"Yangyang baik baik aja kan?"
Taeyong menuangkan air panas kedalam gelasnya sambil tak henti hentinya mendengarkan Kun berbicara.
"Dia baik baik aja, Lo tenang aja."
"Ga bikin masalah kan?" Saat mendengar itu kebetulan sekali Taeyong berpapasan di depan pintu gudang yang terbuka, dan saat Taeyong melirik sekilas ke arah gudang, ternyata Yangyang pun sama sama melirik ke arahnya.
"Ayok makan," Ajak Taeyong dengan nada lembut, namun tatapannya agak tajam.
Yangyang mau tak mau mengikuti semua perintah Taeyong.
"Dia belum makan?"
"Dia agak susah kalo disuruh makan,"
"Tapi dia ga bikin masalah, cuma gue agak khawatir sama keadaan dia." Lanjut Taeyong yang membuat Kun mengernyit.
"Dia sakit? Sakit apa?" Kun agak cemas.
"Enggak bukan gitu maksud gue—" Taeyong menjeda ucapannya. Taeyong duduk di kursi sembari menatap kopi nya yang masih panas.
"Akhir akhir ini Yangyang sering inget ke Yihua." Yangyang dan Taeyong berkontak mata beberapa detik.
Tatapan Kun benar benar langsung kosong saat mendengar nama Yihua.
"Yihua?"
Nada datar Kun terasa agak perih di pendengaran Yangyang, semua pikiran Yangyang langsung tertuju pada gadis usia 17 tahun itu.
"Apa sampe sekarang Lo belum Nemu bukti siapa yang jadi tersangka dari kasus kematiannya Yihua?"
"Gue ga nemu bukti apa pun, bahkan polisi juga udah ga bisa bantu kita lagi buat nyelidikin kasus kematian Yihua."
Yangyang menatap Taeyong dengan tatapan marah, namun ia hanya bisa memendamnya. Karena Kun tidak akan pernah percaya pada dirinya, Kun hanya percaya pada ucapan tak masuk akal Taeyong dari mulut Taeyong.
"Apa kita perlu masukin Yangyang kerumah sakit Jiwa?"
Tak hanya Yangyang yang tertohok dengan ucapan Taeyong, Kun yang berada di sebrang pun merasa kaget dengan ucapan Taeyong beberapa detik lalu yang tak secara langsung menyatakan jika adik keduanya itu gila.
"Lo pikir dia gila?"
"Sorry, bukan gitu maksudnya. Akhir akhir ini gue banyak tugas projek di kantor dan secara gak langsung gue bisa aja kerja lembur. Gue khawatir Yangyang ngelakuin hal hal yang enggak enggak sama dirinya sendiri."
"Maksud Lo Yangyang sakitin dirinya sendiri?"
"Iya. dia kalo inget Yihua suka tiba tiba siksa dirinya sendiri, Dan yang gue takutin itu dia malah berbuat nekat pas gue lagi kerja lembur."
Yangyang menyeringai saat mendengar ucapan Hoax dari mulut Taeyong.
"Apa cukup parah lukanya? Maksudnya dia ngapain aja?"
"Gue foto lukanya dia."
Taeyong membisukan sambungan teleponnya.
"Sini tangan lo—"
"Apasih gue kan lagi makan," Elak Yangyang agak kesal.
"Cuma mau foto bekas bekas luka Lo bentar doang, kenapa susah banget hah?" Yangyang pada akhirnya membiarkan Taeyong memotret seluruh luka dan memar di tangannya.
"Gue baru tau kalo Lo jago ngomong, kenapa Lo ga sekalian jadi pengacara aja hah?" Sindir Yangyang dengan seringai jahatnya.
Taeyong membalas seringai itu dengan smirknya,
"Abang Lo yang terlalu bego—" Yangyang memalingkan wajahnya saat Taeyong menatapnya dengan jarak dekat.
Yangyang benar benar tak menyangka, bisa bisanya Taeyong memutar balikan fakta? Luka dan memar ini karena ulah Taeyong yang menyiksanya, bukan karena kemauan Yangyang sendiri.
"Yangyang?"
Tak lama Yangyang melirik ke arah ponsel Taeyong.
"Hmmm," Yangyang hanya berdehem malas.
"Kalo Abang masukin kamu ke rumah sakit jiwa untuk sementara waktu ga apa apa kan?"
Yangyang melotot saat Kun benar benar percaya pada Taeyong.
"Yangyang setuju katanya, sorry Kun gue tutup dulu teleponnya gue ada kerjaan."
"Okey, jangan lupa anter Yangyang besok ya."
Taeyong berdehem sebagai jawaban ya, lalu menutup teleponnya.
Taeyong tersenyum menang pada Yangyang, sedangkan Yangyang menatap Taeyong penuh dendam.
Yangyang berdiri dari posisi duduknya sambil melayangkan tatapan tajam ke arah Taeyong.
"Yang gila itu Lo—Lee Taeyong."
KAMU SEDANG MEMBACA
Catastrophe | Huang Renjun
Fanfiction"The more you complain the more chances you have to die,"