"Gue kasih tau jangan ya?"
Chenle mengurungkan niatnya saat ia hendak membuka pintu kamar Renjun. Sebenarnya ia akan memberi tahu Renjun Soal fakta yang ia ketahui malam kemarin, ya itu soal kematian Yihua.
Ternyata selama ini perempuan yang selalu Renjun tanyakan pada dirinya itu sudah tiada, dan pantas saja saat Chenle bertanya soal siapa Yihua pada teman kelas sebelahnya, mereka semua tidak tahu dan tak ada yang mengenali perempuan itu satu orangpun.
Meski ragu Chenle tetap memberanikan diri untuk berjalan masuk kedalam kamar Renjun yang bernuansa abu abu.
"Bang-"
Renjun berdehem sambil tak mengalihkan pandangan dari tugas yang ia kerjakan.
"Bang-"
Kini Chenle duduk di sebelah Renjun, Renjun melirik pada Chenle.
"Kenapa?" Sahutnya dengan wajah datar.
"Gue mau ngomong sesuatu sama abang boleh?" Tanya Chenle yang membuat Renjun menatap aneh.
"Ngomong aja kali, emang Lo mau ngomong apa sama gue?" Renjun membenarkan kacamatanya lalu kembali mengerjakan tugas sekolahnya.
"Masalahnya ini soal-"
Renjun menatap Chenle, yang membuat Chenle agak canggung.
"Soal?-" Renjun menggantung perkataanya.
Chenle menarik nafas sejenak lalu membuangnya dengan lega. Lalu Chenle duduk agak sigap.
"Gue mau ngomong soal Yihua bang."
Renjun menghela nafas.
"Gue kira Lo mau ngomongin sesuatu yang penting-"
"Ini juga penting kok bang!" Sergah Chenle dengan cepat.
"Kenapa emang si Yihua?" Tanya Renjun sambil tak melirik ke arah Chenle.
"Tapi gue takut Lo malah gak percaya dan malah nyangka gue yang ngarang bang," keluh Chenle yang membuat Renjun menatapnya lagi.
"Yaudah Lo ngomong aja Yihua kenapa, gausah peduliin gue bakal percaya atau nggak." Sahut Renjun sambil mengelap kacamata yang terlihat agak buram.
"Oke jadi Yihua kenapa?" Tanya Renjun sambil memakai kacamatanya yang sudah terlihat lebih jelas dan bersih dari sebelumnya.
"Sebenernya, waktu Abang tanya soal Yihua ke gue. Jawaban gue ngarang soal dia," Chenle membongkar semua kebohongannya pada Renjun.
"Jadi semua info yang waktu itu Lo kasih ke gue itu bohong dan itu cuma karangan lo?"
Chenle mengangguk.
"Sorry jangan marah,"
Renjun menatap wajah Chenle yang terlihat sedikit merasa bersalah.
"Gue gak akan marah-" Renjun memberikan jeda dalam ucapannya. "Cuma kenapa Lo waktu itu bisa bohongin gue?" Chenle yang dari tadi menunduk langsung menatap mata Renjun. Kini pandangan keduanya benar benar bertemu, saling menatap satu sama lain.
"Chenle terpaksa bohong karena pas Chenle tanya soal Yihua ke kelas sebelah, gak ada satupun diantara mereka yang kenal sama Yihua bang."
Renjun mengkerutkan kening.
"Kok bisa? Padahal gue waktu itu liat Yihua ada di kelas, masa mereka gak kenal Yihua?" Tanya Renjun agak aneh.
"Mereka gak kenal Yihua karena sebenernya Yihua-"
"ABANG YANG KETERLALUAN KENAPA ABANG MALAH BUANG DUPA MILIK JISUNG!! JISUNG KAN UDAH BILANG JANGAN PERNAH SENTUH DUPA YANG ADA DI KAMAR JISUNG!!"
Saat mendengar teriakan Jisung, Chenle malah tak melanjutkan ucapannya kedapa Renjun.
"Kayaknya Jisung berantem," Panik Chenle sambil menarik tangan Renjun untuk pergi keluar menyusul Jisung yang terdengar ribut ribut entah dengan siapa.
"Eh eh gue nyusul aja, Ini ayah nelpon gue." Renjun
"Yaudah gue keluar dulu bentar," Chenle langsung berlari menyusul Jisung. Lalu Chenle terhenti saat melihat Jisung dan Mark yang berdebat di ruang tamu.
"Gue kan udah bilang jangan simpen dupa di sekitar rumah! Itu bahaya buat keadaan Jaemin sekarang! Secara gak langsung Lo ngundang roh roh lain buat Dateng kesini Jisung!" Pekik Mark yang membuat Jisung menggeleng kukuh.
"Abang tau itu semua dari mana sih? Jelas jelas Jisung itu dikasih tau Yihua! Yihua nyuruh Jisung buat simpen dupa di kamar Jisung biar raga Jaemin bisa di lindungin sama dia!" Keukeuh Jisung, yang membuat Mark menatapnya malas.
"Jangan pernah dengerin cewe itu! Lo mau Jaemin kenapa Napa karena Lo percaya sama omongan cewek ga jelas itu hah?" Mark tak tinggal diam, dia masih berpihak pada pendapatnya.
"Ini kenapa sih ribut ribut! Ga dirumah gak di luar kayaknya telinga gue ampir tiap hari denger orang ribut terus! Capek gue dengernya!" Sahut Jeno yang baru saja keluar dari kamarnya dengan pakaian seragamnya dan penampilanya yang lusuh dan mata yang terlihat seperti baru bangun tidur.
"Gatau nih, gue juga jadi bingung kalo kalian ribut ribut gini!" Omel Haechan sambil duduk di sofa.
"Okey gini aja, kalian lebih percaya sama gue atau sama Jisung?" Tanya Mark menatap Chenle, Haechan dan Jeno bergantian.
"Ini kalian ngomongin apaan sih? Gue baru bangun tidur tiba tiba ditanya tanya gini!" Omel Jeno sambil menggaruk telinganya yang terasa gatal.
"Udah Lo diem aja anjer, banyak bacot banget Lo! Cuci muka sana!" Haechan menggebuk Jeno pelan dengan bantal sofa dan menyuruh Jeno pergi untuk membasuh muka agar tidak mengantuk.
"Sebentar, kan Jisung ngotot sama pendapat nya karena dia kasih tau Yihua kan? Ter-"
"Please deh kalian jangan dengerin cewek gajelas itu! Ga ada gunanya kalian dengerin dia! Disini itu yang bener itu gue! Yihua itu mau celakain Jaemin lewat Lo Jisung!"
"Haduh, please deh ya Chenle itu belum selese ngomongnya! Kenapa lu maen potong potong aja?" Sahut Haechan sambil memijat pelipisnya.
"Gini aja deh," Chenle menyambung ucapan Haechan.
"Kalo misalnya kalian tetep ngotot sama pendapat kalian masing masing, kalian harus tunjukkin satu bukti yang bisa kita percaya juga! Jadi kita bisa tau mana cara yang bener dan mana cara yang malah celakain Jaemin!"
Jisung dan Mark saling menatap sinis.
"Abang gak percaya sama Jisung apa? Yihua itu Deket banget sama Jisung! Mana mungkin dia celakain Jaemin?" Jisung masih mengelak dan tidak menyetujui ucapan Chenle.
"Cung-" Jisung langsung melirik Haechan dengan malas.
"Yaudah sih terserah Lo semua mau percaya gue atau Jisung yang pasti gue bakal buktiin kalo gue yang bener dan Jisung yang salah!" Ucap Mark lalu berlalu pergi dari area ruang tamu.
"Loh Loh bang mau kemana? Kok pergi?" Tanya Jeno saat berpapasan dengan Mark. Namun Mark tak menjawab pertanyaan Jeno.
Jeno duduk di sofa tunggal dengan wajah bingung.
"Lo kenapa sah Jen? Kok linglung gitu?Kerasukan Lo?" Tanya Haechan pada Jeno yang terus melamun.
Jeno melirik Haechan sekilas.
"ini perasaan gue aja apa kalian juga ngerasain hal yang sama? Gue kok ngerasa, wajah bang Mark beda dari biasanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Catastrophe | Huang Renjun
Fanfiction"The more you complain the more chances you have to die,"