"Gausah pake sayur," Ketus Renjun pada Haechan yang sedang sibuk menuangkan makanan ke dalam mangkuk miliknya.
"Harus pake sayur Renjun biar sehat, liat muka Lo pucet gitu! Lo mau mati apa gimana?" Keras Haechan sambil menuangkan sup sayur kedalam mangkuk Renjun.
"Gue kan udah bilang gausah pake sayur! Lo kenapa nyebelin banget sih?" Renjun menaikan nada bicaranya.
"Gue itu kayak gini biar Lo sehat lagi! Lo ga peduli apa sama muka Lo yang udah kering pucet kayak mayat idup? Kalau pun Lo ga peduliin kesehatan Lo, setidaknya kita masih peduli sama Lo."
"Gue gak mau makan," Renjun beranjak berdiri.
"Jun—" Renjun menghela nafas saat Jeno memanggilnya, lagi lagi Renjun kembali duduk disebelah Mark yang asik bergeming.
"Noh makan yang banyak biar cepet sehat!" Haechan menyodorkan mangkuk kearah Renjun.
Dengan ogah ogahan Renjun mengaduk makanannya.
"Itu tuh makanan, gaboleh digituin harusnya Lo bersyukur bang karena masih bisa makan." Itu Chenle yang angkat suara.
Renjun hanya menatap Chenle sekilas lalu melahap makanannya dengan malas.
"Kok kalian cuma berlima? Jisung sama Jaemin mana?"
Semuanya menoleh terkecuali Renjun dan Mark yang asik menatap makanannya.
"Jisung masih di atas ma, sebentar lagi juga dia nyusul ma." Ucap Jeno yang membuat mama mengangguk.
"Kalo Jaemin?"
Jeno, Chenle dan Haechan langsung saling menatap sebentar.
"Kalo Jaemin, Echan gatau ma." Sambung Haechan sambil melanjutkan makannya.
"Kalian berdua juga ga tau?" Jeno dan Chenle menggeleng bersamaan, lalu Chenle meyikut pelan tangan Mark.
"Apaan?"
"Jaemin mana bang?"
Mark menatap saudaranya saling bergantian.
"Abang juga ga tau ma," Mama duduk di hadapan Mark.
"Renjun tau Jaemin kemana?" Tanyanya lembut pada Renjun.
Namun Renjun membalas itu dengan wajah masam. Seolah olah mengerti dengan arti tatapan Renjun, wanita paruh baya itu mengalihkan pandangannya.
"Bukannya tadi kalian berangkat bareng ke sekolahnya? Masa kalian gatau sama sekali Jaemin pergi kemana?"
"Kita beneran gatau ma, tadi kita susulin dia ke kelasnya ternyata ga ada." Jawab Jeno yang diangguki Haechan.
"Iya ma, bahkan Shuhua aja yang sekretarisnya Jaemin juga bilang kalo Jaemin ga masuk sekolah." Haechan menyambung ucapan Jeno.
"Kamu ninggalin Jaemin, Mark?"
"Loh, Mark ga ninggalin Jaemin ma. Mark pergi bareng sama Jaemin cuma karena Mark beda kelas jadinya Mark pergi duluan ke kelas. Abis gitu Mark gatau Jaemin pergi kemana, tapi Mark ga nyuruh dia berangkat ke sekolah sendiri kok."
"Maksudnya bang Nana bolos sekolah gitu?" Chenle ikut menyahut.
"Ya gatau juga, tapi kalo bolos juga masuk akal sih." Jawab Jeno.
"Kalian udah coba telepon dia?"
"Udah, bahkan berkali kali sampe pulsanya bang Mark abis ma." Haechan nyengir pada Mark.
"Gantiin pulsa gue bego, bukan malah nyengir."
"Minta mama aja sana, ga ada duit gue." Jelas Haechan tak berdosa.
"Coba mama yang telpon mungkin dia mau angkat kalo mama yang telpon." Mama langsung meraih ponselnya.
"Pada sibuk nyari siapa sih? Icung denger denger kok ribut ribut banget?" Ji-Sung datang dari arah pintu semua mata tertuju padanya.
"Lagi nyoba telpon bang Jaemin, dia dari pagi ga ada soalnya." Jawab Chenle.
Jisung menaikan sebelah alisnya.
"Bang Jaemin?"
"Iya, Lo tau dia ada dimana?" Tanya Jeno.
"Padahal bang Jaemin dari tadi duduk disitu, kenapa harus di telpon?" JiSung menunjuk kearah bangku sebelah Renjun.
Haechan menatap bangku kosong itu dan Renjun sekilas, lalu tertawa.
"Lo bercanda ya Cung? Cuci muka dulu sana."
Jisung menghentakkan kakinya gemas saat Haechan tak percaya pada ucapannya.
"Icung ga bercanda tau, Bang Nana dari tadi diem disitu."
Renjun melirik bangku sebelahnya dan ternyata Jaemin benar benar ada.
Jaemin tersenyum teduh kearahnya.
"Im fine,"
Renjun tak salah lihat kan?
"Jaemin ada disini?"
"Tapi kenapa orang orang—"
"Gabisa liat dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Catastrophe | Huang Renjun
Fanfiction"The more you complain the more chances you have to die,"