32. (Belum) Terlambat memiliki

1.8K 128 22
                                    

Bisma berjalan menghampiri Shilla yang tengah sibuk memainkan ponselnya di ruang tunggu. Dia mencoba menetralkan mimik kecewanya setelah menyaksikan momen mesra seseorang yang ingin dijenguknya yang ternyata kenyataan menghancurkan asanya.

Sudah ada suami Asma yang menemani wanita itu dan Bisma bisa melihat bagaimana keduanya sangat saling mencintai.

"Shilla," panggil Bisma yang membuat Shilla mengalihkan fokusnya pada sumber suara.

Shilla beranjak dari duduknya mendekati kakak tingkat sekaligus dosennya itu. "Pak Bisma udah ketemu sama Asma?" tanya Shila.

"Kalau di luar kampus panggil Kak Bisma aja. Saya merasa tua kalau dipanggil bapak di luar kampus," kekeh Bisma membuat Shila tersenyum canggung.

"Diusahakan, ya, Pa- eh Kak," ujar Shila masih kaku. Jika kurang kontrol bicara, nilai menjadi taruhannya.

"Saya mau titip ini buat Asma. Maaf saya tidak bisa memberikan langsung. Ada tugas darurat barusan." Bisma menyerahkan plastik berukuran sedang berisi buah dilihat dari warna yang ada di dalamnya sangat bervariasi.

Shilla mengerutkan keningnya. "Mendadak banget, Kak?" tanya Shila sedikit kecewa. Padahal, dia berharap Azhar menyaksikan bahwa ada pria lain yang masih sangat mengharapkan istrinya.

Bisma mengangguk. "Iya," jawabnya sambil melirik arloji hitamnya. "Shil, saya duluan, ya. Assalamu'alaikum," pamit Bisma berlalu meninggalkan Shilla yang masih tidak bergeming.

Shilla menatap punggung Bisma yang berlalu menuruni tangga menuju lantai utama. Dia menghela napas kasar.

"Kak Bisma kayaknya cinta banget sama Asma. Sayangnya, keduluan sama orang lain," tutur Shilla bersimpati. Dia sebenarnya tahu tadi Bisma hanya sampai depan pintu kamar rawat Asma saja dan tidak jadi masuk ke dalam ruangan tersebut.

Shilla melangkahkan kaki menuju kamar rawat sahabatnya itu, dia berharap momen romantis pasangan itu sudah berakhir. Jika masih berlanjut, bisa-bisa dia yang akan menjadi korban seperti Bisma.

"Asma, gue masuk, ya?" ucap Shilla setelah mengetuk kamar tersebut.

Shila masuk dan melihat penampilan Azhar yang berantakan. Dia tadi memang sempat melihat bagaimana kacaunya Azhar ketika bertanya padanya. Tidak dipungkiri Shilla masih kesal dan kecewa kepada Azhar.

"Ma, ini titipan dari Kak Bisma. Maaf katanya nggak bisa jenguk, karena ada urusan mendadak," ujar Shila meletakkan kantung pemberian Bisma tadi di atas nakas.

Asma melirik pada suaminya. Pasalnya, Azhar sangat cemburu pada dosennya itu.

"Makasih, Shil," jawab Asma sembari memberikan kode pada Shila jika ada Azhar disana. Namun, tidak dihiraukan oleh sahabatnya itu.

"Shilla," panggil Azhar.

Shila berbalik menghadap Azhar yang tepat berada di ujung ranjang pesakitan istrinya. Shilla tidak menyahut dan hanya memberikan raut bahwa dia menunggu apa yang akan Azhar ucapkan selanjutnya.

"Terima kasih telah menjaga Asma selama saya tidak ada. Maaf saya sangat merepotkan kamu," ujar Azhar kepada sahabat istrinya itu. Dia tahu sikap Shilla padanya menunjukkan kekesalan. Dia paham, mungkin Shilla kesal karena mengira Azhar lebih mempedulikan pekerjaan dibandingkan Asma.

"Asma sahabat saya, jadi sudah sewajarnya saya membantu dan menjaganya. Jadi, Mas Azhar nggak usah merasa tidak enak," timpal Shila.

Asma bisa melihat bahwa sahabatnya itu masih kesal kepada suaminya. Mungkin karena Azhar yang lebih memilih mementingkan pekerjaan sampai meninggalkannya dalam keadaan mengandung.

Cinta tak keliru (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang