5

2.6K 265 0
                                    

Renjun menatap tajam lawan bicaranya.

"Kalo jalan liat liat, punya mata kan Lo?" Tanya Renjun dengan nada yang cukup tinggi, dan nyaris membuat semua perhatian orang di perpustakaan tertuju pada dirinya dan perempuan pucat di hadapannya.

Tak mendapatkan jawaban dari perempuan itu, Renjun melenggang pergi ke arah meja di ujung perpustakaan sana.

Baru saja Renjun membuka beberapa lembar halaman buku paket, atensinya tiba tiba teralih saat Ji-Sung menelponnya.

"Halo bang?"

Renjun memutar bola matanya malas.

"Apa?"

"Udah makan belum bang?"

Renjun menghela nafas berat,

"Belum." Ucapnya samnil membuka lembar demi lembar buku paket yang ia ambil di rak buku tadi.

"Kok belu—"

"Gue matiin teleponnya ya?"

Ji-Sung langsung terperangah saat Renjun berbicara seperti itu.

"Jangan dong bang, Icung kan belum beres ngomongnya."

"Yaudah mau ngomong apa lagi?"

"Icung anterin makanan Icung buat bang Renjun ya? Abang tadi lupa bawa bekel nasi kan?"

"Gausah."

"Plis lah bang," rengek Ji-Sung.

"Kenapa ngga buat Chenle aja? Jarak Lo kan lebih Deket sama Chenle."

"Bang Chenle kan bawa makan."

"Terus kenapa bekel Lo ga Lo aja yang makan? Mama bikin bekel kan buat Lo bukan buat gue."

"Tapi Ji-Sung khawatir sama Abang—"

"Ji-Sung takut Abang sakit." Wajah kesal Renjun langsung berubah saat mendengar ucapan Ji-Sung yang semakin melemah.

Tak lama Renjun menoleh ke arah kiri, dan benar saja ada seseorang yang sedari tadi memperhatikannya selama ia berbicara dengan Ji-Sung.

Dan orang tersebut adalah perempuan yang Renjun tak sengaja menabrak Renjun tadi.

Perempuan berwajah pucat itupun memalingkan wajahnya saat Renjun terus menatapnya.

"Bang?—"

Pikiran Renjun langsung kembali lagi kepada Ji-Sung.

"Apa?"

"Ji-Sung anterin ya?"

"Gausah gue udah beli makan,"

"Beneran?" Tanya Ji-Sung tak percaya.

"Iya."

"Mana coba potoin," Renjun menghela nafasnya.

"Boleh pinjem makanan lo  gak?" Tanya Renjun pelan pada siswa di sebelahnya.

Siswa itu mengangguk kaku saat Renjun berbicara padanya, Renjun pun langsung memotret makanan milik perempuan yang berada disebelahnya itu.

"Makasih," Renjun mengembalikan makanan tersebut saat ia telah selesai memotret nya.

"Percaya kan?"

Ji-Sung diam sesaat.

"Yaudah, kalo gitu Ji-Sung matiin ya?"

"Iya—" Renjun langsung mematikan sambungan teleponnya dengan Ji-Sung.

Lalu Renjun menoleh ke arah kertas kecil yang tiba tiba ditaruh di mejanya. Ia melihat ke arah  seseorang yang baru saja melewatinya.

Perempuan pucat itu tersenyum, saat Renjun memegang kertas pemberiannya. Setelah tersenyum perempuan itu malah pergi keluar dari perpustakaan.

Renjun membuka lipatan kertas tersebut.



Lo mau kembaran Lo mati?


Lo mau kembaran Lo mati?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Catastrophe | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang