57. Wisuda

303 15 0
                                    

Happy Reading 💚


Hari wisuda tiba, Rania sekarang sedang di make up oleh perias yang di pesan Mama nya. Dan sekarang dia Mama Eliza dan Maminya sedang berdandan cantik.

Sedangkan para lelaki sudah siap dan menunggu di ruang tamu.

"Momski masih marah ya sama kamu, bisa-bisanya momski jadi orang terakhir yang kamu kasi tau tentang cucu mom." kesalnya dengan masih merapikan hijabnya.

"Maaf moms, kan mau kejutan." bela Rania dengan wajah nyengirnya.

"Iya kejutan, tapi gagal kan!"

Rania tersenyum malu mendengarnya. Rencana hati ingin memberi tahu orang tua dan mertuanya saat wisuda Angga gagal, ketika mereka sudah diberi tau luan oleh mulut lemes Ziah walaupun Ziah mengakui tak sengaja mengatakannya.

"Rania lain kali jangan nyembunyiin apapun ya, termasuk kesalahan Angga. Kamu bisa cerita apapun, Mama gak bakal pilih kasih walaupun Angga itu anak Mama." ucap Eliza menyadari dan merasa bersalah atas apa yang dilakukan Angga.

Rania tersenyum mengangguk. "Iya Ma,"

Di ruang tamu sudah ada mereka ber empat, Angga, Sandi, Aji dan Kevin.

"Lain kali kamu harus bisa bersikap dewasa ga, jujur kalau seandainya papa saat itu tau permasalahan ini. Mungkin papa akan turun tangan menjemput Rania." ucap Sandi dengan wajah yang masih terlihat kesal.

"Maaf pa, Angga janji gak bakal ngelakuin itu lagi. Angga udah belajar dari kesalahan itu." Sandi hanya mengangguk tanpa menyahuti.

"Maafin Angga ya Pi, Angga hampir gagal menjaga Rania. Angga melukai hati Rania, tapi Angga akan berusaha untuk hal itu tidak terjadi lagi." ucap Angga kini menoleh pada mertuanya itu.

Aji tersenyum hangat dan menepuk bahu itu. "Papi butuh bukti, bukan hanya Janji. Lakukan yang membuat Rania bahagia, dan bimbing Rania karena dia juga masih bersikap Childs."

Angga menangguk tersenyum. "Insyaallah Pi."

Tak lama para wanita keluar dari ruang atas, sedangkan mereka yang ada diruang tamu langsung menoleh dengan tatapan terpukau.

"Masyaalllah, para bidadari." Ucap Kevin dengan tatapannya.

"Jangan lihat istri kakak, jaga pandangan." ucap Angga sinis melihat adiknya.

Kevin yang mendengar itu semakin tersenyum jahil. "Kak Rania cantik banget, kayak masih remaja aja."

"Memang kakak masih remaja, kakak baru masuk 19 tahun." ucap Rania dengan senyum hangat.

"Yakin deh, pasti banyak diluar sana yang ngira status kakak itu masih single, dan pastinya demen sama kakak."

"Apaan sih, dia itu istri kakak, jangan macem-macem." peringatkan Angga dengan wajah kesal.

"Udah Ayuk, entar telat." ucap Angga menarik tangan Rania, namun seketika terhenti saat menyadari Rania memakai alas kaki hak tinggi.

"Sayang, pakai pansus aja ya. Jangan pakai hak tinggi, nanti bisa jatuh." omel Angga.

"Rania bisa kok mas, lagian perut Rania masih kecil belum besar. Jadi belum terlalu berat." bela Rania dengan senyum meyakinkan.

"Mami sama Mama juga udah bilang tadi gitu, tapi Rania nya kekeh gak mau ganti."

Angga kembali menoleh ke arah Rania. "Ganti ya!" ucap Angga dengan raut memohon.

Rania menghembuskan nafas kasar, ia membuka sepatu itu dan memakai pansus datar dengan hak rendah. Angga tersenyum mengelus lembut kepala dibalik hijab itu.

KETIKA TAKDIR MENOLAK PERGI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang