19 |K| Warung

168 21 0
                                    

Happy Reading 💚

Hari-hari sudah berlalu, namun tak ada perkembangan yang terlihat di antara hubungan Angga dan Rania, mereka masih mempertahankan ke egoan diri mereka masing-masing.

Sering terjadi adu mulut karena hal sepele dan konyol, tapi tetap itu menjadi bahan keributan mereka, alih-alih mencari kesalahan satu sama lain. Namun, tak butuh waktu lama, mereka kembali baikan, dan ngobrol seperti biasa.

Dan Rania sudah berusaha mengikuti saran dari Ziah untuk menarik perhatian Angga, tapi usahanya tak berjalan lancar, Angga masih bersikap cuek padanya, di tambah juga karena dia yang murah emosi, dan saling emosi.

Menghadapi makhluk seperti mereka berdua memang harus butuh kesabaran yang besar, tapi bagaimana, itu tidak dimiliki mereka, makanya sangat sulit untuk mengerti keadaan satu sama lain.

Rania sekarang sedang merenung memandangi HP nya, memikirkan sesuatu, ya jelas dia pasti memikirkan sesuatu.

Ada yang aneh di rasa Rania, dia sedang memikirkan seseorang yang pekan lalu meminta bantuannya untuk mengenal lebih dalam tentang islam.

Tapi semenjak dia mengatakan hal itu pada Rania, Debo tak pernah lagi nampak, ataupun datang ke kampus, membuat Rania bingung, ada masalah apa sebenarnya.

Rania bosan, ia memutuskan untuk menelpon Ziah.

"Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumsalam."

"Gue rindu banget sama lo!"

"Gak usah lebay deh."

"Ck, emangnya lo gak rindu apa, sama sahabat lo yang cantiknya super badai ini?"

"Uekk, mau muntah gue dengernya."

"Hehehe, beneran gue rindu tau. Kapan ya kita ketemu, banyak banget deh yang pengen gue certain."

"Nia, gue matiin dulu ya, nanti di lanjut lagi."

"Lah kenapa? Gue baru nelpon tau, tega am—"

Tut... tut... tut..

Rania mendengus kesal, saat telpon dimatikan sepihak. Ia melihat Angga yang masih fokus dengan laptop di depannya.

Sungguh membosankan bukan, di malam minggu, tapi tak ada teman ngobrol, sangat sepi baginya.

Perutnya juga terasa lapar, ia teringat pada warung dekat rumahnya, yang beberapa hari lalu niatnya tertunda untuk ke sana.

Rania mulai melangkahkan kakinya keluar rumah, ia berdiri di depan teras rumahnya.

Matanya masih fokus pada warung itu, saat ia hendak melangkah ia teringat kembali pada perkataan Angga pada malam itu.

"Jangan ke warung itu, aku lebih tau dari pada kamu."

Rania tetap melanjutkan niatnya, bagaimanapun Angga tidak memberi tahu alasan kenapa dia dilarang, dan tau sendiri kan Rania orangnya keras kepala, dia pun tak perlu khawatir, karena ia melihat beberapa wanita ada di sana juga.

Ia mulai melangkahkan kakinya, dengan pakaian piama dan khimar menutup, serta sendal hello kitty yang membuatnya terlihat lebih feminim.

Rania melihat ramai sekali sepeda motor terparkir, tapi ada sedikit ke anehan yang di rasanya, jaket yang seragam, terlihat seperti komunitas jalanan.

Tapi tak mau berfikir pusing ia, langsung memesan.

"Mbak, pesan nasi goreng satu. Eh, dua aja deh mbak, di bungkus." pesan Rania menambahkan pesanan, mengingat Angga juga pasti lapar sekarang.

KETIKA TAKDIR MENOLAK PERGI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang