3

4.3K 363 9
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.















Renjun menyimpan sepatunya di rak dengan asal, lalu ia masuk kedalam rumah tanpa menunggu yang lain.


"Oh ya? emangnya—Eh Renjun?"

Renjun yang hendak membuka pintu kamar pun langsung seketika terhenti saat mendengar sebuah panggilan.

"Om?" Renjun menatap mamanya dan Taeyong secara bergantian.

Taeyong tersenyum saat Renjun menatap ke arahnya, namun setelah beberapa saat senyuman Taeyong luntur.

"Kamu sakit? Kok muka kamu pucet banget?" Taeyong mengusap ubun ubun Renjun lembut, namun Renjun mencoba menghindar dari usapan tangan Taeyong.

"Renjun ga sakit kok om," selepas itu wajah Renjun langsung kembali datar seperti semula, mama yang melihat itu hanya menghela nafasnya.

"Ren—"

Renjun langsung melayangkan tatapan lelahnya.


"Renjun capek ma, Renjun mau istirahat." Ucap Renjun dengan lirih lalu masuk kedalam kamarnya, meskipun hatinya masih sangat marah pada mamanya tapi ia tak bisa berbuat kasar ataupun hal yang tak baik pada mamanya. Karena bagaimana pun Saera adalah orang tuanya.

Renjun melempar ranselnya ke sembarang arah, lalu duduk dipinggir ranjang dan sesekali menghela nafasnya cukup panjang.

Renjun melirik ke arah cermin, lalu meraih cermin yang sedari tadi menganggur itu.



"Apasih orang orang pada ngatain gue pucet? Perasaan muka gue biasa aja. Gue juga ga ngerasain rasa sakit atau ga enak badan. Ngaco mereka tuh,"

Renjun menyimpan cermin kecil itu lalu membaringkan tubuhnya dan menatap langit langit kamar.



"Tuhan, Renjun capek."






Renjun lalu menoleh ke arah cermin besar yang berada di sisi kiri dinding kamarnya.


Renjun melotot saat melihat bayangannya di cermin, lalu ia langsung menoleh ke arah sebelahnya.

Namun tak ada siapa siapa.

Renjun menoleh lagi ke arah cermin, dan ia mendapatkan dua bayangan dirinya di cermin.



"Gue?" Renjun menatap ke arah bayangan dirinya yang masih jadi pertanyaan di benaknya itu.

Bayangan itu hidup tak sesuai apa yang Renjun peragakan, bayangan itu seolah olah memiliki raga sendiri.

Lalu bayangan tersebut tersenyum samar ke arah Renjun.


Dan mengangguk.













Catastrophe | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang