Bisa jadi kesempatan yang kau berikan akan mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik
▪☆▪☆▪☆▪
Setelah membeli buku yang dicarinya, Asma langsung kembali pulang. Akhir-akhir ini dia sedang malas berkegiatan, walaupun hanya untuk hangout atau jalan-jalan saja.
Buku yang dia beli barusan adalah salah satu cara agar dapat mengatasi kejenuhannya. Asma harus menunggu sekitar dua minggu lagi untuk kembali kuliah. Jadi, dia perlu sesuatu untuk menemani kesehariannya.
"Assalamu'alaikum," ucap Asma sembari masuk ke dalam rumah.
"Wa'alaikumussalam, kamu sudah pulang?" sahut Azhar yang sudah mengalihkan fokusnya ketika mendapati istrinya telah pulang.
Azhar sedang duduk di ruang tengah sembari menonton televisi yang sedang menyiarkan acara berita. Bisa dikatakan, dia juga sedang menunggu istrinya pulang.
"Udah, kok. Lagian aku cuma beli beberapa buku aja," jawab Asma yang terlihat menghindari untuk berbincang panjang dengan suaminya.
Setelah menjawab pertanyaan Azhar dengan singkat itu, Asma langsung melanjutkan langkahnya menuju ke pintu kamarnya. Setelah penolakan Azhar untuk tidur terpisah, nyatanya Asma tetap kukuh untuk meminta pisah kamar. Jadi, Azhar hanya bisa menurutinya.
"Asma."
Panggilan Azhar menghentikan langkah Asma yang hendak meraih knop pintu kamarnya. Ya, kamarnya sendiri yang terpisah dengan kamar suaminya.
"Iya, Mas. Ada apa?" sahut Asma tanpa menoleh ataupun berbalik untuk melihat suaminya. Tidak mungkin juga dirinya mengabaikan panggilan pria itu.
"Saya ingin berbicara dengan kamu."
Entah kenapa mendengar Azhar selalu memanggil dirinya dengan sebutan 'saya' seakan membuat luka hati Asma melebar lagi. Asma seakan menyadari sesuatu.
Sebegitu jauh, kah mereka?
"Silahkan, Mas," jawab Asma masih dalam posisi yang sama. Dia mencoba untuk mengontrol ditlri agar tidak menangis sekarang juga di depan suaminya. Ternyata rasanya sakit berduaan seperti ini dengan Azhar.
"Kamu mau kita bicara dengan jarak dan posisi seperti ini?" tanya Azhar merasa keberatan akan posisi mereka sekarang.
Posisi yang saling berjauhan. Asma yang berada di depan pintu kamarnya dan Azhar yang masih duduk di sofa ruang tengah. Sangat jauh.
"Maaf, Mas."
Bagaimana pun juga, Asma tidak boleh menentang perintah suaminya sendiri dan harus menghormati Azhar sebagai imamnya. Selain itu, posisi mereka sekarang memang tidak nyaman untuk berbicara.
Asma akhirnya berbalik dan duduk berdampingan dengan Azhar dengan tangan masih membawa buku yang baru dirinya beli tadi. Namun, Asma masih menjaga jarak cukup renggang ketika duduk satu sofa dengan Azhar disana.
"Mas mau bicara apa?" tanya Asma menetralkan perasaannya dengan pandangan menatap buku yang sedari tadi berada dipangkuannya.
"Boleh saya bertanya sesuatu?" Azhar kembali bertanya.
Berbeda dengan Asma, Azhar malah semakin lekat menatap sisi wajah sang istri yang baru disadarinya. Asma terlihat ternyata sangat cantik.
Kenapa Azhar baru menyadarinya sekarang? Kemana saja dia selama ini menyia-nyiakan wajah bak bidadari dari istrinya. Ternyata mereka memang sejauh itu.
"Kalo aku bilang nggak boleh, apakah Mas nggak akan jadi bertanya?" jawab Asma sekenanya masih belum mau melihat suaminya yang duduk di sebelahnya. Namun, Azhar juga masih menatap istrinya semakin lekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta tak keliru (END)
Spiritual(Harus Follow sebelum baca, biar bisa baca) Pertemuan memalukan itu adalah awal dari kisah ini. Perjodohan dadakan, pernikahan yang tinggal menghitung hari serta hati yang masih keliru. Semuanya berbaur menjadi satu. Akankah semua ini akan berakhir...