Tiga hari setelah kepulangan Azhar, akhirnya Asma bisa kembali ke rumah. Dokter mengizinkan Asma pulang karena kondisinya sangat pesat pulih.
Sebelum pulang Azhar telah banyak bertanya apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan maupun dikonsumsi oleh istrinya. Dia adalah anak tunggal, jadi tidak ada pengalaman maupun pengetahuan tentang menghadapi ibu hamil.
"Mas, aku bisa sendiri, ih!" racau Asma ketika dia digendong oleh Azhar saat akan menaiki tangga manuju kamar mereka yang berada di lantai dua.
Azhar tidak menghiraukan racauan istrinya. "Lantai ini udah hampir seminggu nggak disapu, Sayang. Pastinya berdebu dan bisa aja licin, gimana?" Kini giliran Azhar yang meracau seperti ibu-ibu minta jatah belanja bulanan.
"Lebay kamu!" kekeh Asma sambil menunjuk-nunjuk gemas pipi Azhar yang mulai berjambang. Azhar terlalu sibuk mengurusnya bahkan jarang pulang ke rumah, dia hampir cuti sejak kepulangannya dari luar negeri kemarin.
"Pokoknya kamu dalam pengawasan aku mulai sekarang! Jangan terlalu lincah ya calon mama," ujar Azhar manis membuat Asma terkekeh karena panggilan lucu tersebut. Dasar suami alay.
"Iya-iya, calon Papa!" timpal Asma membuat keduanya tertawa saat menaiki tangga. Manis, bukan?
"Tugas bisnis Mas Gilang kok lama banget sih, Mas?" tanya Asma ketika tubuhnya sudah diturunkan tepat di atas ranjang.
Rasanya nyaman sekali bisa kembali tidur di kasur empuknya, suasana rumah sakit tidak membuatnya betah. Terlebih makanannya sangat hambar di lidah Asma dan bau obat juga menyebar di indra penciumannya.
Azhar menata obat istrinya di atas nakas sebelah ranjang mereka.
"Proyeknya emang lama. Jadi, kayaknya si Gilang pengen mastiin sampe bener-bener tuntas dulu di sana," jawab Azhar yang sekarang sibuk mengeluarkan segala makanan, terutama buah-buahan yang sengaja dibelinya ketika pulang tadi.
"Aku kangen Mbak Ismi," ucap Asma lembut. Biasanya dia main ke rumah kakaknya hampir setiap hari sepulang kuliah.
Azhar meletakkan kantung buah di tangannya. "Aduh jangan sedih, dong. Kan, masih bisa video call kalo kangen," ujar Azhar tidak tega melihat wajah lesu istrinya.
"Pengen peluk Mbak Ismi!" ujar Asma dengan nada manjanya.
Azhar terkekeh melihat aksi istrinya yang terlihat menggemaskan. Dia langsung membawa tubuh istrinya ke dalam dekapannya.
"Biar aku yang peluk gantiin Mbak kamu," ucap Azhar semakin mengeratkan pelukannya karena gemas. Aura kehamilan istrinya semakin membuat Asma begitu menggemaskan dan mempesona. Membuat Azhar betah memandangi wajah cantik istrinya.
Asma mencoba melepaskan aksi suaminya. "Bosen. Aku pengen peluk Mbak Ismi!" ujar Asma.
Azhar tidak lengah begitu saja dengan gerutuan Asma, lama-kelamaan pelukannya semakin kuat. Mungkin karena efek dia baru bisa mendekap Asma dengan leluasa tidak seperti di rumah sakit yang hampir setiap jam perawat masuk untuk memeriksa keadaan istrinya.
"Mas lepasin, ih! Engap tau," gerutu Asma karena dekapan suaminya kian mengerat.
"Nggak mau! Aku kangen banget sama kamu," ujar Azhar kepada istrinya.
Asma tersenyum melihat kelakuan manja suaminya. "Makanya jangan tinggalin aku lama-lama lagi. Baru seminggu aja ditinggalin aku udah masuk rumah sakit," kekeh Asma menertawai ucapannya sendiri.
"Kamu dalam pengawasan aku sekarang. Nggak akan ada lagi yang dapat kesempatan menggendong istriku lagi!" Nada Azhar terkesan sinis menyindir seseorang.
Rupanya, dia masih belum lupa akan fakta bahwa Asma dibawa oleh seseorang dari masa lalu istrinya itu, bukan olehnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta tak keliru (END)
Spiritual(Harus Follow sebelum baca, biar bisa baca) Pertemuan memalukan itu adalah awal dari kisah ini. Perjodohan dadakan, pernikahan yang tinggal menghitung hari serta hati yang masih keliru. Semuanya berbaur menjadi satu. Akankah semua ini akan berakhir...