enam

4.4K 498 54
                                    

Jisung berjalan santai di sepanjang koridor. Sekolah masih sepi karena ini memang masih sangat pagi. Hanya murid-murid teladan yang sudah terlihat berkeliaran disekitar sekolah.

Entah terkena angin apa hingga Jisung bisa berangkat sepagi ini. Padahal biasanya dia baru sampai di sekolah setelah bel masuk berbunyi.

Pagiku cerahku
Matahari bersinar
Ku gendong beban hidupku
Di pundak~~

Selamat pagi-

"Huh."

"ANJWING!!" Jisung yang sedang asik bernyanyi terkejut bukan main saat ada seseorang yang meniup telinganya.

Hyunjin yang menjadi pelaku tertawa terbahak-bahak melihat Jisung yang melompat karena saking terkejutnya.

Jisung menetralkan degub jantungnya. Dia menatap Hyunjin sinis. "Lo ngintilin gue?"

"Dih, siapa juga yang ngintilin lo. Kurang kerjaan banget."

"Nah tadi?"

"Lah emang salah kalo gue lewat sini?" Hyunjin balik bertanya.

"Terserah lo deh."

Jisung menghentikan langkahnya. Dia memandang Hyunjin dari atas sampai bawah. "Bentar-bentar, Lo nggak lagi kerasukan kan?"

"Gue?" Hyunjin menunjuk dirinya sendiri. "Ya enggaklah."

"Kok tumben lo berangkat pagi? Biasanya sekolah udah mau tutup lo baru dateng."

"Kalo ngomong nggak usah bener gitu." Hyunjin tertawa pelan. "Tapi Gatau juga sih tiba-tiba pengen berangkat pagi aja."

"Felix mana?" Jisung mengganti pertanyaannya.

"Masih dirumah. Berangkat bareng Changbin dia."

Jisung hanya ber'oh' ria.

"Gue duluan yak." Hyunjin menepuk pundak Jisung lalu berjalan mendahuluinya.

"Nggak jelas banget tuh orang." Jisung tak mau ambil pusing. Dia kembali melangkahkan kakinya menuju kelas.

*****

Hyunjin menghampiri seorang pria yang lebih muda darinya yang sedang berdiri di belakang gedung sekolah.

"Jadi gimana? Udah berubah pikiran?" Suara Hyunjin membuat pria itu menoleh kearahnya.

"Nggak usah ikut campur urusan gue."

"Gue cuma nanya doang kali."

"Gue lebih tau dia daripada lo. Jadi lo nggak perlu repot-repot nemuin gue cuma buat ngasih informasi hoax kayak gitu."

Hyunjin mengedikkan bahunya. "Terserah sih mau percaya atau enggak. Yang penting gue udah berbaik hati buat ngingetin lo. Padahal jarang-jarang loh gue mau bantu orang."

"Oh iya satu lagi. Lain kali kalo lagi ngomong sama Kakak sopan dikit ya, Hwang Jeongin." Hyunjin sengaja menekan kata 'kakak' lalu tersenyum miring kearah Jeongin.

"Kakak? Gue bahkan nggak pernah sudi nganggep lo sebagai kakak." Jeongin pergi meninggalkan Hyunjin yang masih berdiri ditempatnya.

"Dasar keras kepala."

Hyunjin mendudukkan bokongnya di kursi panjang yang berada disana. "Haahhhh... Sia-sia gue bangun pagi."

"Lemes banget belum dapet morning kiss dari Sweety." Hyunjin memasang wajah sok sedih. Dia berdiri kembali lalu pergi entah kemana.

Hello SweetyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang