"Le, bantuin gue angkat lemari Jisung dong."
Chenle yang tengah bermain ponsel memandang Haechan malas.
"Males ah bang, sendiri juga ke angkat kali." Sahut Chenle tak peduli.
"Dih bentar doang anjir, gue ngerasa ada bau bau aneh disini. Apa Lo gak nyium bau nya? Ke kamar gue kecium tau!" Chenle menautkan alis.
"Masa sih?"
"Kalo gak percaya Lo coba cium aja, masa Lo yang sekamar gak ngerasain ada bau bau aneh?"
Chenle langsung menghampiri Haechan lalu mengendus ngendus arah sekitar yang ditunjuk Haechan tadi.
"Mana ah gak bau juga, badan Lo kali yang bau gara gara gak mandi hampir tiga hari. Ngibulin gue Mulu kerjaan Lo bang." Haechan menarik tangan Chenle yang hendak pergi lagi untuk berbaring di sofa
"Gue gak ngibulin Lo anjir, gue serius bantuin gue angkat lemarinya sebentar aja ih percaya deh sama gue!"
"Yaudah gue bantuin," Chenle menaruh ponselnya di atas nakas, lalu membantu Haechan untuk mengangkat lemari Jisung.
Entah lah Haechan benar benar aneh.
"Ayo le agak ke kiri," sahut Haechan dengan ringisan kecil, karena lemari milik Jisung cukup berat juga.
"Udah udah Le, turunin pelan pelan lemarinya." Perintah Haechan sambil menurunkan lemari yang berat bersamaan dengan Chenle.
Haechan menyeka keringatnya.
"Sejak kapan di kamar ini ada jalan buat ke ruangan bawah tanah?" Chenle menatap Haechan bingung.
"Mana gue tau, Lo aja yang sekamar gak tau apa lagi gue!" Haechan membuka lubang kecil yang tertutup dengan kayu tipis itu.
"Coba Lo liat di bawah sana ada apaan?" Titah Chenle yang membuat Haechan agak kaget.
"Le, gue gak salah liat kan?"
"Kenapa? Di bawah ada apaan?" Tanya Chenle sambil mencoba mengintip ke bawah sana.
"Itu yang di bawah beneran mayat? Coba Lo senterin anjir!!" Chenle melayangkan tatapan aneh ke arah Haechan sambil mengambil ponselnya dan menyalakan senter.
"Mana coba gue liat," Chenle mengarahkan cahaya senter ke arah yang ditunjuk Haechan.
"Itu kan jasadnya Yihua? Kok ada disini?" Tanya Chenle yang sama sama kaget.
"Yihua siapa lagi sih? Pusing gue."
Ting... tong...
Chenle dan Haechan menoleh ke belakang saat ada seseorang yang menekan bel rumah.
"Bukan pintunya dulu sana," titah Haechan.
"Dih Lo dari tadi nyuruh nyuruh gue Mulu! Gantian dong ah, gue masih penasaran sama ini!!"
"Buka dulu pintunya, nanti lu balik lagi kesini! Cepetan!!" Chenle memutar bola matanya malas.
Ceklek...
"Loh om Jaehyun? Ayo masuk masuk." Seru Chenle sembari membawa Jaehyun untuk masuk ke dalam rumahnya.
"Maaf loh om, tadi Chenle lama bukain pintu buat om, soalnya Chenle lagi bantuin bang Haechan angkat lemari." Jaehyun tersenyum pada Chenle.
"Gapapa lah, santai aja. Rumah kok sepi? Yang lain kemana?" Mata Jaehyun menyapu semua seluruh ruangan yang terdengar sangat hening.
"Bang Jeno sama Jisung tadi keluar, gatau mereka pergi kemana, kalau bang Mark tadi lagi di kamar mandi, terus kalo bang Renjun ada di kamar kayaknya lagi ngerjain tugas tugasnya."
"Pantes pada sepi, oh iya Ayah kamu ada?"
"Oh om cari ayah ya? Bentar ya Chenle panggilin dulu."
Jaehyun mengangguk.
Chenle hendak berjalan ke arah tangga namun tiba tiba langkah terhenti saat ia mengingat sesuatu.
"Oh iya, om mau Chenle buatin minum apa?" Saat Chenle bertanya seperti itu, tak sengaja Mark lewat dan tatapan Mark begitu tajam pada Jaehyun.
"Terserah aja deh, cepet panggil ayah kamu ya soalnya om gak bisa lama lama." Ucap Jaehyun agak gelisah.
Chenle mengangguk lalu berlari menuju kamar Johnny yang terletak di lantai dua.
Jaehyun sudah teguh pada keputusannya, malam ini ia akan membongkar seluruh kebrengsekan Taeyong pada Johnnya.
Jaehyun hanya melihat lihat sekitar ruangan, melihat banyak foto yang terpanjang di ruang tamu. Lalu tanpa sengaja ia melihat Jaemin yang berdiri di awang pintu sambil terus melambaikan tangan padanya.
Jaehyun menggeleng tak percaya.
"Jaemin?"
"Iya om sini!!" Jaemin terus melambaikan tangannya pada Jaehyun.
Mau tak mau Jaehyun menghampiri laki laki itu.
"Kenapa kamu gak masuk ke rumah?"
Jaemin sempat hening sesaat.
"Yang om liat ini ruh Jaemin om, Jaemin gak bisa masuk kedalem rumah." Jelas Jaemin yang membuat Jaehyun bergeming.
"Kok gitu?"
"Batalin semua rencana om, kalau om bocorin semua hal itu sama ayah om malam ini bakal celaka." Jaemin malah mengubah topik pembicaraannya dengan Jaehyun.
"Kok gitu?"
"Di dalem ada iblis Taeyong om, dan iblis itu masuk ke raga Mark. Makannya bang Mark tadi liat om kayak gitu, karena dia udah tau kalau om kesini mau bocorin semua rencana om Taeyong. Please om, batalin semua rencana om! Pikiran lagi kedepannya om!" Usul Jaemin yang membuat Jaehyun bingung sendiri.
"Tapi kalau om gak gini, kalian yang celaka Jaemin."
"Jaemin sama si kembar gak akan celaka om,"
Setelah Jaemin berkata seperti itu ponsel Jaehyun langsung berdering dan menampilkan nama Taeyong.
Jaehyun tak mengangkat panggilan dari Taeyong, dan Taeyong tiba tiba mengirim beberapa pesan pada Jaehyun.
Jaehyun menatap Jaemin setelah membaca pesan dari Taeyong.
"Yang Jaemin bilang itu bener kan om?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Catastrophe | Huang Renjun
Fanfiction"The more you complain the more chances you have to die,"