23. Harus Pergi

2.1K 133 10
                                    

Tanam cintamu, maka akan aku siram supaya tumbuh subur seperti rasa cintaku padamu

-Asma-

🌺🌺🌺

Melihat lahapnya Asma memakan ikan pepes sesuai permintaan wanita itu, membuat Azhar tersenyum. Sepertinya dia tidak perlu makan sekarang, karena dengan melihat lahapnya Asma pun dia sudah kenyang. Lucu memang.

"Kamu nggak mual?" tanya Azhar pada istrinya yang masih sibuk memilah daging ikan dalam balutan daun pisang.

Asma menggeleng. Dia juga bingung kenapa perutnya tidak mual sedikit pun. Biasanya dengan melihat atau pun mencium bau ikan saja akan membuat Asma langsung muntah-muntah. Ajaib, bukan?

Ibunda Asma hanya tersenyum melihat tingkah polos putrinya dan wajah keheranan menantunya. Sepertinya, dia tidak perlu meragukan kebenaran keberadaan calon cucunya di perut Asma.

Sebuah dering telepon membuyarkan ketakjuban Azhar melihat istrinya makan ikan. Dia melihat nama si pemanggil. Ternyata Danu. Pasti ada kabar penting, karena Danu sudah berkata tidak akan merepotkan Azhar selama masa cutinya, kecuali memang benar-benar penting.

"Assalamu'alaikum, Pak Bos, lagi ngapain, nih?" salam orang di seberang sana. Ada nada tidak enak dalam suara Danu.

"Wa'alaikumussalam, ada apa?" tanya Azhar to the point. Kenapa perasaannya menjadi tidak enak dihubungi oleh Danu sekarang?

"Ada masalah darurat!" ujar Danu dengan nada cemas.

Azhar semakin mengerutkan dahinya. "Masalah apa?" tanyanya.

Danu mengambil ancang-ancang. Sebenarnya, dia tidak tega mengganggu waktu cuti bosnya. Namun, sesuai apa yang dirinya takutkan, ternyata hal itu memang datang.

"Masalah bisnis kita ke Jerman. Pihak sana ngerubah jadwal. Lusa kita harus udah stay disana," ujar Danu. Dia terkejut ketika mendapat e-mail dadakan dari pihak Jerman dan terpaksa harus menyampaikan hal itu. Sudah dipastikan, Azhar tidak akan membuka sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan. Benar saja.

"Gue di sini baru sampai tadi pagi. Kalo besok harus udah pulang, Asma pasti bakal kecewa," ucap Azhar sembari mencuri pandang pada sosok istrinya yang masih lahap dengan ikan pepes di hadapannya.

"Gue juga nggak tega, Bro. Tapi, ini bisnis penting," ungkap Danu.

Azhar menjumput rambutnya kasar. "Pengganti Melia udah ada?" tanyanya. Hanya satu kendala lagi sebelum keberangkatan mereka, yaitu pengganti bagian finance. Walaupun, kendala sebenarnya adalah masalah waktu cutinya yang terganggu sekarang.

"Udah beres kalau itu. Untungnya penggantinya lumayan bisa diandalkan," kata Danu. Semua persiapan di kantor sudah dirinya pastikan beres. Tinggal menunggu kepulangan si pemegang acara.

Azhar mendesah frustasi. Dia harus bilang apa kepada istrinya sekarang. "Yaudah. Nanti gue kabari lagi," ujar Azhar dengan suara jauh dari kata baik.

"Sabar, Bro. Lo harus puasa selama seminggu, deh," goda Danu. Apakah tidak bahaya jika bercanda ketika situasi seperti ini?

Bukan menjawab, Azhar malah mematikan ponsel tersebut setelah ucapan salam tanpa menunggu sahutan dari Danu.

Melihat wajah lesu Azhar membuat Asma menghentikan acara makannya. Bagaimana bisa dia lahap makan disaat suaminya seperti orang kelaparan. Terlihat mengenaskan.

"Mas kenapa?" tanya Asma dengan tatapan bingung. Di sana hanya ada mereka berdua, karena ibunya Asma sudah tidak berada disana. Jadi tidak perlu ada korban obat nyamuk di antara mereka berdua.

Cinta tak keliru (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang