Happy Reading 💚
Jaya masih memandang Angga yang tak berbicara sepatah katapun dari tadi. Angga menatap keluar jendela dengan tatapan kosong yang tak dapat diartikan.
"Lo sebaiknya pergi cari Rania sekarang, daripada disini Lo gak ada kejelasan. Selesaikan masalah Lo, gue yakin Rania juga akan dengarkan penjelasan Lo nanti." jelas Jaya dengan raut prihatin.
Masih tak ada sahutan dari Angga. Karena merasa lelah Jaya menghamburkan dirinya ditempat tidur. Dia juga lelah seharian, apalagi melihat sahabatnya itu semakin bertambah lelahnya.
"Gue tidur dulu, nanti kita cari Rania lagi." ucap Jaya dengan menguap menahan kantuk.
"Gue gak mau carik dia."
perkataan itu membuat Jaya yang tadi sudah memejamkan mata kembali terbuka. "Maksud Lo?"
"Mungkin alasannya kabur juga sudah bosan kali sama gue, harusnya dia tanya kebenaran itu bukan malah kabur. Gue gak mau maksa kalau dia harus cinta sama gue, dan mungkin dia masih ada rasa kali sama mantannya itu." tutur Angga lesu.
Jaya menoleh ke arah sahabatnya itu dengan sorot mata tak percaya. "Huh Angga Angga, gue kira Lo udah dewasa ya, tapi ternyata masih kanak-kanak apalagi menghadapi masalah seperti ini. Perasaan Rania pasti sakit saat melihat Lo dan Luna saat itu, wajar kalau dia marah dan pergi gitu aja. Itu salah satu bentuk emosinya karena merasa dikhianati sama Lo, dan dia pasti akan menanyakan perihal itu tapi nanti tunggu hatinya lebih tenang."
"Berarti gue juga bisa kabur dong karena Rania ketauan selingkuh dengan mantannya."
Jaya menyerngit heran melihat Angga. "Lo laki atau perempuan sih. Lo juga tau perbedaan itu. Lo mau nyamain diri Lo yang lebih mentingin logika dibanding perasaan, wanita itu mainnya perasaan ga, jadi wajar kalau permasalahan seperti itu sangat membuatnya larut dalam kesedihan. Sedangkan Lo ingin balas dendam ke Rania yang Lo tuduh selingkuh, padahal dia gak selingkuh." kesal Jaya menatap Angga yang masih terlihat datar.
"Lo suka sama Rania?"
Jaya menatap sahabatnya itu dengan geleng-geleng kepala tak percaya. "Lo gila! Rania istri Lo, dan Lo bertanya seperti ini?"
"Habisnya kenapa Lo selalu berpihak sama dia?"
"Karena Rania berhak mendapatkan itu. Dan yang harus di intropeksi diri itu adalah Lo Angga! Permasalahan ini gak akan kelar kalau Lo terus berfikiran kotor dan tidak melihat kesalahan pada diri Lo sendiri."
Angga menghembuskan nafasnya kasar, ia tak tau harus berbuat apa.
"Terserah Lo. Oiya besok gue mau ke kajian ustadz Fadli, kalau Lo mau ikut Ayo. Kalau gak mau yasudah. Gue mau pulang sekarang, setres lama-lama gue bareng orang kayak Lo. Pertahanan negatif thinking itu." ucap Jaya dengan menekankan kata terakhirnya.
Jaya pergi dengan langkah lebar.
Angga lagi-lagi mengusap wajahnya frustasi. "Astaghfirullah," lirihnya terus beristighfar dan tanpa sadar air mata itu menetes.
***
Sedangkan di tempat lain Rania dengan raut sedihnya menatap wajah suaminya itu di dalam telepon genggam miliknya.
Ia hanya mempu mengelus dibalik layar tersebut, tanpa sadar air matanya menetes.
"Nia, udah jangan terlalu dipikirin. Gue akan selalu ada bersama Lo!" ucap Ziah yang juga sakit melihat sahabatnya itu.
"Zi, apa memang takdir aku yang seperti ini ya? Aku di jauhin orang-orang yang aku sayang karena kesalah pahaman. Dulu bang Alan, sekarang tinggal Papi, mas Angga dan Maya." lirih Rania dengan wajah menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
KETIKA TAKDIR MENOLAK PERGI [END]
Novela JuvenilKetika dua insan di pertemukan dalam ikatan cinta yang suci, namun tak di landaskan rasa cinta dan karena keadaan yang memaksa, apa yang akan terjadi? Ketika saling mempertahankan harga diri, hingga tak ada satupun mengalah untuk mengakui kata hati...