52. Last Black Gift

1.4K 109 64
                                    

"Kamu pulang jam berapa nanti?" tanya Asma ketika mengantarkan suaminya yang akan segera pergi bekerja ke depan teras.

"Ya, seperti biasa. Kamu tumben tanya aku pulang jam berapa," sahut Azhar menatap istrinya yang sejak semalam sering melamun dan murung tidak menentu.

"Ada apa, hm?"

Asma memeluk Azhar erat. Ucapan Vina kemarin seakan terus berputar di dalam kepalanya. Dia sudah melihat sendiri bagaimana permainan Vina kemarin mencoba membuat dirinya dan Azhar hampir bertengkar karena salah paham.

Dia takut.

"Aku keinget kejadian semalam. Kita hampir berantem gara-gara Bu Vina," keluh Asma.

Azhar mengangguk mengerti. Salahnya sendiri yang kemarin tidak bisa mengontrol emosinya sehingga membuat Asma kepikiran seperti ini.

"Kamu jangan berpikir yang aneh-aneh, ya." Azhar mencoba menenangkan istrinya.

"Apa aku boleh minta sesuatu sama kamu?" tanya Asma.

"Tentu saja boleh, Sayang."

"Aku mohon jangan pernah hiraukan apapun pesan dari Bu Vina atau dari... Mbak Arini." Asma menjeda kalimat terakhirnya. Walaupun Arini sudah lama tidak terdengar atau berulah, tapi Asma takut wanita itu akan kembali melampaui batas.

Azhar mengangguk mengerti. "Kamu tenang aja. Aku nggak akan termakan omongan Bu Vina lagi." Azhar mengelus lembut tangan Asma yang melingkar di pinggangnya.

"Jangan sembunyikan apapun juga dariku. Aku takut, Mas. Perasaan aku nggak enak," lirih Asma. Karena kejadian semalam membuat Asma terus memikirkan hal ini, mungkin juga karena efek kehamilannya.

-0-0-0-0-0-

"Ini aneh banget, Bro!" seru Danu ketika masuk ke dalam ruangan Azhar. 

Azhar menghentikan ketikan jarinya dan langsung menatap Danu dengan dahi mengernyit bingung. "Ada apa? Apa yang aneh?" tanya Azhar.

"Gue dapat laporan kalau rumah yang ditempati sama Arini kosong. Tadi orang HRD dapat laporan dari tukang pos," ujar Danu membawa kembali surat pemecatan Arini yang dikembalikan oleh tukang pos yang mengantar surat itu tadi.

"Terus kenapa?"

"Lo tahu nggak kira-kira Arini ada dimana?" tanya Danu serius kepada Azhar. "Gue khawatir sama dia," lanjut Danu. Mungkin Azhar sudah mengetahuinya bahwa Danu memang serius menyukai Arini, bukan hanya sekedar candaan belaka.

"Gue nggak tahu dan nggak mau cari tahu apapun lagi tentang dia," sahut Azhar. Dia sudah berjanji kepada dirinya sendiri, bahwa urusannya dengan Arini sudah selesai. Apapun itu.

Danu mengangguk mengerti. Dia sedikit merasa bersalah juga menanyakan hal ini kepada Azhar. Namun, dia tidak tahu harus bertanya kepada siapa lagi mengenai Azhar.

Kepada Gilang? Ah, dia sedikit takut menghadapi Gilang apalagi terkait Arini.

Kini di ruangan itu cuma ada Azhar setelah kepergian Danu. Dia kembali memikirkan ucapan Danu terkait Arini yang menghilang.

"Arini kemana? Dia nggak mungkin ngelakuin hal yang aneh lagi, kan?" gumam Azhar. Dia memang khawatir, tapi hanya sebatas sesama manusia karena Arini yang menceritakan seluruh kisah pilunya tempo hari.

"Tapi, kenapa Tante Vina malah sibuk recokin rumah tangga gue, sedangkan anaknya hilang." Ini masih menjadi teka-teki apalagi semalam dirinya sempat salah paham kepada istrinya gara-gara Vina.

"Apa Tante Vina ngomong yang enggak-enggak sama Asma? Dia keliatan khawatir banget," gumam Azhar. Dia bisa melihat sorot ketakutan di mata Asma dan membuatnya ikut khawatir juga.

Cinta tak keliru (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang