7

1.7K 218 9
                                    

Taeyong membanting keras pintu utama rumahnya, sampai pintu itu benar benar tertutup rapat.

Taeyong berjalan ke arah gudang, lalu ia membuka pintu tersebut dan menemukan Yangyang yang sedang mencorat coret tembok gudang dengan spidol merahnya.

Yangyang menatap Taeyong dengan mata yang terlihat sangat penat, kantung mata yang menghitam itu semakin memperburuk kondisi wajah Yangyang sekarang.

"Apa?"

Yangyang bertanya lebih dulu, Karena Taeyong hanya memendam rasa kesalnya tanpa berbicara sedikit pun.

Yangyang kenali mencoret coret dinding tembok dengan spidol merahnya, sedangkan Taeyong masih berada diposisi yang sama.

"Ad—"

Belum saja Yangyang menyelesaikan ucapannya, Taeyong kini sudah berjalan dan menarik baju Yangyang dengan kasar sampai Yangyang benar benar berdiri karena tarikan kasar Taeyong.

Taeyong menyeringai, namun Yangyang malah memalingkan wajahnya. Namun dengan sigap Taeyong mengarahkan wajah Yangyang untuk menghadap ke arahnya.

"Dimana Yihua?" Tegas Taeyong dengan nada dan tatapan yang sangat tajam.

Yangyang tertawa pelan.

"Dia udah mati,"

Taeyong menampar Yangyang dengan sangat keras sampai Yangyang jatuh terduduk.

"LO SEMBUNYIIN YIHUA DIMANA?"

Suara Taeyong semakin meninggi, nafasnya semakin memburu.

"Gue bilang dia udah mati,"

Lagi lagi Taeyong menampar Yangyang dengan keras.

"Gue tau Yihua masih hidup!"

"Lo gila om? Yihua udah mati!" Yangyang melayangkan tatapan tajamnya pada Taeyong.

"Lo mau nyoba bohongin gue?" Taeyong menengadahkan wajah Yangyang.

"Dasar gila!" Yangyang melempar spidolnya lalu berdiri menyetarakan tingginya dengan Taeyong.

"Yihua udah mati dan sekarang bisa bisanya om ngatain Yihua masih hidup?" Yangyang menampakan seringaian nya.

"Om jangan pura pura lupa—"


Yangyang menggantungkan ucapannya.









"Yihua mati di tangan om sendiri,"












"Yihua mati di tangan om sendiri,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










"Yihua?"

Renjun menatap kosong pada layar ponselnya yang menampakkan foto profil Jhonny. Berharap Jhonny mengangkat telepon darinya, namun sepertinya nihil. Panggilan terakhir dari Renjun belum saja Jhonny respon.

"Sampe kapan kamu mau gini terus?" Renjun melirik mamanya yang baru saja masuk kedalam kamarnya.

"Kalo kamu kayak gini terus kamu bisa mati Renjun!" Lanjutnya lagi.

"Renjun ga peduli."


"Ngapain nelpon ayah?"

"Bukan urusan mama," Renjun berdiri dari kursi dan berniat keluar meninggalkan mamanya sendiri di dalam kamarnya.

"Renjun!"

Renjun menatap cekalan tangan mamanya kemudian Renjun melepasnya.

"Mama ga pernah ya ajarin kamu buat jadi anak biadab kayak gitu!"

Renjun tersenyum samar.

"Mama gak suka ya liat sikap kamu yang gak sopan di depan Om Taeyong! Kamu bisa sopan sedikit ga sih? Yang lain aja bisa hargain posisi om Taeyong, kenapa kamu malah kayak gitu?"

"Ya suka suka Renjun lah, Renjun itu beda sama yang lain!"

"Renjun bisa sopan sama orang lain, tapi kayaknya om Taeyong ga pantes Renjun sopanin!"

"Belajar jadi orang brengsek dimana kamu hah?"

"Mama selama ini diem bukan berarti mama seneng atau mama setuju sama semua hal yang kamu lakuin! Mama diem karena mama pengen kamu sadar sendiri!"

"Tanpa di kasih tau mama pun Renjun sadar sendiri,  Renjun anak berandalan gak kayak yang lain. Renjun sadar sikap Renjun ke setiap orang itu emang buruk dan ga baik. Renjun sadar sama hal itu,"

"Tapi mama cuma liat dari sisi kesalahan Renjun aja, mama ga pernah tau apa penyebabnya."




"Mama belum tau kan apa penyebabnya?"

Mama hanya diam menatap mata tajam Renjun.


"Renjun kayak gini karena mama egois,"

"Renjun kayak gini karena mama egois,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Catastrophe | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang