"Maksud Bu Vina apa?" tanya Asma memberanikan diri. Dia sepertinya akan mengalami kejadian yang sama seperti waktu lalu, ketika di rumah orangtua Gilang. Apalagi yang direncanakan Vina?
"Enak sekali kamu bisa tersenyum bahagia, sedangkan anak saya menderita karena kamu!" cecar Vina kepada Asma.
Asma mengerutkan dahinya tidak mengerti. Anak? Anak Vina siapa? Dia bahkan tidak tahu siapa anak wanita itu.
"Maksud Bu Vina siapa?" tanya Asma bingung.
Vina tersenyum bengis. Beruntung sekali Asma, dilindungi dengan sedemikian rupa oleh Gilang dan juga Azhar. Ini benar-benar tidak adil untuk Arini.
"Apa Gilang tidak memberitahumu terkait Arini?" ungkap Vina. Dia harus menjelaskan penderitaan apa saja yang dialami oleh Arini supaya Asma sadar bahwa dirinya telah salah bertahan dengan Azhar yang seharusnya menjadi milik Arini.
"Ah, mereka ternyata menyembunyikan semuanya dari kamu. Apa mereka takut kamu akan tertekan? Stres? Sehingga kandungan-"
"Jangan bertele-tele! Cepat katakan apa yang Bu Vina ingin katakan!" potong Asma dengan berang. Dia tidak suka ada orang yang menyinggung perihal kandungannya, karena sama saja mengusik tentang calon buah hatinya.
"Arini anak saya! Sekarang anak saya menderita gara-gara kamu!" ucap Vina tajam.
Asma sontak terkejut mengenai fakta ini. Ya, setahunya Arini adalah anak dari salah satu kerabat Gilang yang berada di Bandung. Namun, ternyata Arini adalah anak dari Vina. Pantas saja, Vina sangat mendukung perbuatan Arini.
"Kamu tahu, kan Arini dan Azhar saling mencintai. Mereka hampir menikah, tapi semuanya gagal karena kamu." Lagi dan lagi. Vina selalu mengatakan hal ini kepada Asma.
"Atas dasar apa Bu Vina mengatakan itu? Lihat, bahkan disaat Arini terpuruk suami saya sudah tidak peduli kepada dia sama sekali. Lantas, kenapa terus mengungkit mereka masih saling mencintai!" tegas Asma.
Vina menggertakkan giginya. Kenapa Asma sangat kukuh sekali dan jauh dari perkiraannya. Dia kira wanita itu akan menangis dan berpikir negatif kepada Azhar.
"Tunggu dan lihat saja! Ada kejutan untuk kalian," ucap Vina dengan senyum seringainya. "Kita akan tahu sejauh apa cinta Azhar kepadamu. Atau dia hanya menjalankan kewajibannya saja untuk menyayangimu?"
Setelahnya, Vina meninggalkan Asma. Dia cukup puas dengan rencana awalnya. Walaupun, Asma tidak bisa dipastikan termakan ucapannya. Ya, dia akan melakukan segala cara untuk kebahagiaan putrinya.
"Azhar pasti akan jadi milikmu, Putriku," lirih Vina.
"Aw... aduh! Sakit banget. Nak, kamu kaget ya tadi Mama marah-marah?" ucap Asma mengelus perutnya yang tiba-tiba terasa sangat sakit. Apa karena percakapannya tadi bersama Vina?
Asma merogoh saku gamis untuk mengeluarkan ponselnya. Dia ingin segera pulang dan sekarang akan memesan taxi online. Naasnya, ponselnya malah mati karena kehabisan baterai.
"Astagfirullah, ada-ada aja. Ini gimana gue pulangnya? Mana bakal susah kalo nyari taxi di luar," ucap Asma masih mengelus perutnya lembut, karena sepertimya kram perutnya kambuh. "Maafin aku, Mas. Aku belum minta izin sama kamu. Jadi, gini deh," ujar Asma menyesal. Izin suami memang sangat berarti.
"Asma," sapa seseorang dari arah depan Asma.
Asma menoleh dan sontak terkejut. Kenapa banyak sekali hal mengejutkan hari ini?
"Kak Denis, Kak Bisma," sahut Asma.
Tatapan Bisma yang selalu sama, membuat Asma diterpa rasa bersalah lagi. Dia belum meminta maaf dengan benar kepada pria itu dan juga mengucapkan terima kasih atas bantuannya saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta tak keliru (END)
Spiritual(Harus Follow sebelum baca, biar bisa baca) Pertemuan memalukan itu adalah awal dari kisah ini. Perjodohan dadakan, pernikahan yang tinggal menghitung hari serta hati yang masih keliru. Semuanya berbaur menjadi satu. Akankah semua ini akan berakhir...