empat puluh sembilan

2K 327 26
                                    

Felix hanya bisa memandangi kerumunan itu dari jauh. Dia tidak berani mendekat sebab ia masih takut karena kejadian yang dialaminya waktu itu.

Sekarang ini Felix sedang berada di pemakaman Chan ditemani oleh Hyunjin yang setia merangkul pundak sempitnya. Awalnya Hyunjin menolak saat Felix berkata jika dia ingin datang kesini, namun setelah mengalami sedikit perdebatan, akhirnya Felix bisa datang ke tempat ini.

Melihat peti berisikan jasad Chan yang mulai dikebumikan, entah mengapa Felix seperti merasa kehilangan seseorang yang sangat penting baginya. Padahal dia dan kakak kelasnya itu sama sekali tidak dekat.

Felix mengambil sebuah gantungan kunci kecil berbentuk bunga dari balik saku celananya. Ia seperti tidak asing dengan benda itu, namun sekuat apapun Felix berusaha, dia tetap tidak bisa mengingatnya.

Felix mendapatkan gantungan kunci itu dari saku celananya setelah kejadian di restoran kemarin. Felix tidak begitu yakin, tapi sepertinya Chan lah yang meletakkan itu di sakunya karena sebelumnya dia tidak memiliki benda kecil tersebut.

Felix menggenggam benda itu sambil terus menatap makam yang mulai ditutup dengan tanah. Suara isak tangis kedua orang tua Chan terdengar sangat memilukan ditelinganya. Entah kebetulan atau tidak, Felix merasa jika dia juga mengenal kedua orang tua Chan. Rasanya mereka begitu dekat. Padahal dia sama sekali belum pernah bertemu dengan kedua orang tua Chan.

Pikirannya melayang entah kemana. Felix berusaha mengingat sesuatu yang mungkin saja terlewatkan olehnya, namun tetap saja dia tidak berhasil menemukannya.

"Kamu dapet ini darimana?"

Suara itu berhasil membuyarkan lamunan Felix. Ia sedikit mendongakkan kepalanya untuk menatap Hyunjin yang berdiri di sebelahnya. Ia baru menyadari jika gantungan kunci itu kini sudah berpindah ke tangan lebar Hyunjin.

"Aku nemu itu di saku pas mau mandi semalem."

Hyunjin terlihat berpikir sebentar kemudian mengangguk. Ia langsung berpindah ke hadapan Felix saat Ibu Chan tak sengaja menoleh kearah mereka Berdua.

"Kenapa?" Tanya Felix.

"Nggak papa." Hyunjin mengelus pipi Felix. "Kamu sedih ya?"

"Aku boleh simpen itu nggak?" Felix tidak menjawab pertanyaan Hyunjin. Ia menunjuk gantungan kunci di genggaman pria itu dan bermaksud meminta izin untuk menyimpannya.

"Iya, boleh."

Felix menerima gantungan kunci itu lalu memasukkannya kembali ke dalam saku.

Felix tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya, tapi rasanya dia benar-benar seperti kehilangan seseorang. Ia berkali-kali menghela nafasnya namun tetap saja dadanya terasa sesak seperti ada sesuatu yang menghimpitnya.

"Nangis aja. Jangan di tahan." Hyunjin jadi tidak tega saat melihat Felix seperti sedang menahan tangisnya.

Felix mendongakkan kepalanya. Setelah menahan cukup lama, pandangan Felixmulai memburam karena air mata yang menutupinya. Felix langsung memeluk Hyunjin erat di susul dengan isakan kecil yang keluar dari bibir mungilnya.

Rasanya sangat sesak. Meskipun Chan sudah menorehkan luka yang sangat dalam padanya, tapi pria itu juga rela berkorban demi menyelamatkannya dan itu membuat Felix merasa bersalah atas apa yang menimpa kakak kelasnya itu.

Hyunjin menjauhkan kepala Felix dari tubuhnya. Ia memegang kedua bahu sempit Felix dan menatap dalam-dalam sepasang mata biru yang sangat cantik itu. "Ini semua terjadi karena memang udah seharusnya seperti itu. Jadi jangan pernah salahin diri kamu, okey."

Hyunjin menghapus air mata Felix dan membawa tubuh mungil itu kedalam pelukannya.

Felix merasa sedikit tenang setelah mendengar apa yang baru saja Hyunjin katakan. Pria itu seperti bisa menebak apa yang ada dipikirannya.

Hello SweetyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang