Pagii oll🤗 Jangan lupa vote and komen ya... sama jangan lupa follow akun aku juga sebelum baca. Selamat membaca semuanyaa
-0-0-0-0-0-
Azhar panik ketika menelpon istrinya, Asma bilang dirinya sedang dirawat di rumah sakit sekarang. Suami macam apa yang sampai tidak tahu istrinya sedang sakit. Seharusnya dia menolak saja permintaan Danu dan langsung pulang ke Jakarta lebih dulu kemarin.
"Shil, dimana Asma?" tanya Azhar panik. Walaupun Asma bilang dirinya sudah baik-baik saja, tapi Azhar masih merasa khawatir karena belum melihat wajah istrinya sekarang.
"Ada di dalam!" ketus Shila tanpa mengalihkan tatapannya dari ponselnya.
Azhar tidak mau ambil pusing akan sikap ketus Shila, sahabat istrinya. Mungkin Shila sedang ada masalah sendiri. Fokusnya hanya keadaan istrinya saja sekarang.
Azhar membuka kamar rawat inap yang diketahui adalah kamar istrinya. "Kamu kenapa nggak kasih tahu aku kalau lagi sakit?" tanyanya cemas kepada Asma yang sedang membaca novel di ranjangnya.
Asma kaget melihat suaminya datang mendadak. Bukankah Azhar baru sampai bandara? Pasti pria itu tidak pulang dulu ke rumah, terlihat dari penampilannya yang semrawut.
"Nakal, ya. Aku, kan suruh pulang dan istirahat dulu di rumah," ujar Asma sembari meraih tangan Azhar untuk diciumnya.
"Gimana mau pulang ke rumah, kalo kamu lagi di rumah sakit kayak gini," jawab Azhar dengan nada khawatir.
"Aku udah nggak apa-apa, kok. Kamu udah makan belum?" Senyum mengembang di wajah pucat Asma terpancar, dia tidak mau membuat suaminya semakin khawatir.
Azhar menyentil hidung mancung istrinya. "Nggak apa-apa gimana! Wajah pucat gini masih bilang baik-baik saja," ucap Azhar.
Omelan Azhar terhenti karena suara pintu terbuka, menampilkan seorang dokter dan satu perawat. Dokter dan perawat tersebut tersenyum hangat kepada pasangan suami istri di hadapannya itu.
"Selamat pagi, Bu Asma," sapa perawat itu langsung berdiri untuk memeriksa cairan infus di samping Asma.
Asma membalas dengan tersenyum, "Dokter, kapan saya bisa pulang?" tanyanya. Setiap dokter datang, pasti hal itu yang Asma tanyakan. Dia sangat tidak betah berada di rumah sakit.
Dokter tersebut hanya tersenyum sembari menuliskan hasil pemeriksaannya. "Suami ibu belum datang lagi?" tanya dokter tersebut tidak melihat bagaimana reaksi Azhar di sebelahnya.
Suami? Maksudnya suami yang mana?
"Saya suaminya, Dok!" ucap Azhar sedikit kesal. Lalu, dianggap siapakah dirinya sedari tadi? Patung?
Dokter paruh baya itu menoleh ke arah sumber suara. "Bukannya bapak adalah kakaknya Bu Asma?" ucapnya mencoba menebak.
Siapa lagi yang bisa menunggu pasien hamil selain suami dan saudaranya. Jelas-jelas suami pasiennya ini adalah pria yang mengantarkan kesini kemarin dan menemuinya di ruangannya. Dokter itu yakin mereka orang yang berbeda.
"Itu suami saya, Dok," pecah Asma mencoba meluruskan kekeliruan Sang Dokter. Dia tidak bisa menyalahkan dokter tersebut, karena saat dirinya dibawa memang Bisma kalut spontan mengiyakan pertanyaan dokter itu.
Dokter tersebut mengernyit bingung. "Terus, saat itu yang bawa ibu kemari bukankah suaminya?" tanya dokter tersebut menghentikan pergerakan mencatatnya.
"Hah? Saya suaminya, Dok!" kukuh Azhar. Siapa pria yang berani-beraninya mengaku sebagai suami dari istrinya? Benar-benar kurang aja!
Asma meringis melihat raut kesal suaminya. "Maaf, Dok. Yang membawa saya saat itu adalah teman saya. Dia kalut ketika ditanya oleh dokter. Makanya, mau tidak mau mengiyakan saja karena suami saya sedang tidak ada saat itu," jelas Asma. Dia tidak tahu bagaimana menjelaskan semuanya kepada Azhar nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta tak keliru (END)
Spiritual(Harus Follow sebelum baca, biar bisa baca) Pertemuan memalukan itu adalah awal dari kisah ini. Perjodohan dadakan, pernikahan yang tinggal menghitung hari serta hati yang masih keliru. Semuanya berbaur menjadi satu. Akankah semua ini akan berakhir...