Happy Reading 💚
Mereka menggeleng tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang. Dengan langkah gontai Alan berjalan ke arah korban kecelakaan yang membuat nafasnya hampir terputus.
Sedangkan Angga masih tersimpuh lemah beralaskan lutut yang juga begitu lemas. Ia masih terus memandangi motor milik Luna yang dikendarai Rania beberapa menit yang lalu.
Ia sungguh tak percaya dengan ini semua. Lagi-lagi air matanya meluncur deras, kata-kata maaf dan penuh penyesalan lagi-lagi terucap di hatinya.
Alan memaksakan diri melihat siapa orang itu seketika terhenti saat melihat wajah orang tersebut. Alan terduduk lemas mengusap wajahnya kasar dan menghembuskan nafas dalam.
Lagi-lagi ia menghembuskan nafas untuk menenangkan dirinya, ia menoleh sejenak ke arah Angga yang terus saja menunduk menatap aspal di bawahnya dengan rintihannya.
"Dia bukan Rania," ucap Alan dengan suara bergetar.
Alan yang mendengar itu seketika terdiam dan langsung menoleh cepat kearah Alan. Dengan langkah cepat ia langsung berdiri dan memastikan apa yang dikatakan Alan.
Dan benar ternyata itu bukanlah Rania, ada 1 korban kecelakaan tabrak lari, dan ternyata itu adalah laki-laki.
Kalimat untaian syukur ia panjatkan berulang kali, dengan senyum sedikit kecil. Namun ia menoleh sejenak ke arah motor itu, ia tidak salah itu adalah motor Luna dengan plat nomor kendaraan inisial nama Luna.
"Mas Angga"
Panggilan itu membuat Angga yang tadi memejamkan mata takut perlahan terbuka dengan keyakinan ragu.
Suara itu ia kenal betul, dengan mata yang masih memerah ia membalikkan badannya dengan keyakinan yang masih tak percaya.
Ya wanita itu, wanita yang benar-benar membuat hatinya tak karuan dan di dilanda kecemasan. Dia sekarang berdiri di depan Angga dengan air mata yang sedari tadi juga mengalir, dengan wajah pucat menghiasi dirinya.
Tanpa pikir panjang Angga langsung memeluk tubuh itu erat dengan isaknya, begitu juga sebaliknya. Mereka seakan menumpahkan semua ketakutan, kerinduan, kekhawatiran dan takut kehilangan.
Rania juga begitu, ia tak bisa mengelak akan kenyataan itu. Dirinya sakit saat jauh dari Angga, dan sekarang bolehkah dia ingin bersama walaupun dengan kenyataan pahit yang tidak sesuai.
"Jangan pergi! Kamu jangan ninggalin Mas lagi." lirih Angga masih dalam pelukan.
Rania yang mendengarnya pun semakin terisak, ia mengangguk tanpa berbicara.
"Kamu gak papa kan?" tanya Angga perlahan mengendurkan pelukan itu melihat keadaan Rania.
"Rania gak papa." jawabnya lembut.
Angga menghapus air mata Rania sembari menengkan dirinya.
Tak lama Luna berlari menuju mereka, karena taxi yang di tumpanginya terkena macet juga.
"Rania, kamu gak papa?" tanyanya penuh kekhawatiran sembari menoleh sejenak kearah motor miliknya yang sudah rusak.
Rania yang menangguk lesu.
"Sayang, kamu mau dengerin penjelasan aku kan?" tanya Angga dengan rasa khawatir.
"Aku tau mas, yang sebelumnya hanya salah paham. Dan aku berharap yang ini juga salah paham, aku akan dengerin penjelasan kamu. Maaf kalau aku langsung pergi gitu aja walaupun aku yakin ketakutan aku itu gak benar, tapi— saat itu hati aku sakit dan aku gak sanggup lihatnya makanya aku pergi." lirih Rania dengan air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KETIKA TAKDIR MENOLAK PERGI [END]
Teen FictionKetika dua insan di pertemukan dalam ikatan cinta yang suci, namun tak di landaskan rasa cinta dan karena keadaan yang memaksa, apa yang akan terjadi? Ketika saling mempertahankan harga diri, hingga tak ada satupun mengalah untuk mengakui kata hati...