32

829 111 1
                                    

"Gue tau masalah hidup bikin Lo capek Jun,"

Renjun diam saat ia mendengar suara seseorang yang ia kenali tiba tiba berbicara disebelahnya.

"Tapi gak gini juga caranya," Jaemin menjeda ucapannya. Meskipun Renjun tak menoleh tapi ia tahu betul jika pemilik suara itu adalah Jaemin.

"Sia sia dong gue ngelakuin ini semua kalo Lo tetep bakalan kayak gini," Renjun menghentikan rencananya yang hendak menggoreskan pisau pada tangannya.

Renjun menoleh secara perlahan, lalu ia mendapatkan Jaemin yang duduk disebelahnya dengan raut wajah sedih.

"Ngapain Lo disini?"

"Harusnya gue yang nanya, ngapain Lo kayak gitu?" Sahut Jaemin sambil mencoba menyembunyikan rasa kesalnya terhadap Renjun.

"Kenapa Lo tau gue ada disini?" Tanya Renjun balik tanpa menjawab pertanyaan yang Jaemin lontarkan tadi.

"Buang ga!"

"Lo tau gak sih? Gue tuh udah capek sama hidup gue! Kayaknya hidup gue runtuh banget, gue capek Na! Kayaknya gue juga nggak cuma bawa sial buat diri sendiri aja, tapi kayaknya gue juga bikin orang orang sekitar jadi kena sial juga!"

"Gue nyuruh Lo buat buang pisaunya, bukan nyuruh Lo buat ngejelekin diri lo!" Jaemin menggeleng kan kepalanya dengan lelah.

Renjun mendengus lalu membuang pisau itu ke sembarang arah.

"Stop nyalahin diri sendiri Renjun," Renjun terpaksa menoleh meski dirinya masih kesal pada laki laki disebelahnya itu.

"Gak semua sisi kehidupan Lo itu negatif terus Jun, ini semua bukan salah Lo!" Lirih Jaemin sambil memeluk raga Renjun yang pada kenyataannya tak pernah bisa ia peluk.

"Gue tau Lo pasti mikir ngapain lo hidup Toh  gak pernah ada orang orang yang sayang sama Lo kan?"

Renjun diam, mendengar semua tutur kata yang Jaemin ucapkan dengan hati yang perlahan dituntut untuk merasakan kedamaian dari pelukan ruh Jaemin.

"Pemikiran Lo itu salah Renjun, ada banyak orang yang sayang Lo. Cuma Lo gak berfikir kesitu aja,"

"Karena sayang gak harus selalu bilang sayang, yang pasti kalo kita bener bener sayang kita pasti lakuin apa aja biar orang yang kita sayang itu bahagia kan?"

Renjun diam, ia mendengarkan semua ucapan Jaemin tapi tak ada niatan untuk menanggapi.

"Lo tau siapa salah satu orang yang paling sayang sama Lo?"

Mata Renjun melirik Jaemin.

"Siapa?"

"Gue salah satunya." Lirih Jaemin yang membuat Renjun hanya diam mematung.

"Gue seneng pas tau soal perasaan Lo kalo Lo agak khawatir sama keadaan gue sekarang, gue jadi mikir secara gak langsung ternyata Lo juga sayang sama gue." Jaemin tersenyum teduh yang membuat Renjun semakin terenyuh di keheningan malam.

"Tapi gue juga agak sedih pas tau, Lo malah sakitin diri Lo sendiri kayak gini." Lanjut Jaemin bagai kecewa.

"Gue kayak gini bukan gara gara Lo yang bawa sial. Lo itu enggak bawa sial Renjun, berhenti mikir kayak gitu."

Lagi lagi Renjun diam.

"Gue kayak gini karena gue mau nolongin Lo, nolongin Haechan, sama nolongin Jeno yang sama sama terancam kayak gue,"

"Kalo Lo sedih liat gue kayak gini, Seharusnya Lo gak lakuin hal kayak tadi. Tapi seharusnya Lo berhenti rendahin diri dan mulai ngobatin luka hati Lo, karena luka hati Lo yang Lo bikin sendiri hidup Lo jadi bahan inceran Taeyong, Renjun."

"Taeyong ngincer gue?"

"Iya, dan kita bertiga juga jadi ikut kena akibtanya. Karena kita lahir di tahun yang sama,"

"Satu mati, semua bakal mati Renjun. Jadi gue mohon, please berhenti rendahin diri Lo, jangan sampe mental Lo terus down dan malah makin bahayain nyawa kita berempat."

"Umur kematian Lo udah Deket, gue mohon Lo jangan kayak gini terus."

Renjun diam.

"Jaemin—kok omongan Lo sama persis kayak Yihua?"












"Jaemin—kok omongan Lo sama persis kayak Yihua?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Catastrophe | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang