42. Bullying

195 17 0
                                    

Happy Reading 💚

Rania terbangun dari tidurnya, ternyata sudah subuh. Ia memandang sisi sampingnya yang tidak ada Angga.

Ia bangun dan melihat sekitar, apa mungkin mandi? Tapi tidak ada suara air. Ia berjalan turun mencari, namun atensinya teralih pada kamar tamu. Ternyata benar, ada Angga yang terlihat selesai mandi.

Rania menghembuskan nafas kasar. Ia masuk kembali ke dalam kamarnya untuk melaksanakan sholat subuh.

Sepanjang pagi tak ada belum percakapan diantara mereka. Rania menyiapkan sarapan, dan memasukkan kedalam bekal untuk dibawa Angga ke kantor.

"Nanti ke kampus bareng saya."

Rania menggeleng pelan. "Gak usah mas, aku nanti naik ojek aja."

"Kebetulan saya mau ke kampus ngurus berkas wisuda, jadi sekalian aja." ucap Angga dan meneguk minuman terakhirnya.

Rania mengangguk lesu. Permasalahan Alan apakah ia harus memberi tahu suaminya bahwa Alan adalah mantan pacarnya? Tapi bagaimana kalau Angga marah, yang ini saja belum selesai urusannya. Baiklah ia akan mencari waktu lain

"Mas, masalah kemarin aku minta maaf. Seharusnya aku izin dan pamit terlebih dahulu sama mas. Aku tau aku salah, lain kali aku gak akan pergi kecuali atas izin mas. Aku gak mau mas marah kayak kemarin, aku takut. Aku lihat mas sangat bukan seperti mas Angga yang aku kenal, aku takut." ucapnya lirih berharap Angga tidak lagi marah.

Angga hanya diam memerhatikan Rania dengan tatapan kosong, tak lama ia pun mengangguk.

"Mas jangan tidur di kamar tamu lagi ya. Mas kembali tidur di kamar kita." lanjut Rania dengan mata penuh harap.

Angga sebenarnya juga tidak ingin tidur di kamar tamu itu, tapi melihat emosinya tadi malam membuatnya harus mengambil keputusan itu. Lagi-lagi Angga mengangguk mengiyakan tanpa suara.

"Yasudah, kamu siap-siap."

Rania mengangguk dan berjalan ke kamar mengambil keperluannya.

Rania memandang sekeliling yang sedikit sunyi. Kemungkinan ia bisa ikut keparkiran bersama Angga.

"Pulangnya nanti jam berapa?" tanya Angga dengan wajah datar.

"Sepertinya sore mas, karena jadwal kuliah kemarin yang kosong diganti hari ini."

Angga mengangguk singkat. "Nanti saya yang jemput."

Rania mengangguk, ia yang menyadari suaminya masih marah perihal kemarin, ia pun tak bisa menolak. Enggan ribut lagi, perkataan kemaren saja masih membekas di hatinya.

"Yasudah kamu turun duluan,"

Rania kembali mengangguk, dan menyodorkannya tangannya minta di Salim. Angga yang melihat itu menerima uluran tangan itu.

Rania mengecup tangan itu lama berharap semuanya akan baik-baik saja. Ia melihat sekitar setelahnya ia keluar dari mobil dan berjalan menuju kelasnya.

Perihal gosip-gosip hubungannya dengan Angga pun sudah menyebar sejak kejadian itu. Tapi karena Rania yang orangnya termasuk cuek dan bodoamat, ia pun dapat menangkis ucapan itu walaupun beberapa tetap saja masuk dan melukai hatinya.

Sepanjang pembelajaran Rania tampak tak bersemangat, Maya yang tak ada di sampingnya membuatnya begitu kesunyian.

Ia memainkan HP sembari melihat chat teman-temannya satu persatu. Satu pesan masuk membuat Rania kaget dan tak lama mengembangkan senyumnya.

Ia langsung menelpon orang tersebut guna mendapatkan kejelasan.

"Zi Lo serius mau kesini?"

"Iya dong, kenapa? Lo kangen gue ya?"

KETIKA TAKDIR MENOLAK PERGI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang