Happy Reading💚
Rania mondar-mandir tak karuan, memegang perut yang tak dapat di ajak kompromi, dengan terus memandang pintu kapan akan terbuka.
Tok.. tok.. tok..
"Cepetan!! Gue udah gak tahan ini!" teriak Rania masih mondar-mandir.
Masih tak ada jawaban dari dalam. "Lo pingsan atau gimana sih?" omel Rania.
Rania membulatkan matanya sempurna, dia benar-benar tak bisa menahan lebih lama lagi, terpaksa dia harus memakai kamar mandi umum yang ada di lantai bawah.
Dia melangkah dengan cepat menuruni tangga, dengan terus memegangi perut berharap sampai di toilet dengan waktu yang tepat.
Sedangkan di kamarnya, Angga baru saja keluar dengan nafas lega memegang perutnya yang lumayan damai.
Dia memandangi sekeliling tapi tak melihat Rania, tak mau di buat pusing, ia menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur dan menutupnya dengan selimut.
Rania bernafas lega setelah melaksanakan ritualnya, dia menutup pintu, dan melangkahkan kakinya menuju kamar.
Baru saja ia memenangkan perutnya, kini sepertinya dia harus menenangkan emosinya, saat mendapati orang yang dengan tenang sedang tidur di kamarnya.
"Bangun lo!" tegas Rania langsung membukakan selimut itu.
Angga membukakan matanya, dan duduk bersila.
"Lo pingsan tadi di toilet gue? sampai gue ngomong dari tadi gak di tanggepin." omelnya.
"Gak boleh ngomong di kamar mandi!"
"Iya gue tau."
"Terus?"
"Tapi, setidaknya lo jawab dong, gue juga kebelet."
"Itu Azab!"
"Azab apa?"
"Azab Istri yang durhaka sama suaminya."
"Kapan gue durhaka sama lo?"
"Sambal kecap! Bukan sambal ijo!" jelas Angga lalu kembali berbaring.
Rania mendengus kesal. "Heh, kenapa tidur lagi sih? Gue gak mau ya satu kamar dengan lo, apalagi sekasur!" omelnya.
"Yaudah cari kamar lain sana!" perintah Angga, membuat Rania mengepal tangannya geram.
"Ini kamar gue, gue gak bisa tidur di kamar yang lain." jelasnya.
Angga kembali membangunkan tubuhnya menatap sekitar kamar. "Kamar lo ini, gak ada bedanya sama kamar yang lain, paling cuman luasnya besaran ini sedikit. Kamar lo polos, gak ada yang istimewa." terang Angga.
Rania terdiam mendengar itu, perubahan wajah yang menjadi murung terlihat di mata Angga, membuatnya bingung.
"Kenapa?" tanya Angga memerhatikan Rania.
Rania hanya menggeleng lemah, lalu mengambil boneka pandanya dan beranjak hendak keluar.
"Lo mau kemana?" tanya Angga menyerngit bingung.
Rania berhenti. "Gue mau tidur di kamar yang lain!"
"Nanti kalau ketauan Mama atau yang lainnya gimana?"
"Gue akan hati-hati, gue gak bakal ketauan!" jelasnya.
Dan saat Rania hendak membuka knop pintu. "Tunggu!" cegah Angga langsung berdiri. "Lo gak usah ke kamar lain, ini kamar lo, biar gue aja yang pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
KETIKA TAKDIR MENOLAK PERGI [END]
Teen FictionKetika dua insan di pertemukan dalam ikatan cinta yang suci, namun tak di landaskan rasa cinta dan karena keadaan yang memaksa, apa yang akan terjadi? Ketika saling mempertahankan harga diri, hingga tak ada satupun mengalah untuk mengakui kata hati...