Yangyang mengusap debu yang berhamburan di setiap sudut benda didalam rumah tua ini. Hampir setiap sudut ruangan ia amati.
Bayangan bayangan hari kelam itu pun kembali berjalan masuk kedalam memori Yangyang.
"Suatu saat nanti juga gue pasti bisa bunuh lo," Lirih Yangyang dengan nada agak seram.
"Sama halnya kayak Lo bunuh adek gue—Lee Taeyong." Yangyang mengambil sebuah pisau berkarat yang sudah berlumuran darah kering dan menghitam.
Yangyang menggoreskan pisau tersebut pada tangannya sendiri, sampai tangannya benar benar terluka.
Beberapa hari lalu Yangyang sempat dikabarkan kabur dari rumah sakit, mungkin tak bakal ada yang mengira jika dirinya pergi ke rumah ini. Dimana jasad Yihua tersimpan utuh disini.
Orang orang tak pernah mengetahui soal rumah tua ini, cukup dirinya dan Taeyong yang tau tentang rumah ini. Cukup Yangyang yang tahu soal hari kelam itu, Mustahil jika orang lain dapat menemukan Yangyang atau mengira Yangyang pergi kesini. Taeyong pun belum tentu akan mengira jika Yangyang pergi kesini.
Bibir Yangyang melukis sebuah lengkungan kecil, saat melihat linggis yang tergeletak di teras.
Yangyang mengambil linggis itu, berjalan ke arah belakang rumah, dan ia mendobrak pintu kayu yang sudah rapuh itu dengan linggis yang ia bawa.
BRAKKK
Saat pintu berhasil dihancurkan oleh linggis, Semua debu berhamburan ke arahnya. Yangyang tetap melajukan langkahnya meski ia terbatuk kecil karena debu yang berhamburan.
Yangyang berhenti di satu titik, ia menghela nafasnya. Helaan nafasnya terdengar begitu berat, bahkan matanya sedikit berair.
"Yihua, gue kangen."
TSUKKK
Lantai kayu itu berhasil ditusuk oleh Yangyang, ia merobek permukaan lantai kayu itu dengan linggis. Ia menghancurkan lantai itu sehancur hancurnya.
Bahkan saking kerasnya lantai kayu itu, tangan Yangyang sampai berdarah untuk membongkarnya.
Sampai saatnya, ada suatu peti yang sengaja disimpan di bawah lantai kayu tadi.
Yangyang membuka peti itu, dan Yangyang menangis saat melihat jasad Yihua yang masih terlihat utuh karena di sengaja di awetkan oleh Taeyong.
"Kenapa Lo gak dengerin kata kata gue waktu itu sih hah?" Tanya Yangyang dengan nada menyesal.
"Harusnya Lo dengerin kata kata gue Yihua!!!" Tak peduli jika Yihua sudah tak bernyawa, Yangyang memeluk erat raga Yihua yang sudah tak bernyawa itu.
"HARUSNYA GUE YANG DIBUNUH BUKAN LO YANG MALAH HARUS KAYAK GINI YIHUA!!!!!!"
Yangyang menangis sejadi jadinya, tangan Yangyang yang berdarah akbir membongkar kayu tadi mengusap rambut gadis itu sehingga rambut itu penuh dengan bercak darah dari tangan Yangyang.
"Lo tau—" Yangyang menatap jasad Yihua yang terus membuka mata, tanpa sekalipun mengedip.
"DISANGKA SAKIT JIWA ITU GAK ENAK YIHUA!!!!"
Yangyang lagi lagi mengeluarkan semua amarahnya sembari menangis, ia sadar jika Yihua tidak akan pernah merespon semua ucapannya tapi ia tak peduli. Ia hanya ingin mengeluarkan segala rasa sakit di hatinya.
Karena ia bercerita pada orang orang pun, orang orang tak akan percaya karena semua orang menganggap dia gila.
"DARI PADA GUE KAYAK GINI GUE MENDING IKUT MATI BARENG LO YIHUA!!"
Yangyang menangis sejadi jadinya.
"KENAPA LO TINGGALIN GUE SENDIRIAN YIHUA!!!"
"KENAPA LO JAHAT BANGET YIHUA? KENAPA LO JAHAT BANGET SAMA GUE HAH?"
Yangyang terduduk sambil bersandar pada tembok, hari harinya benar benar kacau dan tidak akan pernah membaik.
Ting.. tong...
Yangyang menoleh ke arah belakang saat ia mendengar bel ditekan oleh seseorang.
Yangyang membawa linggis yang sedari tadi tergeletak di samping peti.
"Taeyong brengsek!"
Jisung terus menekan nekan bel, namun satu orang pun tak ada yang keluar.
"Padahal bener kan ini alamatnya?" Tanya Jisung pada dirinya sendiri sambil melihat ke arah sekeliling rumah yang terlihat agak menyeramkan dan tak terurus.
Crakk..
"Eh—" Handphone Jisung nyaris jatuh saat ia melihat Yangyang membuka pintu sambil menodongkan linggis ke arahnya.
Yangyang yang melihat wajah ketakutan Jisung pun menjauhkan linggis dari wajah Jisung.
"Sorry gue kira, Taeyong yang dateng." Datar Yangyang sambil menatap Jisung dingin.
Jisung hanya bergidik ngeri saat melihat penampilan Yangyang dari rambut sampai ujung kaki. Apa lagi Jisung merasa takut saat ia melihat wajah Yangyang yang sedikit terkena bercak darah.
"Lo ga usah takut, ini darah tangan gue sendiri. Gue gak akan bunuh Lo juga, Cepet masuk." Datarnya sambil menarik tubuh Jisung untuk masuk kedalam rumah dan membanting pintu cukup keras sampai Jisung pun tak henti hentinya tersentak.
"Lo mau ketemu Yihua kan?" Tanyanya yang hanya di balas anggukan oleh Jisung.
Jisung berhenti berjalan saat Yangyang juga sama sama menghentikan langkahnya tepat di depan peti Yihua.
"Y—ihua" Jisung terduduk didepan peti Yihua.
Jisung meneteskan air matanya, mengusap rambut Yihua perlahan.
"Kalo Lo sayang Yihua sama Abang Abang Lo, Bantuin gue biar bisa bunuh Taeyong."
KAMU SEDANG MEMBACA
Catastrophe | Huang Renjun
Fanfiction"The more you complain the more chances you have to die,"