05 |K| Sah

410 28 0
                                    

Assalamu'alaikum, jumpa lagi
Mungkin saya update lebih sering, dan bahkan mungkin tiap hari. Karena sekarang fokus saya ingin menuntaskan cerita ini secepatnya, gak mau nunda-nunda nunggu pembaca banyak baru cepat update.

Walaupun sadar gak seberapa pembacanya, tapi saya yakin readers pasti datang walau mungkin gak secepat kilat.

#maafcurhat🙈


Happy Reading💚

Rania menatap dirinya dalam cermin dengan pandangan kosong, memutar memori kembali pada malam itu.

"Pernikahan akan kita langsungkan 2 minggu lagi."

"Dan setelah 2 hari pernikahan, kalian akan langsung berangkat ke Yogya."

Rania memandangi pakaian dan wajahnya yang telah di rias dengan indah, sangat cantik dan manis, dengan perpaduan gaun cream yang sederhana dan jilbab yang lebih menutup dada, namun hanya satu kekurangannya, dia tak memberikan senyuman kebahagiaan atas hal itu.

Miris? Itulah pikirnya melihat dirinya sekarang.

"Apa aku bisa menjalani semua ini? Lalu, apa aku harus menghapus semua impianku? Ya Allah, ada apa dengan hambamu ini?" batinnya dengan tertunduk dan mata berkaca-kaca.

"Sayang," panggilan lembut itu, membuat Rania dengan cepat kembali menenangkan diri, dan menyeka sedikit air mata yang hampir keluar.

Mira menatap Rania dengan lembut dan mengelus punggungnya. " Kamu gak perlu takut sayang, kamu bisa melanjutkan impian kamu di sana, bukannya itu adalah tempat yang dari kecil kamu inginkan untuk meraih cita-cita." ucapnya lembut.

Rania langsung memeluk Mira, Mira mengatakan hal itu, seakan-akan dia bisa membaca pikiran dan raut sedih Rania.

"Nia gak bisa jauh dari moms, Nia masih butuh moms sama Papi!" lirih Rania dalam pelukan Mira.

"Kan ada Angga nanti di sana, kamu juga masih ingat kan keinginan kak Eza dulu? masih mau wujutin gak?" tanya Mamanya dengan lembut.

Rania perlahan melepas pelukan itu, dia tersenyum lembut dan mengangguk. "Nia ingat, Nia akan wujutin itu semua, Nia pasti bisa kan moms?"

Mira mengangguk." pasti bisa dong sayang." ucapnya sembari mengelus kepala Rania.

"Yaudah, kamu udah siap? Kita berangkat sekarang ya, nanti telat."

Rania mengangguk, dan mencoba tersenyum meyakinkan dirinya, kalau dia pasti bisa.

***

"Kamu udah siap sayang? jangan grogi gitu dong, nanti macet lagi waktu ngucapinnya." goda Eliza.

Angga tersenyum simpul mendengar hal itu.

Jujur, walaupun dia belum memiliki rasa apapun sama Rania, tapi hal ini merupakan momen yang sakral baginya, dia hendak mempersunting anak dari orang tuanya, agar menjadi untuknya.

"Ya Allah, jika memang ini yang terbaik, bantu Angga untuk bisa menerima dengan ringan hati." batinnya dengan tatapan kosong.

"Yaudah yuk!" ajak Eliza merangkul tangan Angga.

***

Masjid Raya Medan, menjadi tempat yang di khususkan mereka untuk menjadi saksi ikrar janji pernikahan dari momen bahagia ini.

Tak terlalu banyak yang menghadiri, hanya keluarga dari beberapa pihak laki-laki, pihak perempuan, sahabat Rania Aci dan Ziah, juga beberapa saksi.

KETIKA TAKDIR MENOLAK PERGI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang