delapan

3.7K 428 37
                                        

Tak tak tak

Suara derap langkah menggema ke seluruh ruangan. Udara yang lembab serta pencahayaan yang minim membuat suasana terasa lebih mengerikan.

Slash

Seorang pria yang berdiri di tengah-tengah ruangan tersebut berhasil menghindari sebuah anak panah yang hampir saja menembus kepalanya.

"Amatir." Ujarnya.

Tak tak tak

Pria bertubuh tinggi tersebut kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda. Dia berhenti saat mendapati bayangan orang lain yang berdiri tak jauh darinya.

"Jadi sekarang lo tinggal di sini?" Pria berpostur tinggi tersebut berbicara pada orang yang berada sekitar 7 meter di depannya.

Tidak ada jawaban. "Apa jangan-jangan lo di usir dari rumah." Pria tinggi itu terkekeh.

"Mau ngapain lo kesini?" Pemilik rumah tersebut berbicara dengan nada tak suka.

"Sebenernya gue juga males dateng kesini. Tapi kalo lo di biarin terus malah makin ngelunjak."

Pemilik rumah itu masih diam ditempatnya saat orang dihadapannya berjalan mendekatinya.

"Padahal gue udah peringatin lo, Tapi kayaknya lo emang sengaja mancing gue."

"Emang itu tujuan gue." Pemilik rumah itu tidak merasa takut sedikitpun.

"Jeongin Jeongin.. ternyata lo dendam banget ya sama gue." Pria tinggi yang tak lain adalah Hyunjin itu tertawa mengejek.

"Apa karna dulu gue lebih milih nyelametin Felix daripada nyokap lo?" Hyunjin melanjutkan ucapannya.

Jeongin menatap benci ke arah Hyunjin. Kilas masalalunya yang amat menyakitkan kembali membayanginya.

"Gue ga akan pernah biarin lo hidup tenang setelah apa yang udah lo lakuin ke Bunda." Jeongin terlihat bersungguh-sungguh dengan ucapannya.

Hyunjin tertawa terbahak-bahak mendengar penuturan Jeongin.

"Harusnya lo bersyukur karna nyokap lo masih hidup. Ya meskipun cacat sih." Kalimat itu terlontar begitu saja dari bibir Hyunjin.

Jeongin tersulut emosi mendengar perkataan Hyunjin.

"DIA JUGA NYOKAP LO!"

"DIA BUKAN NYOKAP GUE!"

Keduanya berteriak di waktu yang hampir bersamaan.

"Ahh... Sorry Ayeniee, pasti lo kaget. Harusnya gue nggak perlu teriak kayak gitu." Nada bicara Hyunjin berubah menjadi sangat lembut.

Hyunjin berjalan mendekati Jeongin. Mengikis jarak diantara keduanya. "Denger Jeongin. Dia itu cuma nyokap lo, bukan nyokap gue."

Hyunjin membelai pipi Jeongin sambil tersenyum miring. "Dan setelah semua yang udah nyokap lo perbuat, gue rasa nggak ada alasan lagi buat gue lebih milih nyokap lo daripada Felix."

Setelah membisikkan itu, Hyunjin mencuri satu kecupan di bibir Jeongin lalu memundurkan langkahnya, menatap Jeongin yang terlihat terkejut mengetahui fakta tersebut.

Jeongin mematung. Dia tidak menolak ataupun mengamuk saat Hyunjin mengecup bibirnya. Padahal posisi Jeongin adalah sebagai Dominan, dan Hyunjin baru saja melakukan hal yang tidak seharusnya dia lakukan.

Hyunjin tersenyum licik dibalik pencahayaan rumah yang sangat minim. Dia sangat menikmati wajah terkejut Jeongin.

"Kenapa kaget gitu? Oh, apa jangan-jangan nyokap lo sama Ayah nggak ngasih tau lo soal ini?"

Hello SweetyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang