35. |A| Hadir kembali

210 15 0
                                    

Happy Reading 💚

Sudah empat hari berlalu dan ini adalah hari terakhir prakteknya dirumah sakit. Hampir tak ada komunikasi diantara mereka, karena pagi Rania harus cepat berangkat dan sempat tak sarapan, dan malam yang sudah larut membuat Rania tertidur lelah.

Angga menyadari hal itu, ia tidak suka. Apalagi saat ia sudah menyiapkan sarapan, sedikitpun Rania tak menyentuhnya dan pergi langsung menaiki gojek.

Ketika Angga ingin mengantar Rania selalu menolak dengan alasan nanti yang lain curiga. Dan saat Angga menjemputnya Rania sudah tertidur di dalam mobil.

Dan mungkin tugas Rania yang dikerjakan Angga malam itu juga tak disadari Rania. Angga menghela nafas lelah, dia tak suka seperti ini. Padahal dulu sendiri ia tak merasa sebosan ini, dan sekarang baru beberapa hari komunikasi yang minim dengan Rania membuatnya begitu lesu.

Ia mengambil jaketnya dan kunci motornya. Ia berencana main ke rumah sahabat sohib nya itu, siapa lgi kalau bukan Jaya. Dia juga sudah lama tak melihat Jaya, terakhir kali saat sidang.

Di rumah sakit Rania tersenyum senang saat melihat hasil kerja kelompok mereka yang di apresiasi dosen. Bahkan dosennya mentraktir mereka karena sudah mau belajar dan bekerja keras.

"Selamat ya, kelompok Lo berhasil menarik perhatian Bu Ros." ucap Maya dengan senyum bangganya.

"Iya Alhamdulillah may."

"Temenin gue yuk sebelum kita pergi, gue mau ketemu sama sepupu gue." ucap Maya.

Rania mengangguk dan tersenyum. "Oce."

Maya menarik tangan Rania hingga ketempat kamar rumah sakit VIP yang dituju.

Mereka masuk dan Maya langsung memeluk sepupunya itu dengan hangat. "Gimana keadaan Lo?"

"Alhamdulillah mendingan kok."

"Oiya kenalin ini teman aku namanya Rania."

Rania tersenyum dan berjabat tangan. "Rania,"

"Nabila, panggil aja Bila."

"Cantik," ucap Rania.

Bila terkekeh. "Iya cantik, tapi penyakitan dan bentar lagi KO."

Mendengar hal itu Rania dan Maya mengendurkan senyumnya. "Sutt! Gak boleh ngomong gitu." tegur Maya.

"Iya Bil, separah apapun penyakitnya kalau Allah mau kamu sembuh pasti akan sembuh. Kita usaha dulu, yang penting kita jangan menyerah." ucap Rania dengan senyuman.

"Kalau memang takdir Bila gak sembuh gimana? Dan kehidupan Bila berakhir di usia ini."

Maya menggeleng dengan mata berkaca-kaca. "Lo gak boleh ngomong gini lagi, gue benci ucapan Lo ini. Dengar Bil Lo harus sembuh, ingat orang-orang yang menyayangi Lo, ingat juga suami Lo."

Bila kembali terkekeh. "Suami aku nikahin aku juga karena kasihan kan? Aku juga gak mau ngelihat dia terus seperti ini, aku orang jahat yang egois banget. Gara-gara aku dia jadi putus sama pacarnya, orang yang dicintainya. Dan sekarang aku merasa bersalah dan gak pantes banget, dia terlalu baik." ucapnya dengan setetes air mata yang turun dengan cepat ia usap.

Rania yang mendengar itupun terenyuh, sebelumnya Maya pernah menceritakan tentang sepupunya ini jadi sedikit banyaknya Rania tau permasalahannya.

"Justru karena itu kamu harus sembuh, bikin suami kamu sayang sama kamu. Buktikan bahwa kamu layak untuk mendapatkan cinta itu." tutur Rania lembut.

Bila tersenyum kecil. "Aku gak yakin. Penyakit aku udah parah dan stadium akhir, kemungkinan aku hidup lebih lama hanya kecil. Huh, sudahlah. Oiya Rania masih sendiri?" tanya Bila mengalihkan pembahasan.

KETIKA TAKDIR MENOLAK PERGI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang