Happy Reading 💚
"Gimana dok?"
"Bapak tenang aja, istri dan anak bapak baik-baik saja."
Perkataan itu membuat Alan terdiam di tempat, seakan ada rasa berbeda menjulur di tubuhnya. Ia tersenyum kecil menenangkan gejolak dihati yang entah ada apa sedikit sakit.
"Saya bukan suaminya, saya temannya dok." tutur Alan menyadari akan dirinya siapa.
"Owh iya maaf Pak."
Setelah mendapat penjelasan dari dokter tersebut Alan kembali keruangan Rania yang terlihat belum sadar.
Ia mendudukkan dirinya dengan tersenyum paksa. "Semoga ini awal yang baik untuk aku benar-benar menghapus kamu di hati aku." ucapnya lirih.
Tak lama Rania yang tersadar dan mencoba mendudukkan dirinya dengan mata sayup.
"Bang Alan? Aku kok disini?" tanya Rania cemas.
"Kamu tadi pingsan, makanya aku bawak kesini."
Rania masih tetap diam dengan terus mencoba menenangkan dirinya dari pusing. Sedangkan Alan berfikir sejenak ingin menanyakan sesuatu hal.
"Rania, Apa Angga tau kondisi kamu sekarang?"
Pertanyaan itu membuat Rania langsung menoleh. "Maksudnya?"
"Kamu hamil kan? Apa Angga sudah tau?" tanyanya lembut.
Rania meneguk salivanya dalam. Ia tak menyangka laki-laki yang tau setelah dirinya dan ziah adalah Alan, padahal ia sangat berharap Angga adalah orang itu.
Ia menggeleng lesu memberikan jawaban pada Alan. " Jangan kasi tau sama mas Angga ya bang untuk sekarang! Aku mau kondisi semuanya membaik dulu, dan aku yang akan kasi tau langsung." pinta Rania khawatir.
Alan menoleh sejenak dan mengangguk pelan. "Memangnya ada masalah apa? Kalau mau cerita sih, kalau enggak juga gak papa." ucap Alan menawarkan diri.
Rania menggeleng lemah. "Sedikit rumit, tapi aku berharap semoga hanya salah paham." ucap Rania tersenyum paksa.
Alan terkekeh kecil. "kamu memang semakin dewasa, bukan Rania dulu yang kerjanya emosi terus kalau gak dapat apa yang dia mau."
"Ck, udahlah gak usah bawak masa lalu. Udah ada masa depan jugak!" omel Rania dan Alan kembali terkekeh.
"Nabila gimana? Dia udah tau?" tanya Rania yang juga mengkhawatirkan orang yang tak lama di kenalnya itu.
Alan mengangguk tersenyum. "Alhamdulillah lebih baik dari sebelumnya. Tapi Abang belum kasi tau tentang ini, insyaallah besok Abang kasi tau!"
Rania kembali mengangguk. "Yaudah bang, makasih banyak ya. Rania mau pulang, udah jam segini nanti ziah nyariin." ucap Rania dengan melihat jam dinding.
"Ziah? Kamu tidur dirumah Ziah?"
Rania mengangguk lagi. "Jangan kasi tau mas Angga juga ya bang! Kata Ziah biar mas Angga usaha dulu cari aku." cicit Rania membuat Alan mengulum senyum.
"Ziah beruntung punya sahabat yang patuh kayak kamu. Yodah yuk!" ajak Alan langsung berdiri dari duduknya.
"Eh Rania sendiri aja bang." ucapnya cepat karena tidak mau di antar Alan.
Lagi-lagi Alan terkekeh. "Abang juga tau kamu gak bakal mau Abang antar. Abang cuman mau nyariin taksi kok, boleh kan?"
Rania menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Boleh kok bang."
Sesampainya di depan tak lama taksi juga lewat membuat mereka tak perlu menunggu lama.
"Rania, kamu jangan banyak pikiran, makan buah yang banyak, lebih banyak makan nasi dari pada makan jajan. Itu pesan dokter. Dan jangan sedih karena di setiap rumah tangga pasti ada badai yang mencoba melihat rumah siapa yang paling kokoh dan yang rapuh untuk tumbang, Itu pesan kakak."
KAMU SEDANG MEMBACA
KETIKA TAKDIR MENOLAK PERGI [END]
Fiksi RemajaKetika dua insan di pertemukan dalam ikatan cinta yang suci, namun tak di landaskan rasa cinta dan karena keadaan yang memaksa, apa yang akan terjadi? Ketika saling mempertahankan harga diri, hingga tak ada satupun mengalah untuk mengakui kata hati...