47. Mencoba

1.5K 132 39
                                    

Bentar lagi nih repost semua chapter kemarin beres. Ada yg mau lanjut gak nih hehe Kalo mau spam komen dong✌ Jangan lupa follow juga ya dan baca ceritaku yang lain dijamin gak kalah seru

-0-0-0-0-0-

"Kamu nggak apa-apa, kan? Nggak pusing atau ada yang sakit?"

Mendengar cerita Gilang bahwa Asma terlibat percekcokan dengan Vina siang tadi, membuat Azhar sangat khawatir. Jujur, dia lebih mengkhawatirkan keadaan istrinya dibandingkan cara menjelaskan kebohongannya kepada Asma.

"Emangnya aku kenapa? Eh, tapi ada yang terasa sakit banget, sih," ujar Asma dan membuat suaminya terkejut sangat khawatir.

"Mana yang sakit? Mau ke rumah sakit?" ujar Azhar panik.

Asma menunjuk dadanya dengan senyum ketir. Jangan berpikir Asma adalah istri luar biasa yang akan langsung melupakan kebohongan suaminya, terlebih foto yang ditunjukkan Vina tadi kepadanya.

"Sakit banget, Mas. Kamu kenapa bohongin aku," lirih Asma. Hormon kehamilannya pun ikut melonjak naik menambah suasana hatinya memburuk.

Azhar meraih tangan Asma dan menggenggamnya erat. "Maaf, aku cuma ingin membereskan semuanya. Aku takut dia bertindak lebih jauh," ucap Azhar.

Karena, dalam percakapannya malam itu dengan Arini, wanita itu mengatakan bahwa dia ingin membereskan semuanya pada hari ini. Itulah sebabnya, Azhar berani berbohong kepada istrinya.

"Kenapa kamu nggak bilang sama aku. Mengetahui itu semua dari orang lain rasanya aku seperti dikhianati." Air mata Asma turun mulai deras. Dia bisa menahan itu semua tadi, tapi ketika berhadapan dengan suaminya, pertahanannya pun runtuh.

"Aku takut akan mempengaruhi kondisi kehamilan kamu. Aku takut kamu berpikir jauh dan membuat kamu stres," ucap Azhar.

"Kamu harusnya cerita aja! Aku pernah bilang, bahwa aku akan mengerti semua masa lalu kamu. Termasuk masalah Mbak Arini," ujar Asma. Dia menunggu Azhar menceritakan semuanya, tapi malah didahului oleh jebakan Vina bersama Arini.

Azhar memeluk Asma erat. Dia tidak tahu harus meminta maaf seperti apalagi kepada istrinya.

"Aku sebenernya udah tahu bahwa Mbak Arini adalah masa lalumu," beritahu Asma.

Mata Azhar terkejut mendengar itu, tapi dia sedikit lega juga. Hal ity membuktikan bahwa Asma memang menerima kisah masa lalunya. Jika tidak, maka istrinya tentu akan marah besar, bukan?

"Sejak kapan? Kamu tahu darimana?" tanya Azhar penasaran.

Asma memukul dada Azhar. Kenapa jadi dirinya yang harus bercerita mengenai masa lalu suaminya? Menyebalkan.

"Aku bukan anak kecil. Aku tahu perubahan sikap kamu setiap membahas Mbak Arini." Asma menjeda ucapannya.

"Dan aku semakin yakin ketika menemukan sebuah cincin dengan foto Mbak Arini di dalamnya di kamar kamu pas kita ke Depok." Asma berucap lirih karena memang dia pun masih cemburu jika mengingat pertama kali menemukan potret Arini di kamar suaminya.

Azhar memejamkan matanya. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya hati istrinya ketika menemukan itu. Namun, Asma tetap menerimanya bahkan tidak pernah bertanya tentang hal itu. Azhar merasa sangat beruntung memiliki Asma.

"Kamu terkejut, ya?" tanya Azhar semakin mengeratkan pelukannya.

Asma mengangguk. "Aku cemburu berat! Tapi, aku udah bilang kalau aku bakal terima masa lalu kamu. Jadi, karena itu masa lalu, aku nggak berhak menilai bahwa kamu menyakiti aku," ujar Asma.

Marah? Ayolah, dia tahu bahwa Azhar lupa menyingkirkan bukti masa lalunya itu, bukan sengaja disimpan, bukan?

"Kenapa kamu nggak marah sama aku? Seenggaknya, kalo kamu kesal bisa luapin dengan pukul aku misalnya," ucap Azhar mencium puncak kepala istrinya.

Cinta tak keliru (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang