44. Mau Bakso

217 16 0
                                    

Happy Reading 💚

Rania membuka pintu rumah berharap Angga belum pulang. Namun langkahnya terhenti saat melihat seseorang yang sedang bergulat menyiapkan makanan di dapur.

"Assalamualaikum mas,"

Angga yang menyadari kepulangan istrinya menoleh dan tersenyum. "Wa'alaikumsalam sayang."

"Mas kok masak, biar Rania aja yang ngurus dapur."

"Enggak masak kok, mas ini beli. Cuman mas panasin lagi di kompor."

Rania mengangguk dan hendak beranjak pergi.

"Mau kemana?"

"Mau kekamar, mandi, terus ganti baju."

Angga yang mendengarnya mengangguk dan tersenyum. "Selesai itu nanti turun ya, ada mau mas obrolin." Rania kembali mengangguk lesu.

Sesungguhnya hatinya dirundung kebingungan. Ia tak tau bagaimana harus menggambarkan dirinya baik-baik saja. Tersenyum dibalik luka tidaklah semudah itu, apalagi menyangkut perasaan.

Setelah beres mandi Rania turun kebawah dengan memakai baju kaos putih dan celana kulot dengan rambut yang di kucir tinggi.

Ia memerhatikan suaminya yang sedang main handphone di depan meja makan karena menunggu dirinya. Dan makanan juga sudah terhidang.

Angga yang menyadari Rania sudah datang memberhentikan main HP nya. "Duduk,"

Rania mengangguk dengan mencoba tersenyum.

"Makan yang banyak, aku tau kamu belum makan."

Rania mengangguk lagi.

"Kamu gak usah pikirin yang tadi, anggap aja ucapannya angin lewat." ucap Angga yang mengerti kondisi Rania.

"Tapi nyatanya tidak semudah itu mas." lirih Rania.

Angga menghembuskan nafasnya pelan. "Sayang, kamu tenang aja ya،  semuanya akan baik-baik aja kok. Luna juga ngomong gitu karena dia gak tau kebenaran hubungan kita ya sebenernya. Mungkin semua orang juga akan berprasangka seperti itu, karena yang mereka tau kita hanya sebatas seorang perempuan dan laki-laki yang tampa ikatan." jelas Angga.

"Kenapa gak mas kasi tau tentang hubungan kita?"

Angga menggeleng. "Mas takut tadi ingin berbicara, mas gak mau kamu semakin di bully disana, karena mas gak bisa ngejaga kamu terus dikampus. Mas tau mas salah karena diam aja, tapi mas janji akan selesaikan masalah ini segera." tutur Angga menjelaskan dengan yakin.

Rania lagi-lagi tersenyum dan mengangguk. Bolehkah Rania menanyakan perihal percakapan Angga dengan Luna tadi? Ia menggeleng pada dirinya sendiri.

Ia bukan anak-anak lagi, ia harus bersikap dewasa. Tidak boleh berfikiran buruk terus, ia harus optimis untuk memperjuangkan rumah tangganya.

"Sayang kok gak dimakan?" tanya Angga saat melihat Rania hanya mengacak-acak makanannya saja.

Rania menggeleng. "Gak selera mas,"

"Terus maunya apa? Kamu belum makan dari tadi, ntar sakit lagi." tutur Angga lembut.

Rania terlintas satu makanan di pikirannya, ia tiba-tiba tersenyum senang. "Mas, aku mau makan bakso raksasa super pedas, boleh ya?"

Angga yang mendengar itu terdiam dan langsung mendongakkan wajahnya menatap istrinya dengan lekat. "Gak boleh, makan nasi aja ya sayang. Nanti kita cari lauk yang cocok." tutur Angga lembut semoga Rania mengerti.

"Tapi aku maunya itu mas, kan bisa pake nasi juga makannya." rengek Rania dengan wajah memelas.

"Jumlahnya terlalu besar kita gak akan sanggup ngabiskan," jelas Angga lagi yang heran dengan keinginan istrinya itu.

KETIKA TAKDIR MENOLAK PERGI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang