"Maaf pak tapi kami memang belum menemukan bukti apapun dari kasus hilangnya anaknya bapak yang bernama Jaemin." Jelas seorang polisi pada Johnny dengan tutur kata yang sangat sopan.
"Apa bapak sudah menyelidiki kasus ini?"
"Saya dan seluruh anggota kepolisian sudah berusaha sekeras mungkin untuk menyelidiki kasus ini. Namun kasus ini begitu sulit untuk kami selidiki, kami tak menemukan bukti satu pun soal kasus ini."
"Tapi ini sudah hampir seminggu, apa bapak tidak menemukan satu bukti pun?" Tanya Johnny dengan tatapan tak percaya sekaligus agak cemas.
Pria berseragam polisi itu menggeleng samar ke arah Johnny.
"Nanti kami akan hubungi anda jika sudah ada perkembangan dari kasus penyelidikan kami."
Johnny mau tak mau pergi keluar ruangan, dengan wajah kecewa. Kenapa bisa polisi masih belum dapat bukti tentang kasus Jaemin? Padahal Jaemin hilang sudah hampir satu Minggu lebih.
"Ada yang aneh," Johnny merogoh saku jasnya, lalu mengetikan nomor Saera di ponselnya.
"Kenapa gak diangkat sih?" Geram Johnny saat mengetahui jika Saera terus memutus sambungan teleponnya tanpa mengangkat panggilannya.
"Ra, Johnny nelpon dari tadi kenapa gak di angkat angkat?"
Saera yang tadinya menunduk membaca setiap kalimat diponselnya pun langsung melirik Tiffany yang duduk di depan nya.
"Gue udah males kalo harus berhubungan sama dia terus, gue capek Fan!" Keluh Saera sambil mematikan panggilan dari Johnny.
"Gue males karena dia selalu nyalahin gue, semua hal itu pasti semuanya disalahin ke gue. Dia cuma mau menang sendiri, dia itu egois! Gue gak suka!" Keluh Saera dengan wajah masam.
"Tapi kan gak ada salahnya kalo Lo angkat dulu teleponnya? Siapa tau penting kan?" Bujuk Tiffany yang membuat Saera menghela nafasnya agak berat.
"Percuma Fan kalo gue angkat telepon dari dia juga, dia pasti bakal marahin gue. Bilang gue gak becus lah, bilang gue ini itu lah, padahal dia sendiri juga gak pernah ngaca dulu sebelum bilang kata kata itu ke gue."
"Yaudah, kalo Lo tetep ga mau angkat ya gue gak akan maksa." Tiffany kembali membuka lembar baru di majalahnya yang tengah ia lihat lihat.
Ting!!
Johnny
SAERA KAMU GILA HAH?
KENAPA KAMU GAK JAWAB TELPON DARI AKU HAH?
APA KAMU GAK KHAWATIR SAMA KEADAAN JAEMIN SEDIKIT PUN?
Tiffany yang tak sengaja membaca beberapa pesan Johnny yang muncul dari notifikasi pun langsung melirik Saera.
"Jaemin kenapa Ra?"
"Dia hilang," jawab Saera dengan lemas, wajahnya juga tidak terlihat begitu kesal seperti tadi, justru wajah Saera berubah drastis menjadi terlihat agak sedih dan tertekan.
"Gue coba telepon Johnny ya?" Saera hanyam diam tak menjawab pertanyaan dari Tiffany.
"Sar-"
"Yaudah deh terserah Lo, kalo dia nanyain gue bilang aja kalo gue enggak ada di rumah." Tiffany mengangguk sebagai persetujuan.
Baru saja beberapa detik Tiffany menelpon Johnny, laki laki itu dengan sigap mengangkat telepon darinya.
"Saera-bisa bisanya kamu gak angkat telepon dari aku hah? Di kondisi yang lagi kayak gini bisa bisanya kamu masih pertahanin ego kamu itu? Kamu bisa gak sih hargain aku sedikit aja? Aku ini nelpon kamu gara gara Jaemin!" Bentak Johnny yang membuat Saera dan Tiffany saling menatap.
