26. |N|Bioskop

182 20 0
                                    

Happy Reading 💚

Mata Rania langsung berbinar setelah mereka sampai di tempat yang di tuju-tujunya, yaitu bioskop.

Ia langsung refleks menarik tangan Angga dengan erat di tangan kanan, di tangan kiri mengangkat sedikit bajunya yang kepanjangan, sedangkan Angga mencoba tersenyum ramah saat pusat perhatian orang-orang tertuju pada mereka.

Jelas, pakaian yang mereka pakai sekarang adalah pakaian acara pesta tadi. Rania memaksa Angga untuk pergi dari acara itu saat melihat jam sudah mendekati, membuatnya tak sempat ganti baju.

Mereka sekarang sudah di depan pembelian tiket, ekspresi Rania berubah jadi tercengang dengan nafasnya yang terhembus kasar.

Sepertinya penantiannya tak berjalan mulus, antrian sudah begitu panjang. Pikirannya pun menjadi lemas, seperti aku akan kehabisan tiket jika situasinya seperti ini.

Ia mendudukkan diri tak jauh dari pandangan nya sekarang. Angga yang melihat itu menyerngit bingung, ada apa dengan gadis itu.

Perlahan Angga mendekati Rania yang sudah murung.

"Hei, kenapa?"

Rania sejenak melihat Angga, lalu kembali memainkan dagunya mengarah pada antrian supaya Angga melihat ke arah situ.

"Emangnya kenapa sama mereka?" tanya Angga tak mengerti, membuat wajah murung Rania berubah menjadi kesal.

"Ck, kak Angga, masa gitu aja gak ngerti sih. Lihat tuh antrian panjang banget, gak akan keburu belinya, yang ada filmnya dah di mulai. Ini semua salah kakak, cobak aja tadi kakak langsung nurut waktu aku ajak kesini, kita gak akan ketinggalan gek gini." kesal Rania dengan nafas naik turun.

Angga sekarang paham kondisinya, ia lupa mengatakan pada Rania bahwa ia telah memesan tiketnya. Memang dasar Angga gak peka saat melihat antrian itu.

"Ini," Angga menyodorkan dua kertas kecil ke hadapan Rania.

Rania yang tadi tadi sedikit bingung, sekarang wajahnya menjadi terkejut.

Pandangannya sekarang ke Angga, meminta penjelasan, berharap kertas yang di depannya ini bukan mainan dan bukanlah mimpi.

Angga terkekeh melihat hal itu. "Ini tiketnya, aku dah pesan tadi secara online."

"Memangnya ada pemesanan secara online?" tanya Rania yang tak tau menahu.

Angga mengagguk. "Ada, tapi ya pembayarannya juga lebih besar."

Rania mengangguk senang dengan ekpresi yang begitu bahagia.

"Makanya, jangan langsung marah, udah dibilang kalau marah mukanya jelek. Udah jelek, makin jelek kan." tambah Angga, membuat Rania melotot kan matanya kaget.

"Enak aja, aku cantik dari lahir. Jadi stop bilang aku jelek. Lagian jugak tetap salah kak Angga, kenapa gak kasi tau aku dari tadi." omel Rania tak terima ia di salahkan.

Lagi-lagi Angga harus mengalah.
Perempuan itu tidak pernah salah

***

Setelah selesai menonton sepanjang perjalanan keluar Rania hanya senyum-senyum sendiri.

Angga yang memerhatikan itu sedikit aneh melihat Rania, apapun adegan yang di mainkan ekpresinya tetap senyum.

"Lo kenapa sih senyum-senyum sendiri, gak malu di lihatin orang lain?"

Dengan santainya Rania menggeleng. "Gak peduli apa kata mereka. Aku cuman mengekspresikan rasa senang aku." ucap Rania dengan mata berbinar.

"Angga, Angga yunanda. Setiap film yang dia mainkan semuanya aku suka, bahkan yang gak aku suka sinetron, karena yang mainkan Angga aku jadi suka, bahkan suka banget." ucap Rania membayangkan.

KETIKA TAKDIR MENOLAK PERGI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang