur menjadi satu. Akankah semua ini akan berakhir...