"Oh apa jangan jangan kamu lagi si brengsek itu hah?" Amarah Johnny benar benar meluap, selain ia kesal karena Jaemin belum ditemukan juga, lagi lagi ia kesal dengan projek perusahaannya yang malah bersaing dengan Taeyong.
"Sorry John-ini gue Tiffany."
Wajah kesal Johnny langsung berubah.
"A-Sorry kak Johnny kira yang angkat telepon Saera."
"Its okay, santai aja." Jawab Tiffany yang membuat Saera mendelik saat Tiffany melirik padanya.
"Saeranya ada kak?"
Saera langsung berkata tidak tanpa suara ke arah Tiffany.
"Ada, tapi dia gak mau angkat telepon dari kamu. Soalnya kamu marah marah terus,"
Saera menatap Tiffany kakaknya semakin kesal.
"Johnny gak bakal marah marah kok kak, boleh gak handphone nya di kasih ke Saera?" Tanya Johnny dengan nada yang lemah lembut tidak seperti sebelumnya.
"Boleh,"
"Loh kak! kakak kan tadi bilangnya mau sama kakak!!" Elak Saera menahan kesal.
"Gue ga ada hak buat ikut campur ke masalah kalian, gue juga kan gatau masalah awalnya kayak gimana. Gue juga kan udah nyuruh Johnny buat urus semuanya secara baik baik. Jadi sekarang selesaiin masalah Lo sama Johnny." Tutur Tiffany panjang lebar.
"Males,"
"Gue gak pernah ajarin Lo buat lari dari masalah Saera," Tiffany agak melotot sedangkan Saera menyerah.
Meskipun ia terus mengelak Tiffany akan tetap menang. Dengan ogah ogahan Saera mengambil alih ponselnya di tangan Tiffany.
"Aku udah cari kemana mana, tapi tetep aja Jaemin gak ada gak tau kemana, bahkan aku udah hubungin semua saudara aku, termasuk kakak Kakak kamu juga udah aku hubungin semua tapi Jaemin gak pergi kesana."
"Aku baru pulang dari kantor polisi-"
"Terus polisi bilang apa? Apa ada perkembangan dari penyelidikannya?"
"Polisi belum nemuin bukti satupun tentang kasus Jaemin! Makannya aku coba telfon kamu!" Johnny mengusap wajahnya kasar, ia sudah benar benar tak tahu lagi harus mencari Jaemin kemana.
"Kamu udah hubungin semua temen temen Jaemin atau orang orang yang Jaemin kenal?" Tanya Saera yang membuat Johnny menggeleng.
"Hasilnya Jaemin sama, gak ada yang tau soal keberadaan Jaemin." Keluh Johnny dengan suara yang sudah benar benar pasrah.
"Tapi sebentar-apa kamu udah hubungin kak Yoona?"
Saera langsung menatap Tiffany.
"Kamu tau sendiri kan semenjak konflik waktu itu aku sama Kak Yoona udah gak berhubungan lagi." Ucap Saera dengan suara yang semakin mengecil.
"Aku juga udah hubungin semua saudara kita, kecuali kak Yoona. Apa mungkin Jaemin ada disana?" Tanya Johnny yang membuat Saera agak bingung.
"Tapi kalau Jaemin pergi ke tempat Yoona, dia mau ngapain?"
"Ya siapa tau kan?" Tanya Johnny yang membuat Saera menatap Tiffany.
"Kamu punya nomornya ngga?"
Saera menggeleng.
"Gue ada," sahut Tiffany antusias.
"Bisa nater kita kesana kak?"
Saera dan Johnny bertanya pada Tiffany secara bersamaan.
"Kalian yakin Jaemin ada disana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Catastrophe | Huang Renjun
Fiksi Penggemar"The more you complain the more chances you have to die,"